||•||
[!] Jangan lupa apresiasinya kawan. [!]
Keberanian sekuat apa yang dibutuhkan dalam sebuah hubungan? Pertanyaan tersebut terus menginvasi isi di kepala saya. Jika saja saya lebih berani pasti saya tidak akan merasa sakit hati seperti saat ini. Jika saya lebih berani pasti saya yang akan memakaikan cincin di jari manisnya.Seberapa besar rasa kecewa saya, saya tidak akan bisa marah ataupun protes. Sama seperti waktu Nana mengkhianti saya─sekarang pun begitu. Saya tidak bisa marah pada Christa ataupun Seok Jin, sebab mereka berdua bahagia. Sebab Christa─seseorang yang saya cintai bahagia karena itu dan bahagianya tentu membuat saya bahagia pula.
"Aku minta maaf kalau selama ini aku udah nyakitin kamu."
Saya diam, menerawang langit-langit di atas sana─yang cerah tak sesinkron kondisi hati saya. Lagipula, memangnya siapa saya sampai harus menuntut perasaannya? Sebesar apa pun saya berusaha, saya sudah tertinggal jauh oleh Seok Jin. Karena sampai kapan pun hanya dirinya yang ada di dalam hati Christa.
"Asal kamu bahagia saya nggak apa-apa."
"Jim ...." Saya menepis tangannya, menolak untuk bersentuhan. "Kalau kamu marah bilang. Jangan kayak gini."
"Saya nggak marah, Ta. Kamu nggak perlu minta maaf sama saya."
"Tapi aku ngerasa bersalah. Aku minta maaf."
"Nggak apa-apa," kata saya, menenangkan. "Saya nggak marah dan kamu nggak perlu minta maaf sama saya. Tapi, saya mau minta satu hal sama kamu."
"Apa?"
"Anggap aja kita nggak pernah kenal seperti dulu, ya?"
"Jim ...."
Saya kembali menepis tangannya yang hendak menyentuh saya, "Semuanya udah berubah, Ta. Saya nggak mau nyakitin kamu lagi, apalagi nyakitin diri saya sendiri. Udah cukup semua ini, Ta. Saya nggak mau ada orang lain yang sakit cuma gara-gara masalah perasaan kayak gini. Biar saya aja yang nanggung sakitnya asalkan kamu bahagia."
Hening.
Ada keheningan yang menjamu kami seperempat menit sebelum akhirnya saya memilih untuk bangkit. Membuang putung rokok, saya melirik Christa sesaat; ia menunduk, stagnan di posisi dengan kedua bibir terkatup rapat. Melihat keadaannya yang seperti ini, ingin sekali saya merengkuh tubuhnya. Tetapi saya ingat, saya buka siapa-siapa. Sudah ada siapa-siapa untuk dirinya dan orang itu bukan saya.
Jadi, saya memutuskan untuk melangkah. Melajukan kedua tungkai saya dengan berat hati; berbisik pada hati saya untuk mengucapkan selamat tinggal. Menyakinkan diri saya kalau besok-besok saya harus bahagia─sendiri, cukup untuk diri saya sendiri tanpa orang lain.
Sebab kebahagiaan yang ingin saya bagi sudah direnggut.
Saya tak pernah menyalahkan Seok Jin─yang notabene sahabat saya─telah merebut Christa. Itu akan jadi sebuah prekusi yang kekanak-kanakan. Sebab, Seok Jin bahkan tidak tahu kalau saya sudah lebih dulu kenal pada Christa. Tidak ada yang tahu; kecuali Taehyung dan Jung Kook─itu pun mereka tahu karena saya sendiri yang memutuskan untuk menceritakan. Jika tidak, maka rahasia ini hanya akan menjadi konsumsi saya pribadi dan Tuhan, serta orang-orang yang terlibat di masa lalu; yakni Jackson─kakak Christa─dan Peter (sahabat Jackson dan sahabat saya sendiri).
"Tapi aku mau nggak ada yang berubah di antara kita."
Deg
Saya tertegun, stagnan di posisi. Mendengar suara barusan spontan saya menoleh. Christa sudah berdiri dengan wajah pucat─Demi Tuhan saya tak tahu sejak kapan wajahnya jadi sepucat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
How To Seduce Mr. Park ✔
Fanfic📌 FILE 1 : FINISHED 📌 FILE 2 : FINISHED Christa adalah seseorang yang perfeksionis terhadap perkerjaannya. Ia selalu bisa menyelesaikan pekerjaan apa pun; wanita berusia 25 itu cerdas, gesit, dan tentu memiliki paras yang cantik. Na...