Part 26 ( Kau & aku di tempat berbeda )

554 15 2
                                    


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ciuuu.... jeduuuaaaaa!!! Langit malam serasa menjadi siang saat cahaya merah itu membelahnya.

"Allahu Akbar."

"Ya Allah..."

"Aaa!!!"

"Oek... oek... oek..."

Jodha yg baru saja turun truk, menginjakkan kedua kakinya di atas tanah perbatasan Palestina – Israel, bersama rombongan lainnya, termasuk Agung, menutup telinga, berganti melongo, kemudian benaknya terhentak, tenggorokannya tercekat, bibirnya tergetar dan matanya mulai merebak.

Air mata Jodha mengalir deras melihat dan mendengar semua yg tertangkap oleh inderanya. Suara nuklir bagai perayaan pesta kembang api menyambut tahun baru. Tapi bukan. Ini bukan kembang api yg hadirnya membuat jutaan manusia tertawa bahagia, melonjak kegirangan, bahkan saling berciuman tanpa rasa malu. Ini nuklir. Efek dentuman tdk hanya mengoyak bumi tapi turut menghempaskan manusia yg bertebaran di atas bumi ini. Lolongan manusia yg meregang nyawa, erangan kesakitan, dan tangisan para kerabat terdengar menyayat hati.

"Mengerikan sekali ya, Gung." Ungkap kesedihan Jodha melihat semua itu di tengah usaha mereka menggapai posko.

Bukan mereka tak ingin menolong, mereka belum siap dg standar keamanan bagi tim relawan, jadi mereka meneruskan langkah ke posko. Toh sudah ada relawan lain yg sudah datang dan siap terlebih dahulu.

"Hm. Pemandangan seperti ini sudah berlangsung entah berapa puluh generasi, Jo. Dan akan berakhir sampai kapan? Hanya Tuhan Yang Maha Tahu." Jawab Agung di tengah pelarian mereka dan tdk lupa terus menggenggam tangan Jodha agar tdk terlepas.

"Jangan – jangan sampai akhir jaman, Gung." Ungkap miris hati Jodha.

"Bisa jadi. Semua punya kepentingan, ego, dan nafsu. Dua pihak yg bertikai tdk mau peduli bagaimana nasib rakyat kedua negara. Sudah begitu, munculnya pihak ketiga yg mengatasnamakan dewan keamanan bukannya menjadi penjaga ketertiban dunia malah semakin memperburuk keadaan atas dasar kepentingannya sendiri. Mereka seperti memancing di air keruh saja."

"Apa yg bisa kita lakukan utk mendamaikan mereka ya?"

"Telinga mereka sudah bebal, Jo. Seruan damai sudah terdengar di seluruh sudut dunia, tapi banyaknya kepentingan yg merecoki tanah ini membuat pertikaian tak pernah surut apalagi berakhir. Klo kita sudah berusaha mendamaikan, maka kita tinggal mendoakan. Dan... bentuk kepedulian kita selanjutnya ya ini... memberikan bantuan kemanusiaan utk sedikit meringankan beban penderitaan mereka. Bantuan itu bisa berupa materi atau benda, bisa juga berupa fasilitas kesehatan. Beruntung negara kita juga ikut peduli, bahkan membangun rumah sakit di sini. Tenaga relawannya juga banyak, mereka bahkan sangat terhormat jika bisa berkesempatan menjadi relawan kesehatan di sini."

"Begitupun dgku, Gung."

Ketetapan hati Jodha yg baru saja terucap mengiringi keberhasilan mereka memasuki lorong sempit menuju posko. Mereka bisa sedikit bernafas lega dan berjalan santai.

Akulah Cinta Yang KaucariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang