Aku memutuskan mengabaikan emosinya, Tara sebenarnya sudah mulai bisa menerima kenyataan kalau dia ditahan disini olehku agar tidak menjatuhkan perusahaan kereta api dan sparepart mesin Roxette, dia sudah jarang mengamuk-amuk setiap kali aku datang.
Aku tahu dia memang hanya bertingkah ketika aku menjenguknya. Tapi dia selalu minta berbagai macam hal-hal merepotkan sekedar untuk membuatku repot. Jadi, belakangan aku membatasi kunjungan, dan hanya menjenguknya saat jam makan pagi, siang, dan malam.
Aku ingat dia minta dibuatkan Pizza dengan ukuran potongan tertentu, pasta kalengan, lilin berbentuk patung liberti, barbel, alat olahraga rumahan, dan terakhir dia ingin foto seekor kuda poni yang sedang berselancar dipantai. Jadi, aku harus menyewa kapal barang untuk membawa seekor anak kuda dan menempelkan kakinya pada papan selancar pakai lem kayu. Setelah susah payah foto kuda berselancar kudapatkan, dia berubah pikiran, dia bilang sudah bosan melihat banyak poster kuda didindingnya dan sekarang menginginkan dekorasi bermotif pelangi dan Unicorn.
Lalu aku berjalan kesamping dinding berlapis bata merah, lalu menarik sebuah tuas yang tertanam didinding. Rantai katrol mulai berderak menggulung dilangit-langit.
Tara membiarkan dirinya terseret oleh tarikan katrol rantai yang menjerat kakinya. Sampai dia merapat didekat dinding barulah aku membuka pintu dan masuk.Aku mengambil kursi kecil dari kayu jati didekat lemari rak buku-buku, kemudian aku duduk dan berkata dengan antusias. "Aku punya berita baik."
"Jadi apa yang baik bagimu?"
"Pertama, ada seorang pria memujiku. Dia bilang, Tara sangat cantik dan pintar." Aku memberitahunya.
Dia tetawa, "Dia memang benar--kau puas menjadi diriku?"
"Perusahaan kita tidak hanya selamat dari kehancuran sejak ditinggal oleh kedua orang tua kita. Tapi juga reputasinya meningkat ditangan Lexi alias Tara Roxette." kataku dengan gembira meski tahu dia tidak akan terlalu peduli.
"Oh," responnya, hanya itu. hanya "Oh".
Setelah itu kami hanya terdiam, dan aku duduk saja sambil memain-mainkan kancing dilengan kemejaku. Kupikir untuk sesaat kami hanya akan bersantai tanpa argumen. Tiba-tiba dia bicara, "Lexi,"
"Ya?"
"Kau boleh ambil saja semua kekayaan itu dan identitasku sekalian. Aku sudah tidak tahan lagi, aku sangat bosan disini. Keluarkan aku secepatnya please." dia kedengaran sedih, tapi serius.
Aku menatapnya yang melorot bersandar didinding sambil duduk dilantai. Dia bisa duduk disofa tapi teralu malas untuk berdiri dan mencapai sofa. Aku menimbang-nimbang dan memikirkan kata-katanya. Aku tak menyangka bisa mendadak seperti ini dia menyerah. Dia selalu keras kepala dan pasrah seperti ini bukan sifatnya (Mungkin ini adalah kesamaan sifat yang kami miliki diantara banyak sifat yang bertolak belakang).
Ini jawaban yang aku berikan, "Tidak, kau masih berpotensi untuk merampas balik yang sudah berhasil kupertahankan dari wasiat terakhir itu, kalau yang berwenang tahu kau masih hidup, tidak hanya semua harta kekayaan Roxette kau ambil alih, tapi juga akan menjebloskanku kepenjara dalam waktu lama karena melakukan manipulasi setingkat kriminal."
Kulihat Tara mendesah dan melempar pandangan kearah lain. "Ah, apa yang harus kulakukan Lexi?"
"Tak ada. Hanya tunggu saja sampai aku memutuskan waktu terbaik kau boleh bebas."
Alasannya adalah, sampai status anak hilang Malina Scheilg bisa ditutup kasusnya. Pengacaranya perlu waktu untuk membuat alibi. Karena sesungguhnya anak hilang bernama Malina Scheilg tidak pernah ada didunia ini! Kami sengaja membuat kasus itu agar Tara bisa memiliki identitas baru saat keluar dari tahanan rumah ini. Saat tiba waktunya, catatan polisi akan meresmikan keterangan ditemukannya Malina Scheilg, anak dari pasangan petani dipinggiran desa di Inggris. Malina Scheilg yang sesungguhnya adalah anak satu-satunya yang meninggal karena sakit demam. Tapi didesa itu kematian dan kelahiran jarang di data apalagi sensus.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Ersatz Perished (kematian palsu)
Mister / ThrillerLexi memalsukan kematiannya dan menyekap saudarinya untuk mengambil identitasnya. Konspirasi dan intrik yang berkembang sejak tewasnya orangtua mereka yang meninggalkan warisan secara tidak adil.