Malam ini semua sepakat adl malam paling melelahkan utk Jodha dan seluruh kerabatnya. Mereka menunggu dg cemas tim dokter yg menangani Hassan. Waktu telah menunjukkan saat subuh datang ketika Bhairam dan Salima akhirnya sampai juga di rumah sakit ini setelah semalam dikabari oleh Rahim. Bolak – balik Jodha diperkenankan masuk oleh sang dokter utk mendampingi Hassan melewati masa kritisnya. Bolak – balik juga Jodha menghubungi Jalal utk mengabari kondisi Hassan yg semakin tdk punya harapan, namun Jalal tdk juga menyahutnya, entah dimana lelaki itu. Di puncak kritisnya Hassan, Jodha justru diminta oleh sang dokter utk menunggu di luar. Keluarganya dan dirinya sendiri hanya diperkenankan utk melihat dr balik kaca yg memisahkan ruang dalam ICU dg ruang penunggu pasien. Mereka semua tegang. Doa tak pernah lepas dr mulut dan hati mereka. Namun saat melihat kepala sang dokter menggeleng kemudian dokter tsb keluar dr ICU utk menemui Jodha dg seluruh kerabatnya, mereka sudah tahu apa yg telah terjadi. Pun dg Hussein yg sudah terbangun dan digendong Bhairam bibirnya mencebik krn sejak tadi melihat tubuh Hassan di dalam yg dikerumuni dokter serta suster hanya diam tak berdaya.
"Suster Jodha." ucap sang dokter pd Jodha seraya mengatur pita suaranya yg sudah dapat dipastikan bergetar hebat tak kuasa mengeluarkan kata – katanya.
"Bagaimana anak saya, dok?" meski otak Jodha sudah menduganya namun hatinya masih berharap apa yg otaknya simpulkan dr apa yg terlihat tdk sesuai kenyataan. Jodha ingin anaknya tertolong. Maka dr itu ia masih mengajukan tanya yg mengandung harapan besar.
"Maaf. Allah yg lebih sayang Hassan punya rencana lain." Jawab lirih sang dokter.
"Maksud dokter?" dan Jodha pun masih berharap dokter itu menyimpan jawaban yg menyenangkannya di balik kalimat putus asa tsb.
Jodha bahkan membayangkan klo ujung kalimat itu adl berita bahagia. 'Dokter Tri pasti sedang bercanda, ia ingin mengerjaiku saja.' Begitu pikir Jodha makanya ia masih bertanya. Pdhal bertahun – tahun ia jadi perawat sudah sering mendapati kasus seperti ini. Tapi itu bukan dirinya sendiri yg mengalami. Dan sekarang, saat dirinya sendiri yg menghadapi kondisi ini, ia sangat ingin menyangkal kenyataan ini.
"Hassan tdk tertolong." Jawab dr. Tri yg serasa ketokan palu hakim di persidangan. Vonis yg sangat jelas, Hassan meninggal dunia.
"Hassaaan!!!"
"Ha... san..."
"Innalilahi wa inna ilaihi rojiun..."
Sontak Jodha dan kerabatnya berteriak histeris dan meneteskan air mata kehilangan atas penantian mereka yg sia – sia. Berjam – jam mereka menunggu dg sangat lelah, berharap penantian mereka berakhir indah dg kesembuhan Hassan, namun Tuhan berkehendak lain. Apa daya mereka, ini sudah takdir Tuhan yg harus ikhlas mereka terima.
"Acan napa, Buk?" Hussein pun mencoba mencari jawab atas nasib kembarannya. Bocah kecil itu belum paham apa yg membuat kerabatnya semua menangis.
"Kami tahu bahwa tranfusi ini hanya sedikit membantu pemulihan Hassan. Tapi yg kami sesalkan kenapa tubuh Hassan justru menolak darah yg masuk ke tubuhnya? Pdhal darah itu sudah kami crosscheck dan cocok, kenapa prakteknya gagal? Kami mohon maaf, sus." Ujar dr. Tri selanjutnya menyampaikan penyesalannya.
"Silahkan klo suster Jodha dan keluarga hendak merawat jenazahnya."
Jodha hanya diam saja, mengabaikan segala ucapan sang dokter. Maham yg mengerti bagaimana rasa kehilangan yg kembali Jodha alami segera mendekat dan merangkul putrinya. Maham sendiri juga sangat sedih, kehilangan cucu kesayangannya yg sangat ia banggakan, tapi sbg seorang ibu, Maham ingin tampil tegar di depan Jodha utk menguatkan putrinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Akulah Cinta Yang Kaucari
FanficKabut cinta masih menghalangi pandanganmu. Tapi yakinlah bahwa Tuhan tidak pernah salah menentukan takdir-Nya. Yang bisa kulakukan hanyalah bersabar menunggu saat kau sadar bahwa akulah cinta yang kaucari itu...