Verfϋhren 32

2.6K 668 260
                                        

||•||


Saya baru sadar kalau sebelum detik ini saya adalah orang yang sangat bodoh. Saya pernah berkipir kalau jalan pintas untuk mengikat Christa menjadi milik saya sepenuhnya adalah dengan kehamilannya, teryata hal tersebut justru menjadi bumerang balik untuk saya.

Saya merasa semakin jauh, terekstase menjauhi kenyataan. Ada sembilu yang sejak tadi saya rasakan, kehamilan Christa benar-benar menghancurkan kelindan yang saya bangun dengan dirinya. Terlebih saya merasa sedih karena ia tidak menginginkan anak itu.

Padahal saya sangat mengharapkan kehadirannya ....

Padahal saya selalu berdoa supaya kami bisa hidup bahagia sebagai sebuah keluarga kecil.

Tersenyum kecut, saya membuang pandang waktu Seok Jin masuk ke dalam ruangan. Sekonyong-konyong ia memeluk Christa, dibalas dengan pelukan terbuka nan hangat. Tubuh saya yang kaku bergeser sedikit demi sedikit; saya merasa jadi orang paling tolol, jadi tokoh paling nelangsa di dalam cerita ini. Yang saya lakoni cuma membisu sembari menunduk takzim.

"Jim, Christa kenapa? Kok, dia nangis gini? Dia nggak apa-apa, kan?"

Saya menoleh sekilas ke arah Seok Jin sebelum akhirnya membuang pandang. Saya tak kuasa menjawab, apalagi mengarang kebohongan demi menutupi kehamilan Christa. Dosa apa yang sudah saya perbuat sampai-sampai kemalangan menimpa anak saya yang belum lahir─yang keberadaannya musti ditutupi.

Anak saya bukan anak hasil sebuah kesalahan. Anak saya adalah anak yang lahir karena diinginkan─yang sangat-sangat diinginkan oleh ayahnya. Yang keberadaannya dinanti oleh ayahnya setiap malam; yang ayahnya selalu berdoa untuk kehadirannya, agar kelak bisa membanggakan kedua orang tuanya dan dirinya sendiri.

"Jimin?" Seok Jin menegur saya, tetapi saya diam. "Kenapa diam? Ada sesuatu yang buruk?"

"Mbak Tata cuma kecapean aja," sahut Jung Kook buru-buru. Ada helaan napas terdengar dari Seok Jin. Kemudian ia kecupi kening Christa berulang kali, membuat saya semakin merasa tolol.

"Kamu nggak apa-apa, Ta?"

"Nggak apa-apa kok, Mas."

Jaehyun─bos baru Christa, ayah tiri Seok Jin dan calon mertuanya mengangguk lega, "Papa ngurus administrasi dulu──"

"Tidak usah, Pak," kata saya menyela. "Administrasinya sudah saya urus."

Jaehyun melirik saya, tersenyum hangat, "Makasih, Nak. Kalau nggak ada Nak Jimin, saya nggak tau Tata bakalan gimana."

Kalau nggak ada saya, Tata akan lebih bahagia, Pak. Saya membatin, menerawang apa yang akan terjadi bila saya tidak di sini, bila saya tidak mengenal Christa.

"Mama jangan cakit lagi. Jicung cedih jadinya."

Tch, saya membuang pandang─lagi. Christa bisa menerima Jisung seperti anaknya sendiri tetapi mengapa ia tidak bisa menerima anaknya sendiri─anak yang sedang ia kandung. Melihatnya memeluk Jisung dengan erat tentu menyulut emosi saya. Saya memutuskan untuk keluar, pergi meninggalkan keluarga ini.

Lagipula siapa saya? Saya hanya seonggok badai yang menghantam salah satu di antara mereka. Saya menyesal, sungguh. Harusnya saya tidak usah menyukai Christa, sebab Christa jauh lebih egois daripada Nana. Harusnya saya sudah membuang jauh-jauh perasaan laknat ini.

How To Seduce Mr. Park ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang