Seduce 3

13.3K 1.6K 291
                                    

[*]


"Aku ingin melihat Oppa berganti pakaian!"

Hening.

Jimin sedikit terkejut saat aku mengatakan hal barusan─terlebih memanggilnya dengan sebutan oppa. Pemuda itu lantas berbalik, kembali menghimpit diriku sembari membuka handuk yang dililitkan di pinggangnya.

Sial.

Aku tidak melihatnya sungguh.

Tapi ... aku merasakannya. Aku merasakan miliknya yang mengeras. Tidak, tidak. Christa ... kau tidak boleh melihatnya.

"Kau perawan?"

Aku menegak salivaku, "Hmm ... i─ya, Oppa."

Jimin terkekeh pelan, "Apa yang seorang perawan harapkan? Aku sudah telanjang, lihatlah. Kenapa kau menjadi takut?"

"Kau ... keras?"

"Kau berpikir aku akan memperkosamu? Bukankah kau tahu aku gay. Lihatlah, aku telanjang sekarang!"

Jimin lalu menjauh. Masih dengan tubuhnya yang polos, ia berjalan menuju almari pakaian; mengambil pakaian yang kusarankan kemudian mengenakannya.

Sementara aku, di sini hanya mematung. Aku ingin menangis, sungguh. Aku tidak mengerti, aku tidak mengerti oleh perasaanku. Apalagi ketika aku merasakan milik Jimin mengeras.

Seharusnya ... ia normal? Bukankah berarti ia memiliki nafsu pada seorang wanita?

"Kau ... berbohong, Tuan." Dengan suara dingin aku mendekati Jimin. Aku tidak peduli dengan keadaan Jimin yang telanjang atau setengah telanjang. Aku kini berdiri di hadapannya dengan wajah sangat datar.

"Kau normal, kan? Kau memiliki nafsu padaku?"

Jimin berdecih, "Aku Bi! Kau puas, hah?!"

"Tidak, kau bohong! Satu kali seseorang berbohong, maka ia tidak akan ragu untuk berbohong yang kedua kalinya. Kau normal, Tuan Park Jimin."

"Aku bilang aku Bi! Apa masalah orientasiku cukup penting untuk mengusik dirimu?" Jimin berteriak dengan wajah merah padam.

Aku tidak mengerti; apa yang membuatnya sangat marah? Kalau memang ia gay atau bi, kenapa ia harus semarah ini?

Aku sangat kesal. Tanpa menjawab pertanyaannya aku keluar dari kamar Jimin. Bodohnya aku malah menangis saat berjalan di lobby hotel. Aku tidak tahu mengapa, ini menyakitkan.

Aku tidak akan peduli jika aku akan dipecat. Aku tidak akan lagi menggoda Jimin!


© ikvjou ©


Ini adalah private party yang dihadiri para pengusaha muda, kalangan sosialita ternama, dan para pria-pria playboy seantero Korea. Mereka semua berkumpul di sini, dan aku? Hanya mengekor di belakang Tuan Nam Joon.

"Christa, kau kenapa? Murung sekali." Tuan Nam Joon menawariku segelas wine yang kutolak dengan senyum halus.

"Tugasmu sangat gila, Joon!"

Ya, di luar kantor aku dan Nam Joon berteman cukup dekat, tidak, sangat dekat malah. Nam Joon adalah salah satu dari pria-pria club kaya penggila sex, bedanya ia selalu melindungiku yang perawan ini jika disentuh oleh siapa pun.

"O ayolah ... kau tahu sendiri Jimin itu temanku."

"Tapi kau bilang kau tidak peduli jika aku harus menggunakan tubuhku!" protesku sebal.

Nam Joon terkekeh, "Aku tidak sungguh-sungguh saat mengatakannya. Aduh, Christaku jangan ngambek." Nam Joon mencubit kedua pipiku dengan gemas. Aku hanya bisa tertawa oleh perlakuannya itu.

Bagaimana bisa aku marah dengan Nam Joon jika sudah seperti ini?

"Kau tidak benar-benar menugaskanku, kan? Dan Jimin itu benar-benar sudah menikah?"

"Aku benar-benar menugaskanmu dan Jimin benar-benar menikah dengan seorang pria asal New York, namanya Peter."

