The Raid

85 3 0
                                    

Kutemukan baris pada halaman yang khusus membahas Asia Tenggara pada suatu majalah. Kutemukan bahwa pemerintah Hindia Belanda melarang Koperasi tanpa campur tangan pemerintah.

Sekarang jelas bahwa Kethlen Wulandari memang membatalkan ekspornya karena hilangnya koperasi-koperasi dinegaranya.
Pasti dia rugi besar...

Hari-hari berlangsung normal. Aku bekerja seperti biasa dan sepertinya mulai membosankan untuk diceritakan. Bahkan tingkah Tara yang semakin cerewet dan berkali-kali mengatakan tidak ingin bebas dari penjara itu tidak menggangguku lagi.

Ada hari dimana aku meliburkan lebih dari separo unit pelayan dan sekuriti di Mansion tempat aku tinggal, hari itu salah satunya adalah menjelang hari ulang tahun perusahaan atau hari besar lainnya.

Hari itu, Mansionku benar-benar sepi dan lenggang dari penjagaan, yang tetap tinggal untuk bekerja hanyalah kepala pelayan dan beberapa asisten manajer pelayan.

Saat itu pagi, aku memasak teh seperti biasa, dan berniat membawakan nampan dari kayu dan alat makan aluminium berisi sarapan pagi untuk tara didalam selnya.
Tak ada sedikitpun tanda-tanda atau ilham bahwa neraka sedang mengibaskan anginnya pada kami.

Tibalah mimpi paling buruk itu berkunjung kedalam mansion keluarga kami.

Kepala pelayan tua itu berlari kepadaku, mengabaikan sikap profesionalnya. Wajahnya pucat, ketegangan mewarnai. "Mrs. Tara!" dia memanggil.

"Ada sekelompok orang diruang depan. Mereka mencari anda." katanya sambil megap-megap.

Perasaanku sangat tidak nyaman, "Bagaimana mereka dibiarkan disini? bukannya penjaga gerbang didepan seharusnya melapor?"

Kemudian kepala pelayan itu terisak dan menangis sambil menggigit bibirnya yang keriput. Lalu merosot hingga duduk dilantai.
Dia memukul-mukul dahinya sendiri... "huuu, huu,"

"Tenang tuan, ada apa?" aku maju mengelus punggunnya dan membantunya bangkit.

"Saya tidak tahu bagaimana dia melewati gerbang dan satpam. Tapi mereka sudah disini sejak pagi buta." Dia terisak-isak lagi dan tersedak, lalu batuk-batuk...

"Saya sedang membagi tugas pelayan, tiba-tiba dua anak buah saya ditemukan terkapar tak bernyawa dilantai, leher mereka digorok, darah belepotan menggenangi lantai, orang-orang ini lalu muncul dan mengancam saya dengan senjata api."

"Siapa? apa ada perampok?" tanyaku.

"Mereka memaksa saya mencari anda dan membawa anda kepada mereka, Mansion ini sudah dikepung. Mereka akan membunuh pelayan lainnya dalam lima menit."

Aku terdiam mencerna itu. Mereka tidak menggeledah seperti perampok, sepertinya orang-orang ini profesional dan tujuan mereka jelas adalah aku... pasti aku kenal dengan me--"
Tidak mungkin! mungkinkah...

"Tuan, maukah tuan membantuku? please, jangan takut." bujukku pada kepala pelayan tua itu. Dia mengangguk sambil terisak-isak.

"Beritahu mereka kalau aku tak ada disini dan bersembunyi disuatu tempat."

"Sa--saya tak berani Missy, tolonglah. Saya tak tahu harus bagaimana lagi. Mereka akan membunuh saya; mereka sudah membunuh anak buah saya yang lain."

Aku harus melepaskan Tara lebih dulu, mereka akan menemukannya nanti.
Gawat, benar-benar gawat. Aku harus tetap tenang. Tapi kutemukan lututku gemetaran. Dan suhu tubuhku panas dingin.

"Dengar sir, jangan takut. Tolonglah, tolong. Anda pasti bisa melewati ini," aku menatap kedalam matanya lekat-lekat. Kemudian pria tua itu menyapu air matanya.

"Baiklah Missy, saya akan usahakan."

"Bagus." Sekarang aku bergegas mengabil kunci kamar lantai atas dan berlari menuju basemen bawah tempat aku mengurung Tara.

Langkahku terhenti saat memutar kunci pintu, aku mendengar teriakan dan suara penganiayaan berat...

sepertinya seorang pelayan sedang terbunuh lagi.

The Ersatz Perished (kematian palsu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang