||•||
Don't care what you say to me, I'ma bite your feelings out
Ada yang janggal begitu saya mengerjapkan mata─terusik oleh sinar mentari yang pelan-pelan menerobos masuk sela-sela jendela. Sura rendah riuh terdengar; namun tidak terlalu jelas di pendengaran. O, saya belum sepenuhnya sadar sampai saya merasakan kekosongan di sebelah.
Di mana Christa?
"Hoek!!!"
Saya terlonjak, suara itu terdengar jelas di rungu. Bergegas saya pakai celana pendek selutut─tanpa mengenakan pakaian atas─dan berlari ke dalam kamar mandi. Christa terduduk lemas di depan kloset sembari memuntahkan isi perutnya. Lekas saya menghampirinya, memijat tengkuknya.
"Are you, okay?"
Christa menggeleng lemah, "Udah beberapa hari aku begini terus. Badan aku lemes banget."
Saya memapah tubuh Christa untuk bangun; pelan-pelan saya usap dan bersihkan bibirnya di depan wastafel. Melihat keadaan Christa yang lemah begini saya jadi merasa bersalah. Kadang saya bertanya-tanya; apa saya yang egois? Karena keinginan saya memiliki anak dia jadi susah begini.
"Saya buatin susu, ya?" tanya saya, memijat-mijat tengkuknya. "Habis itu kita ke dokter."
Christa menggeleng, "Perut aku nggak enak banget. Nggak kepingin makan apa-apa."
"Kalau kamu seperti itu malah tambah sakit," kata saya. "Minum susu saja, ya? Saya buatkan."
"Terserah, deh."
Saya gegas membenarkan bathrobe yang dikenakan oleh Christa sebelum saya keluar dari kamar mandi dan pergi menuju dapur. Saya dengan telaten membaca petunjuk penyeduhan dan membuatkan segelas susu hangat untuk Christa.
"Sini." Saya menepuk-nepuk paha saya, menyuruh Christa untuk duduk. "Diminum dulu."
Christa menghampiri saya, duduk di atas pangkuan saya sembari memegang gelas berisi susu yang saya buatkan untuknya. Ia mulai mual waktu mencium susu itu. Maka, saya segera memeluknya dengan erat.
"Diminum, ya? Paksain."
Christa menggeleng.
"Demi dede bayinya."
"Yang kamu pikirin bayinya mulu."
"Saya juga mikirin kamu, kok." Saya elus surainya yang panjang. "Kalau kamu sakit, bayinya juga sakit."
"Tapi mual."
"Sedikit aja."
Christa akhirnya menyerah. Ia mencoba minum. Baru beberapa teguk, ia mulai mual. Tetapi saya tak menyerah begitu saja. Saya tahan tangannya, membuat ia mau tak mau meminum susu tersebut sampai tandas.
"Jahat!!!" pekiknya keras, memukul-mukul dada telanjang saya.
Saya terkekeh, "Kalau nggak gitu, nggak habis."
Ia memberenggut, memasang wajah masam yang menyulut saya untuk menciumi wajahnya yang menggemaskan itu─apalagi rambutnya yang sekarang pendek sebahu. Christa jadi seperti anak kecil; emosinya yang labil, tingkahnya yang manja.
"Kamu mandi sana. Nanti kita langsung ke dokter."
"Sama kamu, ya?" Christa mengalungkan kedua tangannya di leher saya.
"Kalau sama saya nanti malah panjang. Nggak selesai-selesai mandinya."
"Jadi nggak mau, nih?"
Tuh kan, Christa kerasukan iblis lagi ....
KAMU SEDANG MEMBACA
How To Seduce Mr. Park ✔
Fanfiction📌 FILE 1 : FINISHED 📌 FILE 2 : FINISHED Christa adalah seseorang yang perfeksionis terhadap perkerjaannya. Ia selalu bisa menyelesaikan pekerjaan apa pun; wanita berusia 25 itu cerdas, gesit, dan tentu memiliki paras yang cantik. Na...
