[*]
Setelah kejadian di dalam mobil, aku tak sama sekali berbicara sepatah kata. Kini aku berada di dalam kamar hotel VVIP super mewah yang ditempati oleh Jimin. Pemuda gay itu mengajakku ke kamar hotelnya dan menyuruhku untuk menunggunya selesai mandi.
Satu setengah jam kiranya aku menunggu dan Jimin belum keluar dari kamar mandi. Aku tidak tahu apa yang ia lakukan sampai selama ini? Aku yang wanita saja mungkin satu jam waktu paling lama yang kugunakan─itu pun jika aku memakai lulur.
Kemudian, aku mendengar decitan pintu kamar mandi terbuka. Segeralah aku menundukan kepalaku meski aku tidak bisa menahan diri untuk tidak menatap Jimin yang keluar hanya dengan──
──sehelai tipis handuk putih yang melekat di tubuhnya.
Aku suka ini. Jimin salah satu tipe pria sexy yang kusuka. Otot tubuhnya tidak terlalu kekar; cukup berisi, dan pas untuk proporsi tubuhnya yang rata-rata tinggi pria asia. Jimin menggemaskan, astaga. Apalagi aroma masculin-nya menusuk-nusuk selaput penciumanku.
Sebenarnya di posisi ini, aku yang tengah menggoda Jimin atau pemuda itu yang menggodaku, sih?
Aroma sabun yang dipakai Jimin menguar saat pemuda itu melewatiku. Ia menuju ruangan di mana baju-bajunya diletakan.
Tak lama, aku kembali merasakan aroma Jimin mendekat.
Selangkah ....
Dua langkah .....
Tiga langkah ....
Sampai ia benar-benar berada di dekatku kemudian menunduk untuk meraih tatapanku yang ke bawah.
"Apa yang harus kugunakan?" tanyanya seraya menyelidikku dari atas sampai bawah. Aku bisa melihat ia mengintip belahan payudaraku yang terekspos dari atas, dasar gay mesum! "Kau sepertinya lebih tahu style."
Aku mendongak, sedikit terkejut ketika jarak kami hanya tinggal sejengkal. Bahkan rambut basah Jimin menetes membasahi wajahku dan itu cukup membuat perasaanku semakin tidak terduga.
"Saya pikir gaya jas cassual sangat cocok untuk Anda."
Jimin menaikan salah satu alisnya, "Jas cassual?"
Aku kemudian hendak melangkah; mahfum, Jimin memundurkan posisinya. Pemuda itu bahkan membiarkanku memasuki ruangan di mana baju-bajunya diletakan.
"Tuan sangat cocok dengan setelan kemeja putih seperti di bandara tadi. Menurut saya kemeja putih menampakan aura seksi Anda." Jimin mengangguk paham.
"Untuk bawahan, Tuan bisa pakai celana hitam rancangan James Djaveri yang dipamerkan pada pekan fashion musim lalu di Paris. Itu sangat cocok apalagi ikat pinggang dari Gucci dipadukan."
"Yang terakhir, jas navy keluaran musim panas tahun lalu dari Stella El Sande pas untuk menambah style Anda agar aura Tuan keluar saat pesta nanti malam."
"Heum, seleramu cukup tinggi. Kupikir kau cocok menjadi fashion stylish-ku." Jimin terkekeh mengucapkannya, melihat hal tersebut aku sedikit terenyuh. Baru kali ini Jimin menampakan aura ramah setelah tadi ia terus menerus mengintimidasiku dengan tatapan dingin.
"A, tidak ... saya hanya memerhatikan saja. Saya kan wanita, jadi hal seperti ini harus peka," imbuhku sekenanya.
"Ya ... ya, lanjutkan."
"Untuk menambah kesan cassual, jam tangan keluaran Cloub Five X Platinum series keenam pas untuk Anda. Meski semua pria berpikir Rolex adalah kesan utama untuk kekuatan, saya pikir dengan jam tangan series itu Anda akan lebih memiliki ketajaman, pemikat, dan ... flamboyan."
Jimin masih diam. Kulihat dari cermin besar yang berada di depanku, pemuda itu memandangku lekat. Lalu, ia melangkah, menahan tubuhku dengan kedua tangannya yang disandarkan pada kaca. Lantas, bibirnya ia dekatkan pada telinga kananku.
"Aku tahu kau ingin menunjukan sisiku sebagai pria playboy bukan flamboyan. Dan aku lebih senang kau mengucapkannya dengan jelas dan langsung."
DEG!
Sial. Dia bisa membaca gerakanku. O Ya Tuhan ... apa yang harus kulakukan?
Ya, menggodanya. Bukankah tugasku di sini adalah untuk menggodanya? Jika tidak ... aku benar-benar akan menyesal karena aku akan kehilangan pekerjaanku akibat si berengsek Nam Joon itu.
"Ehm ... ya, playboy. Itu seksi." Aku yakin aku mendesah tadi, astaga. Apa otakku juga gila saat ini. Entahlah, ini bagus, kan? Aku bisa secepatnya menyelesaikan tugas gila ini.
Jimin terkekeh sekejap. Ia kemudian kembali mendekat dan berbisik, "Berapa usiamu?"
"Dua puluh lima."
Jimin membalik tubuhku. Aku bisa menatapnya dengan bebas saat ini, apalagi tubuhnya yang telanjang dada itu menghimpit tubuhku, bahkan payudaraku terasa tertekan sekarang.
Apa Jimin sudah masuk perangkap?
"Kita beda dua tahun, kurasa cocok jika kau memanggilku oppa."
"A─apa?"
"Berbaliklah kalau kau tidak ingin melihatku berganti pakain."
To be continue ....
KAMU SEDANG MEMBACA
How To Seduce Mr. Park ✔
Fiksi Penggemar📌 FILE 1 : FINISHED 📌 FILE 2 : FINISHED Christa adalah seseorang yang perfeksionis terhadap perkerjaannya. Ia selalu bisa menyelesaikan pekerjaan apa pun; wanita berusia 25 itu cerdas, gesit, dan tentu memiliki paras yang cantik. Na...