Verfϋhren 28

2.7K 662 445
                                        

||•||


Aku duduk berhadapan dengan Mas Jaehyun dan Mas Seok Jin. Saat ini kami sedang makan malam keluarga─begitu kata Mas Jaehyun. Setelah kami mengadakan rapat─yang tenyata cuma formalitas, sebab bagaimanapun perusahaan Mas Jaehyun dan Pak Nam Joon akan tetap bekerja sama─Mas Jaehyun memboyong kami ke Altitude.

"Ta, kenalin. Ini Seok Jin, anak sulung saya."

Telat lo, Mas! Aku udah tahu duluan kali dari anaknya, batinku dalam hati.

"Maaf telat ngenalinnya."

"Iya, Mas. Nggak apa-apa."

Kulihat Mas Seok Jin melirikku dengan tajam. Masa bodo, aku sedang marah sama dia. Ya habisnya bagaimana bisa dia menyembunyikan hal seperti ini. Aku saja tidak tahu kalau Mas Seok Jin punya anak tiri.

"Nanti Jisung nyusul sama anak saya yang saya ceritain seumuran kamu."

Aku cuma angguk-angguk rikuh sambil melihat-lihat menu makanan. Kalau kayak gini sih, aku nggak selera lagi buat makan. Yang ada aku malah mau buang air besar saking sepetnya.

"Mama!!!"

Nah, suara Jisung tiba-tiba menggelegar. Aku menengok dan segeralah kupeluk dia, kududukan dirinya di atas pangkuanku, "Jisung ke sini sama siapa?"

Jisung dengan senyum menunjuk seseorang di sampingku. Orang itu duduk di sampingku dan betapa terkejutnya aku waktu kulihat siapa orang yang duduk di sebelahku.

"LHO?! MINGYU?"

"MBAK TATA?!"

"Kalian saling kenal?" Mas Jaehyun menginterupsi, membuatku dan Mingyu saling melepas pandang. "O iya, aku lupa kamu dulu satu kantor sama Mingyu."

"Pah, jadi ini calon mama baru kita?"

Dengan girang Jisung mengangguk, "Mama balu Jicung!"

"EKHEM!" Mas Seok Jin berdeham cukup keras, membuatku yang sedang dalam keadaan lemot menoleh ke arahnya. Kami saling bertatapan dengan tajam, dan tak lama aku memutus kontak lebih dulu.

"Jadi, Mingyu sama Mas Seok Jin anak tiri kamu, Mas?"

Mas Jaehyun mengangguk, "Seok Jin sama Mingyu saudara kandung."

"Terus maksudnya mama baru itu gimana, Pa?" tanya Mingyu tiba-tiba. "Jisung bilang dia punya mama. Mama yang dimaksud itu Mbak Tata?"

Aku meneguk ludahku. Tetapi Mas Jaehyun sudah lebih dulu menyela, bersikap diplomatis. "Nanti kita omongin," dan ia melirik Jisung. Mingyu yang mahfum segera angguk-angguk kepala.

"Papa, Jicung mau buang ail."

"Heh? Jisung mau ke kamar mandi?"

Jisung mengangguk. "Mau mama anterin?"

Ia menggeleng, "Mau cama papa aja. Papa, ayo!"

Dan Mas Jaehyun menghampiriku, menggendong Jisung lantas permisi untuk ke toilet sebentar. Kini, tinggalah aku dan Mas Seok Jin serta Mingyu.

"Ini maksudnya gimana, sih?"

"Gimana apanya, Mbak?"

"Lo kok, nggak cerita-cerita kalau kakak lo si Seok Jin."

"Mbak nggak pernah nanya."

"Terus juga, kenapa Mas Seok Jin kayak musuhan gitu sama Mingyu?"

Mas Seok Jin mengerutkan kening, "Siapa yang kayak musuhan? Emang kita musuhan, Gyu?"

Mingyu menggeleng, "Nggak. Kita baik-baik aja."

"Berengsek kalian berdua! Kesel banget gue!"

© ikvjou ©


Aku memberenggut, tak mau bicara sepatah kata waktu aku berada di dalam mobil Mas Seok Jin. Aku pulang bersama dengannya.

"Ta? Lo mau nikah sama ayah tiri gue?"

"Nggak!" balas gue singkat. "Siapa juga yang mau nikah sama bokap lo."

"Terus kenapa Jisung manggil lo mama?"

"Emangnya kenapa? Rewel banget, sih."

"Gue nggak suka. Gue cemburu."

Seketika aku menelengkan kepala ke arahnya. Rahang tegasnya menatap lurus ke depan─menyetir dengan serius. Aku tahu, dia pasti marah.

"Lo kenapa nggak pernah cerita sama gue soal ini?"

"Waktunya belum pas."

"Berapa banyak rahasia lagi yang lo sembunyiin dari gue?"

"Nggak ada."

"Mas Seok Jin!" Aku menyentak dengan kesal, "Gue tanya sekali lagi, ada yang lo sembunyiin sama gue?"

Ia menggeleng, "Nggak ada lagi, Christa."

Kuembuskan napas lega, setidaknya aku tidak akan jadi orang pandir macam tadi. Ya gimana, aku tentu kaget. Tapi, kayaknya ada yang aneh, deh.

"Dulu kita putus karena lo nuduh gue selingkuh sama Mingyu. Itu maksudnya apa, ya?"

"Gue nyuruh dia. Karena gue mau putus sama lo."

"Kenapa?"

"Karena kalau gue nggak putus sama lo, lo akan dalam bahaya."

Kedua alisku mengernyit, "Maksudnya apa, sih? Gue nggak ngerti."

"Musuh bokap kandung gue ngincer lo waktu kita masih di Korea. Alasannya karena gue yang akan mewarisi perusahaan dia. Karena itu gue nyuruh lo ikut Nam Joon ke Korea, dan kita putus."

Tubuhku bergetar. Jadi ... jadi ... dia putus denganku karena ingin melindungiku? Spontan aku menundukan kepalaku ke bawah, menangis dalam diam.

Bagaimana aku bisa meragukan cintanya? Bagaimana bisa aku berpikir bahwa dia egois dan tidak pernah mengerti diriku, sementara dia sendiri sebenarnya sedang melindungi nyawaku.

Aku tahu duduk persoalan sejenis itu─itu adalah hal yang lumrah di kalangan konglomerat. Pantas saja Mas Seok Jin memilih berkerja dan memulai segalanya dari nol. Pantas saja ia bilang tidak ingin jadi konglomerat serupa Nam Joon.

"Ta?"

Aku mendongak. Wajahku yang sudah basah ini diusap lembut oleh Mas Seok Jin. Dibawanya aku ke dalam pelukannya.

"Ta, kita nikah, ya? Gue mau nikah sama lo. Kita bangun hubungan baru dengan ikatan yang lebih kuat. Lo mau, kan?"

Dan aku mengangguk. Memang tidak ada alasan untuk menerima pria sebaik dan bertanggung jawab seperti Seok Jin, kan?




bersambung ....

How To Seduce Mr. Park ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang