Verfϋhren 30

2.7K 677 172
                                    

||•||



Mencintai itu memang butuh perjuangan. Mencintai itu butuh banyak pengorbanan. Begitupun yang telah saya lakukan enam tahun belakang.

Saya tahu saya salah, saya terlalu lambat bergerak; karena pada saat itu saya masih memiliki Nana, saya masih berpikir bahwa saya mencintainya dan perasaan yang tertanam di hati saya untuk Christa adalah sebuah kesalahan─sebuah anomali.

Faktanya, sekarang saya mengerti kenapa enam tahun yang lalu─di saat saya masih memiliki seseorang, hati saya jutuh tertambat kepada orang lain. Saya mengerti bahwasannya hal tersebut adalah bisikan kecil dari Tuhan bahwa saya musti meninggalkan Nana.

Perasaan itu adalah pertanda yang tidak pernah saya sadari. Pertanda bahwa Tuhan sayang terhadap saya sebab Dia tahu kalau Nana tidaklah normal. Nana adalah seorang lesbian, yang dua tahun lalu baru saya tahu.

Saya sangat mahfum akan kinerja lamban saya untuk memaknai perasaan saya sendiri. Barangkali itulah mengapa Tuhan merasa lelah dan gemas untuk mempersatukan Christa dan Seok Jin kembali. Padahal, di sini, saya baru mau berjuang.

Setelah enam tahun yang sangat panjang. Setelah kontradiksi yang tertanam bertahun-tahun ... baru sekarang saya berjalan selayaknya siput.

"Woi! Ngapain lo? Sendirian aja lagi."

Taehyung datang dengan tiba-tiba, menepuk pundak saya dan membuat lamunan saya buyar. Saya tak menjawab, memilih diam sembari memerhatikan hingar bingar di tengah ruangan─di acara pertunangan Christa dengan Seok Jin.

"Lo nggak apa-apa?"

Saya tak menjawab, atensi saya senantiasa terfokus pada Christa di tengah sana. Ia begitu cantik dan memukau. Rambut pendeknya yang hitam serta gaun satin putih panjang yang membungkus tubuhnya memukau saya dari radius beberapa meter. Tidak perlu dipertanyakan, Christa akan selalu cantik mengenakan apa pun, sama seperti enam tahun lalu.

"Lo udah suka si Tata dari jaman goa. Masa mau nyerah."

"Ya, gimana, Tae? Tata sukanya sama Seok Jin."

"Lo gue ajak ke dukun nggak mau, sih."

Saya memukul pundak Taehyung, merasa konyol atas sarannya tempo lalu. Saya tidak pernah percaya hal-hal semacam itu; tidak masuk dalam logika saya. "Nggak ngaruh."

"Selagi janur kuning belum melengkung mah, pepet aja. Gue yakin Christa juga sama lo, kok."

Suka, ya? Saya tersenyum masam; kalau Christa suka pada saya, harusnya dia tidak mencampakan saya begitu saja. Kalau dia suka pada saya, harusnya dia tidak akan berpaling hanya karena saya pergi selama sebulan lebih. Apakabar dengan saya yang sudah pergi bertahun-tahun darinya, tidak bertemu sangat lama, dan bertemu kembali setelah enam tahun di Indonesia.

Saya masih suka dengannya. Saya bahkan tidak bisa berpaling pada siapa pun. Tapi, bagaimana dengan Christa? Saya tentu boleh mengatakan kalau saya sakit hati. Saya lelah, dan saya merasa kalau sekarang adalah saatnya saya untuk berhenti.

Berhenti berharap pada dirinya ....

Memangnya siapa saya? Saya hanya seseorang yang selalu memerhatikannya dari belakang; yang selalu diam-diam mengamatinya sejak kuliah, yang senang mendengar tawanya dari jauh, yang selalu mengingat bagaimana lincahnya ia ketika menari, dan selalu senang melihat rona malu-malu dari wajahnya begitu salju turun.

Saya hanya orang yang tak lebih cukup untuk memberikan dan tak boleh menerima sesuatu darinya. Karena saya adalah seorang pengecut ....

Pengecut yang terlalu takut untuk mendekati bunga secantik dirinya.

How To Seduce Mr. Park ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang