||•||
Menaruh atensi lebih pada layar komputer; sudah sejak pagi-pagi tadi aku datang dan bekerja. Aku gila bekerja sebab waktu meeting semakin dekat, jadi aku harus segera menyelesaikan proposal juga menyusun bahan-bahan apa saja yang akan aku presentasikan nanti.
Menaikan kacamataku yang mulai turun, aku kembali mengetik sebelum──
"Mbak Tata?"
──sebuah suara menginterupsi. Alhasil aku menoleh ke belakang, mendapati tubuh tegap Mingyu menyembul dari balik pintu; sebenarnya tidak hanya aku yang menoleh, tapi seluruh teman-temanku juga melakukan hal serupa.
"Mbak Tatanya lagi sibuk manen uang!" Itu suara sarkastik Taehyung─entah mengapa ia memang tidak suka kalau aku bergaul terlalu dekat dengan Mingyu. Mingyu sendiri hanya senyum memaklumi; anaknya kalem-kalem manis gitu sih, nggak tahu aja kalau malem bangsatnya keluar. Gay pula.
"Kenapa Gyu?" tanyaku kemudian, memutar sedikit kursiku seraya mengikat rambut. Mingyu tersenyum.
"Ditunggu temennya Mbak, di luar."
"Hah? Temen? Siapa Gyu?"
"Itu lho Mbak, yang waktu makan bubur sama Mbak."
Mengingat-ingat aku terpelatuk seketika. Pak Jimin!!! Subhanallah, ada urusan apa manusia diktaktor itu memanggilku─tidak melalui Pak Nam Joon pula. Roman-romannya sih, ini bukan urusan kantor.
Aduh ... jantungku jumpalitan takut, kan.
"Terus dia di mana Gyu?"
"Katanya nunggu di lobi bawah aja. Nanti Mbak disuruh nyusul."
Mengangguk mahfum aku membalas, "Bilangin ya Gyu, gue nyelesain ini dulu. Sepuluh menit, deh."
"Sip, Mbak," balas Mingyu sopan. "Kalau gitu saya permisi ya, Mbak ... Mas."
"Iya-iya cepet pergi sana lo!" timpal Taehyung sembari mengibaskan tangannya. Mingyu segera menutup pintu dan kembali bekerja.
"Tae, lo galak amat sih, sama Mingyu," komentar Hoseok kemudian. Pemuda itu lantas menggeser kursi mendekati meja Taehyung. Aku sendiri memilih tidak menanggapi; alih-alih segera menyimpan file-ku lalu mulai merapihkan sedikit parasku─bersoleklah, singkatnya.
"Bujung, lo mau ketemu siapa, Ta?" tanya Jung Kook dari belakang, "Temen apa temen, dah?"
Aku yang sudah selesai memoles lipstick pada bibir segera bangkit. "Temen, Jung."
Hmmm ... entahlah, sebenarnya aku sama Pak Jimin juga tidak bisa dibilang teman, kan?
Memerhatikan penampilanku sekali lagi, aku merasa cukup puas. Lalu, aku memilih meninggalkan ruangan daripada diinterogasi oleh teman-temanku yang lain. Apalagi Mas Seok Jin sudah memerhatikanku dengan tatapan tidak suka.
© ikvjou ©
Turun di lantai lobi, kulihat Pak Jimin asyik memainkan ponselnya di kursi tunggu sembari memangku kaki. Agak sedikit berlari, aku menghampirinya.
"Pak Jimin manggil saya?"
Mendongak, Pak Jimin segera menepuk tempat kosong di sebelahnya, "Duduk dulu, Ta."
Aku mengikuti instruksinya; duduk dengan agak rikuh di sebelah pemuda itu. aroma bvlgari darinya membaui rongga penciumanku; benar-benar memabukan. Apalagi Pak Jimin pagi ini tampilannya tidak seperti orang berkantor, lebih santai meskipun dengan kemeja dan celana bahan hitam.
"Kamu hari ini ikut saya, ya?"
"Ikut Bapak? Tapi kerjaan saya──"
"Saya sudah bilang pada Nam Joon," potong Pak Jimin sepihak. "Limpahkan saja pada Yoongi. Ia sudah diberi instruksi malah. Kamu tinggal berikan sisanya dan ia kerjakan sisanya."
Aku terdiam. Apa yang penting sampai-sampai Nam Joon bisa begitu saja menyuruhku melimpahkannya pada orang lain? Terdiam, kuperhatikan tubuh atletis Pak Jimin bak seorang serdadu, ia menawan. Ada rasa takut dan khawatir, hanya saja kucoba untuk mengenyahkan pikiran-pikiran aneh di dalam kepala.
"Hari ini saja Ta, saya mohon."
Ini Pak Jimin tidak salah bicara, kan? Seorang Park Jimin memohon?
"Ibu saya datang dari Korea siang nanti, dan sore saya akan dijodohkan dengan seorang perempuan."
"Tapi Pak Jimin kan, sudah menikah."
"Karena itu, semua orang menentang saya. Saya akan dijodohkan dengan perempuan, Ta."
"Lalu? Masalahnya apa, Pak? Apa hubungannya dengan saya?"
"Saya mau kamu jadi pacar saya hari ini. Hari ini saja Ta, saya mohon."
Pikiranku seketika gayang; diikuti obsidiannya yang melemah, penuh tekanan dan rasa takut. Aku hanya menebak-nebak tanpa suara, meski banyak hal berkecamuk di dalam pikiranku.
"Apa sebegitu traumananya Pak Jimin dengan perempuan?"
bersambung ....
KAMU SEDANG MEMBACA
How To Seduce Mr. Park ✔
Fanfiction📌 FILE 1 : FINISHED 📌 FILE 2 : FINISHED Christa adalah seseorang yang perfeksionis terhadap perkerjaannya. Ia selalu bisa menyelesaikan pekerjaan apa pun; wanita berusia 25 itu cerdas, gesit, dan tentu memiliki paras yang cantik. Na...
