Verfϋhren 23

3.6K 764 640
                                    

||•||

[!] Kamu apresiasi saya update cepet, bahkan setiap hari.

"Bang, sate padangnya dua──"

"Satu aja," sela Pak Jimin tiba-tiba. "Bungkus, ya."

"Siap."

Aku yang tengah berdiri memesan sate padang terkejut begitu Pak Jimin dengan tiba-tiba menyela. Segera saja aku menoleh ke arahnya, "Kok, cuma satu?"

Pak Jimin tersenyum lembut. Ia mendekapku dari belakang lantas berbisik mesra, "Berdua aja sama kamu."

Gosh ... nggak salah kan, kalau kedua pipiku merona akan ucapannya? Sumpah demi apa pun, kedua pipiku bukan main merahnya.

Aku gegas menunduk, tidak memedulikan Pak Jimin yang terus memelukku dari belakang; lalu mengayunkan tubuhku ke kanan dan ke kiri secara teratur.

Padahal kalau kalian mau tahu, sekarang ini ramai pengunjung yang sedang makan. Makanya sate padang yang kami pesan musti dibungkus karena tak dapat tempat duduk, dan Pak Jimin berinisiatif untuk makan berdua di dalam mobil─lebih privasi juga katanya.

"Malu, ih," bisikku pelan, berusaha melepaskan tubuhnya yang menempel dengan tubuhku.

Alih-alih melepaskan pelukannya, Pak Jimin malah makin erat memelukku dari belakang─menulikan segala macam protesanku.

Meskipun pada dasarnya aku tahu kalau yang makan di sini kebanyakan adalah muda-mudi yang sedang pacaran; tapi, tetap saja. Ada perasaan malu.

"Pak, lepas."

"Panggil sayang dulu, nanti saya lepas."

Ih ... cheesy banget nggak, sih? Kayaknya Pak Jimin habis salah makan, deh. Makanya otaknya jadi rada miring gini.

Aku cuma bisa geleng-geleng kepala, sementara Pak Jimin membenamkan wajahnya di perpotongan leher sebelah kananku.

"Saya sayang sama kamu."

Ewh ... tau nggak, sih. Pak Jimin kayak anak-anak alay itu, yang demennya pacaran di semak-semak. Sebel banget, nggak tau malu emang tuh, orang.

"Mbak, satenya pake lontong?"

Aku mengangguk, "Pake, Bang."

Daripada memikirkan tingkah Pak Jimin yang mendadak childish, lebih baik aku memerhatikan tangan telaten abang penjual sate padang ini.

Kalau aku lihat-lihat, abangnya mirip member boyband Korea, deh. Yang dari SM itu, siapa ya─o! Sehun namanya.

Sumpah deh, aku tadinya mau negor cuma aku pendam saja. Abangnya juga pasti nggak kenal, yang ada aku yang disangka orang gila.

"Ini, Mbak."

Aku mengambil bungkusan yang diberikan oleh si abang, sementara aku─o! Dompetku!

"Aku nggak bawa dompet──"

"Kembaliannya ambil aja."

Ya, lelaki itu lebih peka ternyata. Pak Jimin sudah lebih dulu menyambar dengan memberikan selembaran seratus ribuan pada si abang. Tentu saja si abang menerima dengan senang hati.

Pak Jimin gegas menggandeng tanganku, membawaku ke mobilnya yang terparkir beberapa meter dari sini.

Selama berjalan aku tak banyak bercakap-cakap; selebihnya aku hanya memainkan jemari-jemari tangannya yang kecil.

Sungguh deh, jari-jari Pak Jimin itu kecil banget─imut-imut gitu. Kalau (ini hanya kalau, ya) aku dan Pak Jimin beradu di atas kasur, bagaimana tangannya itu bisa memuaskanku, ya?

How To Seduce Mr. Park ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang