Sidang pagi

373 27 0
                                    

Kami berangkat pagi-pagi sekali dengan mobil pribadi, Tara duduk disamping ku dibagian belakang mobil.

Kami tak membicarakan lagi soal sidang diperjalanan, bahkan rasanya kami nyaris tak membicarakan apapun. Aku melihat kejendela, bentangan hijau pertanian yang kami lewati, tak lama kami melewati jalan yang lebih besar untuk memasuki kota. Jalan-jalan dan trotoar terlihat ramai pagi itu, supir mobil lebih sering membunyikan klakson jika sudah berada di area perkotaan.

Mobil berhenti didepan sebuah gedung Ham Court of Justice.

Patung besar seorang pria muda berotot memegang timbangan ditangannya menyambutku dengan tatapan mati.

"Lexi Roxette, 18 tahun, gelar sarjana muda dan lulusan program sekolah cepat di Inggris, tercatat masih menjadi siswa di Universitas New Zealand..."
"Tara Roxxete, 18 tahun, saudari Lexi, mengklaim warisan Roxette berdasarkan dokumen resmi surat wasiat dari orangtua..."

Cukup lama aku harus mendengarkan pembukaan hakim, sebelum akhirnya sidang kami dibuka.
Aku dan Tara berada dalam ruang kecil: di isi deretan bangku panjang dan lukisan-lukisan autenthic dari peninggalan kerajaan.

"--dan berdasarkan itu warisan Roxette jatuh ketangan putri Mr. dan Mrs. Roxette, Tara Roxette." pria tua dalam balutan jubah merah dan wig kumal itu menghentakan palunya keras-keras.

"Tunggu, tunggu... aku keberatan!" kataku, setelah bunyi palu menggelegar diruangan.

Apa yang membuatku bergetar bukan suara keras hentakan palu itu, namun fakta semuanya berjalan buruk.

"Mrs. Lexi anda sudah menyampaikan keberatan 27 kali. Tolong ditarik saja." kata Hakim. Para juri disudut kiri dan penasehat di kiri-kanannya kelihatannya sudah mulai bosan dan ingin segera mengakhiri sidang ini.

Aku terus saja memprotes, "Tapi itu absurd! aku 100% tidak da--bagaimana bisa? aku tidak dapat bagian sama sekali? ini sangat absurd! aku satu-satunya anggota keluarga yang pernah berkontribusi dengan perusahaan ini, aku konsultan muda untuk perusahaan East India sejak aku tinggal di New Zealand. Aku lulusan terbaik Cum Laude dengan gelar kehormatan. Aku bisa mengurus perusahaan itu, seharusnya mandat wasiat ini dipertimbangkan lagi... Ayolah, katakan sesuatu Bernie..."

Bernie adalah pengacara yang saat itu bisa kudapatkan, dia menggeleng saja dengan kacamatanya yang berkilat. Keputusan hakim tak bisa diganggu-gugat lagi.

Aku melihat adiku menggaruk-garuk kukunya. "Well, Lexi." katanya santai. "Kau memang pekerja keras, tapi kau tidak ada disana ketika mereka membutuhkanmu. Aku membuatkan mereka jus dan memanaskan sup saat ibu sakit. Bla, bla, bla, bla--" aku tak sudi mendengar ocehannya lagi.

Emosiku naik, dan aku tak punya waktu lagi untuk memikirkan etika. Berkali-kali aku memotong Hakim berbicara.

"Kasus selanjutnya, Please!" seru Hakim.

Aku terus bicara, sampai dua orang petugas menyeretku keluar ruangan dengan paksa. Kami seperti anak kecil yang tidak berguna, hilang sudah esensi pendidikan tinggi yang kukecam dengan perlakuan ini.

The Ersatz Perished (kematian palsu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang