Apakah ini perampokan?

110 3 0
                                    

"Tetap didalam," perintah Pramodia. Kethlen terlihat ingin menghentikannya, tapi pria tua itu sudah membanting pintu hingga tertutup.
Kedua serdadu belanda turun dari  kereta dan berjalan dengan langkah kuda-kuda bertarung sambil memegang bayonet ditangan. Mereka menengadah keatas, dan menyapu semua sudut pandang.

Wajah Kethlen kelihatan lebih serius, tapi tak terlihat takut. Dan aku sendiri hanya kebingungan.

Sesuatu bergemeresak dilangit, bersama suara-suara melengking yang aneh. Bukan pemandangan biasa, beberapa orang turun berayun dengan tali dari atas pohon, mendarat sambil berguling-guling menerbangkan dedaunan kering dan menyapu biji-biji karet ditanah. Semakin lama semakin banyak orang-orang aneh berjatuhan dari atas dengan berayun pada tali, ada yang turun sambil bersalto berkali-kali diudara sampai semua itu selesai--sekarang kami dikelilingi oleh puluhan orang-orang misterius memakai topi kerucut.

Wajah-wajah mereka dinaungi kegelapan dan jelas tidak bersahabat, masing-masing ditangan mereka memegang parang terhunus, celurit, arit, dan perkakas kebun garpu tala.

Mereka semua berdiri diam, manusia-manusia memakai topi kerucut, menginvasi seluruh jalan kabur kereta kami--Semua aksi itu diakhiri dengan sesusatu sangat berat jatuh menimpa atap kereta kami.
Langit-langitnya sampai penyok sedikit.

Aku menyentuh pistol yang tak pernah ku ekspos didalam kantong Blazer panjangku. Aku tidak tahan lagi, kurasakan batang besi berbentuk pipa itu dikulit jemariku, lalu setelah menggenggam gagangnya--kucabut dan kutembakan ketengah-tengah langit-langit sekali tembakan.
Kethlen tadi sempat merapat kesandaran dan menutup telinga; ledakan api meletus diujung pistolku, dan seketika seluruh ruang kecil didalam kereta itu dipenuhi kepulan asap tipis.

Bau belerang menyengat...

Tak jeda lama, sesuatu yang jatuh tadi jatuh terguling menabrak kaca depan, mengejutkan kusir yang malang, hingga akhirnya terlantar ketanah (Aku tak bisa menengoknya).

Apa tembakanku tadi membunuhnya? Aku tak bermaksud mencelakai, aku hanya terlalu gugup. Semoga aku tak menyesali tindakanku tadi.

Tiba-tiba dia bangkit seketika, aku mengerjap karena kaget, kusir juga terlonjak dan menyerukan kalimat taubat... Rupanya tembakanku tadi meleset. Pria itu memasang topi kerucutnya yang bertali itu, memungut parangnya yang jatuh (Sesaat aku khawatir dia akan membacok kusir) lalu berlari kencang seperti maling untuk bergabung dengan kawan-kawannya.
Sepertinya tembakanku meleset.

Kami menonton dibalik jendela, seorang pimpinan kelompok bersenjata ini maju berhadapan dengan Pramodia sambil melambai-lambaikan senjata tajam dan memaki-maki dalam bahasa yang tak kumengerti...

Apa akan terjadi pertumpahan darah disini? Sementara dua serdadu Belanda tadi masih berada didekat sekitar kereta sambil mengawasi setiap orang bertopi kerucut  yang mendekat, Bayonet mereka siap merobek jantung.

"Apa katanya?" bisikku pada Kethlen.

"Sepertinya ini perampokan." jawabnya. Aku menoleh padanya, dia memberiku tatapan menenangkan dan senyum lemah. "Ada banyak laskar-laskar yang terbentuk dengan sendirinya dibawah tekanan atmosfer politik yang buruk. Sangat sulit mencari provokator dan menahan mereka, biasanya ini tak menjadi masalah primer."

"Kita tidak bawa uang kan?"

"Mungkin mereka salah mengira ini kereta bangsawan pribumi atau pejabat Wolanda, salah satu pemikiran yang terbentuk pada nilai mereka adalah: halal merampas milik musuh yang dianggap telah merampas milik mereka."

Kami memperhatikan Pramodia berdebat dengan pimpinan kelompok ini; salah seorang serdadu menendang salah satu anggota kelompok bertopi kerucut yang mendekat terlalu dekat dengannya, dan memukul kepalanya dengan ujung tumpul belakang bayonet.
Berani sekali--apa dia tidak khawatir diserang orang bersenjata sebanyak ini... tapi meskipun teman-temannya geram, tanpa perintah dari pimpinan, laskar ini tidak bisa langsung menyerang kami.

Lalu dua orang maju menyerang serdadu belanda itu, parang dan bayonet beradu, beberapa detik kemudian dua orang lagi bergabung, kemudian tambah lagi dua orang; salah seorang serdadu belanda itu menjatuhkan bayonetnya karena gelabakan melawan sendirian dan kena tikam dibahu. Teman serdadu belanda itu melangkahi temannya yang terkapar sambil mengacungkan bayonet,
"Blijf Weg! Blijf Weg!" dia berseru dalam bahasa belanda untuk menyuruh kelompok bertopi kerucut mundur.

Sementara itu, Pramodia masih berdebat dengan pimpinan kelompok ini.

"Blijf Weg!" Seruan serdadu itu sekali lagi terdengar.

Tanganku masih kejang memegang pistol... Kethlen sempat melirik padaku sekilas, dia menghela nafas kesal lalu membuka pintu dan melangkah turun keluar.
Aku tak sempat mencegatnya, "Keth--"

Haruskah aku keluar? pistol Revolver yang kupegang hanya memiliki 6 peluru, dan sekarang sisanya 5. Sementara jumlah penyerang kereta kami sepertinya puluhan orang.
Belum lagi jalan kami diblokir dengan rentetan bambu runcing dan pohon tumbang.

Aku melihat Kethlen berjalan dengan lengang, mengabaikan dua serdadu belanda yang sedang bersitegang dengan beberapa orang bersenjata. Dia mendekati Pramodia dan pimpinan kelompok perampok ini. Dari nadanya sepertinya wanita itu sedang mengajukan protes. Tangannya sempat menunjuk kearahku yang menengok dijendela--aku langsung menunduk spontan.

Setelah menunggu cukup lama, akhirnya Kethlen kembali masuk kedalam kereta dan bersandar lega. Pram memilih berdiri dibelakang bersama kedua serdadu, sepertinya luka salah satu serdadu itu tidak parah.

Kulihat kejendela para perampok itu ramai-ramai memindahkan batang pohon dan melucuti jebakan pagar bambu runcing.

Kemudian kuda-kuda yang kini kembali tenang menarik kereta kami dan kami meneruskan perjalanan tanpa bicara banyak...

The Ersatz Perished (kematian palsu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang