Tami menendang kaki Dimi saat itu juga.
"Kenalin, nih pasien-pasien kabur RSJ, yang itu Eka, yang itu Anto, yang itu Bima, loh si Tari ikut? Gue cuma beli 5 tiket."
Anto memukul jidatnya sendiri.
"Aduh gue lupa. Bentar ya beb aku beliin. Tunggu disini," kata Anto kepada Tari dengan lembut. Takut marah.
"Dimana duduknya?" tanya Anto.
"H6 sampe 10."
Lalu Anto berjalan ke tempat tiket meninggalkan mereka.
"Dim, gue mau popcorn," Eka memelas.
"Ye tuyul gak modal banget pantes diputusin Irma!"
Lalu Dimi berjalan ke tempat popcorn, Eka dan Bima mengekorinya dari belakang.
"Hai, gue Tari," Tari tersenyum sambil mengulurkan tangannya tanda perkenalan.
"Gue Tami," jawab Tami manis sambil membalas uluran tangan Tari.
"Wah, nama kita mirip ya!" Tari tertawa.
"Iya juga ya! Cuma beda 1 huruf," balas Tami.
"Sooo," kata Tari.
"Udah lama sama Dimi?" lanjutnya lagi.
"Hah? Gue gak pacaran."
"Gak pacaran tapi hts sama aja tau," Tari tertawa.
"Gue gak ada hubungan apa-apa sama Dimi."
"Yakin?"
Tami mengangguk.
Lalu Tari tertawa, "Tegang banget sih. Gue cuma bercanda kali."
"Enggak lah. Ya kali gue sama cowo kayak dia, lagian gue ketemu sama dia gara-gara hal bodoh. Masa tiba-tiba dia bawa hape gue?! Bahkan gue gak tau nama dia siapa, saat itu pertama kali gue merasa nyesel udah nolong orang," kata Tami menjelaskan bagaimana pertemuannya dengan Dimi.
"Serius?! Wah gila sih si Dimi," lalu Tari tertawa kembali.
"Tapi Tam. Lo percaya gak sih? Everything happens for a reason? Mungkin bagi lo pertemuan bodoh itu gak disengaja, tapi gue percaya sama yang namanya takdir. Lo mau tau gue kenapa bisa kenal sampe sekarang pacaran sama Anto?"
Tami menggeleng, "Gak tau. Emang gimana?"
"Dia supir Gojek. Terus kan gue suka sendiri di rumah, gue gak bisa masak. Tiap gue pesen Go-food, dia mulu yang nganterin. Terus si ganjen sok-sokan abis pulsa jadi nanyain rumah gue lewat Whatsapp, padahal udah berapa kali. Emang dasar aja tukang modus."
"Gila, gokil sih ini," Tami tertawa karena cerita mereka berkenalan kocak juga, pikirnya.
"Iya. Gak banget kan? Makanya, amin-amin lo sama Dimi, dia baik banget kalo sama cewe."
Hah?! Baik darimana?!?!?!
Tami hanya menanggapinya dengan senyum.
Setelah berlama-lama berjalan-jalan dan berbincang akhirnya 15 menit lagi film akan dimulai dan mereka memutuskan menuju ke bioskop.
"Ka, yok ambil popcorn," ajak Dimi kepada Eka.
Mereka pergi menuju ke tempat popcorn dan yang lain berbincang.
Lalu Dimi dan Eka kembali membawa beberapa popcorn dan minuman, membagikannya satu-satu.
"Ini apa?" tanya Tami kepada Eka setelah Eka memberikan minumnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
IMPRÉVU
Teen Fiction"Was it hard?" I ask. "Letting go?" I nodded. "Not as hard as holding on to something that wasn't real." --- Pertemuan dan waktu? Siapa yang tahu? Mereka semua dipertemukan dan disatukan sehingga menjadi takdir. Dengan waktu yang salah maupun benar...