||•||
"Jisung sudah tidur, Ta?"
Aku terperanjat waktu Mas Jaehyun tiba-tiba masuk ke kamar kemudian duduk di sampingku. Pelan-pelan ia mengambil alih tubuh Jisung yang tengah tertidur di dalam pangkuanku, lalu membaringkannya di atas kasur dengan benar; tak lupa ia selimuti anak bungsunya tersebut lalu mencium keningnya lama.
Aku yang melihat momen itu merasa hangat dan damai di dalam hati. Subhanallah, Mas Jaehyun itu suami-able sekali─Fahri ayat-ayat cinta sekali, ya? Kamu tahu film itu tidak? Kalau kamu tahu, Mas Fahri itu ibarat Mas Jaehyun sekali. Subhanallah ....
"Maaf ya, Ta. Seharian kamu malah ngurusin Jisung."
Aku tersenyum, "Nggak apa-apa, kok. Aku seneng malah, Mas."
Iya, aku seneng, kok. Jujur aja, Jisung itu anak yang lucu. Bocah yang belum genap berusia lima tahun itu sungguh menggemaskan─bahkan bisa terbilang anak yang penurut. Ia tak banyak menuntut; cenderung manja namun dalam batasan yang wajar di usianya. Itulah kenapa aku senang-senang saja kalau harus mengurus Jisung─meskipun pada dasarnya aku memang tidak senang anak-anak. Mungkin jiwa keibuanku sudah mulai terpancar di usia-usia segini.
"Jisung kehilangan ibunya semenjak lahir. Aku sedih banget, Ta."
Aku cuma diam waktu Mas Jaehyun cerita. Aku bisa melihat kesedihan yang mendalam dari kedua bola matanya yang sendu. "Jisung pasti ngerti, kok."
"Waktu itu aku workaholic sekali, Ta. Aku nikah waktu masuk usia empat puluhan. Istri aku seumuran dengan aku, tapi dia sudah punya anak. Dia janda. Ingat aku pernah bilang punya anak seumuran kamu? Dia adalah kakaknya Jisung, anak istri saya dengan suaminya terdahulu."
Aku diam, menyimak cerita Mas Jaehyun.
"Kamu tau, Ta. Di usia segitu riskan banget buat punya anak. Tapi istri aku tetap berjuang, bahkan bertahan meskipun selama kehamilan Jisung dia kesakitan. Dia nggak pernah ngeluh. Aku sedih kalau inget masa-masa itu. Semuanya salah aku."
Aku menepuk-nepuk pundak Mas Jaehyun, "Semuanya bukan salah, Mas. Memang sudah begitu jalannya."
Mas Jaehyun tersenyum, menampilkan lesung pipinya yang paling kusuka, "Sudah malam, Ta. Aku antar ke rumah, ya?"
© ikvjou ©
Aku melangkahkan kakiku masuk ke dalam beranda setelah fortuner Mas Jaehyun melesat. Hari ini rasanya melelahkan sekaligus menyenangkan. Aku tiba-tiba saja merasa lelah karena aku harus kembali lagi ke sini─ke rumah ini, yang bahkan letaknya persis di samping rumah Mas Seok Jin. Tidak ... tidak, aku memang sudah melupakannya.
"Ta, kamu baru pulang?"
"Astagfirullah!" Aku memekik tertahan, bahkan tubuhku berjengit waktu seseorang menepuk pundakku dan bertanya. Begitu aku berbalik, kudapati entitas Pak Jimin dengan setelan kantornya─lengkap dan selalu necis.
"Bapak ngapain di rumah saya?"
"Saya nungguin kamu, Ta," jawabnya sabar. "Kamu baru pulang?"
Aku menghela napas sebelum membalas, "Seperti yang Bapak lihat aja."
"Sudah makan, Ta?"
"Saya capek, Pak. Mending Bapak pulang──"
"Saya butuh waktu bicara sama kamu, Ta. Sebentar aja."
Lagi, aku mengembuskan napas sembari melorotkan kedua bahuku. "Pak, saya capek──"
"Saya juga capek, Ta. Saya capek harus terus begini sama kamu. Saya juga punya ego. Saya butuh waktu buat ngelurusin semuanya sama kamu──"
KAMU SEDANG MEMBACA
How To Seduce Mr. Park ✔
Fanfiction📌 FILE 1 : FINISHED 📌 FILE 2 : FINISHED Christa adalah seseorang yang perfeksionis terhadap perkerjaannya. Ia selalu bisa menyelesaikan pekerjaan apa pun; wanita berusia 25 itu cerdas, gesit, dan tentu memiliki paras yang cantik. Na...