Aku memukul lengan Nam Joon. "Joon! Kau menyebalkan. Aku membencimu─argh!"

Nam Joon memelukku dengan segera agar aku tidak bisa memukulnya. Sialan pemuda brith ini. Dia benar-benar menyebalkan.

"Satu kali saja, Christa. Kau tahu ... Jimin sebenarnya──"

"Ekhm ... Joon Hyung."

Aku dan Nam Joon terperanjat saat sosok Jimin berada di hadapan kami dengan segelas wine. Aku yang tengah dipeluk oleh Nam Joon buru-buru melepaskan pelukan pemuda itu agar segera menghilang dari hadapan kedua pemuda ini.

"Hai Jim, akhirnya kau datang juga." Nam Joon menyapa Jimin dengan memeluk tubuh pemuda itu. Sementara aku hanya menunduk dengan Jimin yang menatap intens.

"Aku baik, Hyung. Tapi aku ada urusan dengan Christa. Bisa kupinjam sebentar?"

"Sure, asal kau kembalikan kesayanganku ini dengan selamat."
Sial! Nam Joon menjualku, kan? Menjijikan mendengarnya menyebut kata kesayangan.

"Oke, aku butuh dua jam." Lantas Jimin menarik tanganku begitu saja sebelum aku sempat untuk mengizinkannya.

"Maaf Tuan, saya──"

"Ikut saja denganku!"

Aku terdiam. Jimin kembali membentak dan membawaku menuju gazebo yang berada di ujung dari tempat ini. Keadaannya sangat sepi; aku yakin hanya aku dan Jimin yang berada di gazebo.

"Apa hubunganmu dengan Nam Joon hyung?"

"Apa itu penting?" Aku membalas tak acuh. Aku benar-benar kesal dengan Jimin, meski aku bahagia bahwa pemuda itu mengenakan apa yang kukatakan siang tadi.

"Aku normal, sungguh."

DEG

Aku terdiam, aku sama sekali tidak mampu berkata apa pun dan malah menunduk. Tebakanku benar, kan? Dia normal.

Tapi, alih-alih senang ... aku malah merasa sedih. Aku merasa seperti ada pria jahat yang membohongi gadis lugu sepertiku. Entah apa yang ia pikirkan, tidakkah ia tahu si bodoh Nam Joon sangat mengkhawatirkannya?

"Kau benar, aku berbohong. Bukan maksudku untuk berbohong, tapi aku ... gadisku dulu menghianatiku dengan berhubungan di belakangku. Ia seorang lesbi."

Spontan aku mendongak. Bisa kulihat tatapan Jimin berubah sendu. Jadi, ini alasannya? Alasannya menjadi gay karena dikhianati kekasihnya yang ternyata seorang lesbi.

Astaga ... aku bisa merasakannya. Aku tahu Jimin sangat sakit. Intuisiku pun bergerak. Aku berjalan mendekat, memeluk tubuh Jimin yang tegang.

"Aku tahu, maafkan aku ...."

Kali ini aku yang menangis. Aduh, gadis bodoh. Kenapa aku suka sekali menangis, sih?

Jimin yang menyadari aku menangis pun menarikku dari pelukan. Ia lantas mengusap kedua pipiku yang basah. "Aduh, kau sangat lucu, Christa."

Aaa ... Jimin. Aku kembali terisak semakin kencang. Jantungku berpacu dengan cepat saat Jimin tertawa di hadapanku dengan kedua matanya yang menyipit. Ya Tuhan ... aku benar-benar seperti gadis bodoh.

Aku lalu menghapus kedua pipiku yang basah. Lantas aku berjalan menjauhinya sebelum ia menarikku hingga aku menabrak dadanya yang bidang.

"Kau berhasil membuatku menyatakan kejujuran bahwa aku normal. Kau orang pertama yang tahu ini, Creamy."

Aku tersenyum pilu, "Tapi kau jahat! Kau tahu, Joon menyuruhku membuatmu menjadi normal bahkan ia tidak peduli jika aku harus menggunakan tubuhku! Sialan kau, Park Jimin!"

"Kau sudah berani membentakku, ya?"

"Iya! Kau berengsek! Dasar gay sialan!"

"Kalau begitu kau benar-benar harus menggunakan tubuhmu!"

"Apa─argh!"


to be continue ....

How To Seduce Mr. Park ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang