Verführen 1

10.8K 1K 117
                                        

||•||



"Pagi!"

Sebuah sapaan mengetuk rungu Mingyu, membuat pemuda itu spontan berbalik. Tanpa aba-aba, aku sudah lebih dulu menyambar semangkuk bubur yang berada di tangannya─pemuda itu lantas menghela napas.

Bagi Mingyu, sudah biasa mendapati aku─yang memiliki jabatan lebih tinggi darinya itu─pagi-pagi datang dan menyapa, sekadar mencuri sesuap atau dua suap bubur. Padahal, Mingyu akan dengan senang hati membelikan. Anehnya, aku menolak. Aku lebih suka makan makanan yang sudah dimakan oleh Mingyu─ewh aneh sekali memang.

"Ekhm! Masih pagi macul aja ya lo berdua." Itu suara Taehyung, menginterupsi kala tungkainya melewati meja Mingyu dan memergoki aktivitas kami berdua.

"Ganggu aja lo!" balasku tidak senang sembari melempar pandangan tidak suka.

"Ih ... atut, ih! Mba Tata marah, ih!" Menggoda sedikit, Taehyung tak lagi menghiraukan lekas melengos ke dalam ruang kerjanya.

Ruang kerjaku dan Taehyung memang berada dekat dengan ruang kerja IT analyst, yang berposisi di area east wings. Setiap kali aku menuju ruang kerja, mau tak mau aku harus melewati area east wings─dan tentu bertemu dengan Mingyu.

"Mbak, lo kalau mau bubur beli aja noh di belakang kantor," celetuk Mingyu sesaat setelah menelan suapannya.

"Nggak mau ah, enakan makan dari punya lo."

"Gue bawain deh tiap pagi."

"Ngerepotin," tolakku halus. "Thanks Gyu, lumayan ganjel perut." Lalu aku melangkah menuju ruanganku sedang Mingyu malah terbengong-bengong.

Ngeganjel apanya? Orang cuma tiga suap.

Membuka ruang kerja, aku hafal betul wewangian yang menusuk indra pembauku─parfum sejenis Bvlgari dan teman-temannya. Aroma yang selalu kucium tiap pagi selama masa proyek bekerja dengan tim ini.

Aku sendiri sebenarnya adalah seorang sekretaris dari Kim Shin Hyuk─pemilik dari perusahaan otomotif ini. Hanya saja, sejak perusahaan mereka membuka cabang di Jakarta, anaknya yang memiliki usia tidak jauh dariku diutus untuk memimpin: anaknya pula yang memintaku untuk dibawa serta.

Ya, aku senang saja. Toh, aku masih memiliki darah keturunan Indonesia, jadi itu mempermudah daripada bekerja di Korea Selatan.

"Udah sarapan, Ta?" Itu Hoseok, teman kerjaku.

Tersenyum, aku menggeleng, "Nggak biasa sarapan, Bang. Nanti aja."

"Jangan dibiasain itu," sela Jung Kook─rekanku yang lain; informasi saja, usia Jung Kook ini sepantaran denganku.

Tak menjawab, aku justru membuka laptop. Kembali mengecek hasil rekap data semalam sebelum melakukan rapat siang ini bersama perusahaan design dari Singapura.

"Mas Taehyung mana, ya?"

"Di pantry sama Bang Seok Jin. Ngopi bareng," sahut Yoongi, yang juga baru kembali dengan segelas kopi hitam di tangan.

Sejemang, aku tergelak. Darahku berdesir pun jantung berdetak dengan menggelora.

Kim Seok Jin.

Satu-satunya nama yang membuatku mendadak hilang akal. Entah, harusnya saat ini aku bisa bersikap biasa─seolah tak pernah terjadi apa pun.

Faktanya, aku tidak bisa.

Seok Jin adalah mantanku dan sampai saat ini aku masih mencintai mantanku yang berengsek itu.

Holy shit!

How To Seduce Mr. Park ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang