Di sisi lain, Dimi melupakan wanita yang masih menunggu Dimi di mobilnya.
"Gila emang, ini udah hampir 3 jam gue nunggu di mobil. Dan tu orang belom balik juga? Mana hape-nya gak dia bawa. Gue mau balik, kunci mobilnya di gue. Apa gue samperin aja kali ya?", Abel bertanya kepada dirinya sendiri.
Ia seperti berpikir sejenak.
"Males ah. Mending gue tidur sambil nungguin si curut satu", Abel menaikan kakinya ke dashboard mobil sambil memejamkan matanya.
Terdengar bunyi dering dan itu berasal dari hape Dimi.
Mom Vina calling...
Tami tersentak dan melihat siapakah penelopon tersebut?
"Mom Vina? Mam Mom Mam Mom lah sok Inggris banget ni anak"
Tami meletakan kembali ponsel Dimi dan memilih untuk tidak mengangkat panggilan yang berasal dari ponsel Dimi.
Tetapi, ponsel tersebut berdering entah kapan akan berhenti.
Tami yang tadinya berencana tidur pun akhirnya membuka matanya, "Ah! Emang bener nyusahin banget sih tu cowo!" Tami menaikan kaca mobil lalu keluar dari mobil dan mengunci mobil tersebut.
Ia setengah berlari masuk ke dalam Rumah Sakit karena ponsel Dimi tidak berhenti berdering.
"Mba atas nama hmm..."
Siapa lagi nama lengkapnya
Tami mengoprek-oprek handphone milik Dimi mencari contact Abel.
"Atas nama Abela Samantha, Sus. Kamar nomer berapa ya?"
"Atas nama Abela Samantha ada di ruangan Mawar kamar nomor 156, Bu."
"Dari sini ke ruang Mawar paling cepet lewat mana, Sus?"
"Nanti ibu lurus aja terus nanti dikiri lewatin ruangan bayi nanti ke kanan terus lurus aja, nanti ibu bisa liat tulisan Ruangan Mawar."
"Oke. Makasih, Sus"
Tami berjalan dengan cepat untuk mecari dimana Ruangan Mawar berada, setelahnya mencari kamar bernomor 156.
Ketika sampai di depan pintu ia melihat Dimi yang habis keluar dari kamar mandi.
Tapi ia tidak melihat Abel berada di ranjang.Tami membuka pintu,
"Lo tuh! Daritadi gue tungguin, nih hape lo bunyi mulu daritadi."
Dimi menengok ke arah kanan-nya dan menghampiri Tami,
"Lo tuh apaan si-"
"Hai.", Abel bersuara.
Tami yang baru menyadari kehadiran wanita tersebut menengokkan kepalanya ke kiri.
"Oh? Hai."
Abel tersenyum dan meluruskan tangannya tanda perkenalan
"Abel."
"Tami," kata Tami sambil menjabat tangan Abel.
"Nggg... Sorry, gue kira tadi cuma Dimi di kamar ini soalnya dari luar lo ga ada di ranjang. Ternyata lagi di sofa."
"Iya, gak apa-apa. Sini duduk Tam," Abel tersenyum lagi dan menggeser tubuhnya untuk memberi ruang Tami agar dapat duduk.
Pantesan si Dimi jatuh cinta banget sama cewe ini
"Ini tuh cewe yang aku ceritain, Bel."
Abel tertawa, "Iya I know kok, Dim. Tapi dia gak kayak yang kamu ceritain ah."
KAMU SEDANG MEMBACA
IMPRÉVU
Roman pour Adolescents"Was it hard?" I ask. "Letting go?" I nodded. "Not as hard as holding on to something that wasn't real." --- Pertemuan dan waktu? Siapa yang tahu? Mereka semua dipertemukan dan disatukan sehingga menjadi takdir. Dengan waktu yang salah maupun benar...