Akhirnya aku pun pulang kembali ke Richmoun, kembali ke mansion keluarga Roxette yang megah.
Aku sudah memberikan suplai kalengan untuk dimakan Tara selama aku pergi, jadi dia akan baik-baik saja diruang basement sambil membaca majalah ataupun mendengarkan musik dari piringan hitam Gramophone.
Aku menuruni anak tangga pelan-pelan, Bagaimana kabar anak itu?
Disana Tara berbaring diatas kasur, tangannya memainkan parade boneka sambil berbicara ngawur sendiri. Kedua kakinya yang memakai kaus kaki hangat dinaikan keatas dinding sehingga rok terusan blus nya tersingkap sampai ketungkai; sungguh tak sopan.
"Kau pangeran kodok, bukan hanya bagian kodoknya yang menyebalkan, tapi ternyata kau juga lelaki tak jujur!"
kemudian Tara memainkan boneka satunya yang berbentuk putri dalam gaun dan mahkota. "Aku mengutukmu..." kemudian dia menirukan suara berat, "Jangan, Jangan, cukuplah kodok penderitaanku... jangan ditambah lagi, oh puteri... kalau kutahu kau keturunan penyihir aku tak akan berani macam-macam."
kemudian dia menabrakan kedua boneka itu berkali-kali dengan kasar hingga benang rambut boneka putri rontok dan kepala pangeran lepas dari tubuhnya.
"Rasakan ini! Jadilah kau Kodok danau yang mewarisi perusahaan yang hampir bangkrut! kau, kodok yang tak jujur--telah mengkhianati pacarmu yang baik hati ini... kau akan dikurung bersama Lexi sang wanita tua berkutil dan bertanduk untuk seribu tahun..."
Sekarang aku mengerti, dia berbicara tentang diriku.Seringaiku langsung musnah berganti kembang berduri yang jengkel.
"Tidaak, sungguh menjadi pangeran kodok lebih bersukacita daripada bersama Lexi yang jahat! tidaak oh puteri yang..."
"--Ehem, ehem." aku menyelanya. Aku tak tahan lagi mendengar ocehannya.
Tara langsung bangkit seperti ditembak petir karena terkejut. Rantai dipergelangan kakinya bergemerincing. Boneka yang dimainkannya langsung diselipkan dibawah selimut. "Lexi! apa kau tak punya tata krama?"
"Maaf, maaf." kataku.
"Ketuk dulu kek."
"Tapi disini tak ada pintu." tukasku.
"Well, nanti aku ingin ada bell didekat tangga basement, jadi kau bisa membunyikan lonceng dulu sebelum masuk." katanya dengan nada memerintah.
"Yah, baiklah."
berhubung aku memang sudah janji memenuhi apapun keinginan konyolnya dalam rangka sebagai kompensasi telah mengurungnya disini.Tara terburu-buru mendekat ke jeruji, "Kau bilang aku bisa bebas setelah beberapa tahun menunggu. Sudah bertahun-tahun aku disini, aku sudah bosan, kapan aku keluar?"
"Baru tiga bulan sejak kau dikurung didalam sini." kataku.
Dia menggeleng karena kesal sampai rambutnya acak-acakan. "Tapi rasanya sudah 10 tahun!"
Aku membuka gembok kunci selnya, tapi engselnya masih terpasang dari luar. "Bisakah aku masuk sebentar? kamar ini bertakan sekali, aku akan membereskannya."
"Masuk sana, sekalian kuras bak mandiku, airnya belum diganti sejak aku mandi kemarin malam." lalu anak itu merebahkan dirinya dilantai dengan acuh.
Buruk sekali, karpet bulu ini mahal dan sulit dibersihkan. Ada banyak noda dan rempahan biskuit diatas karpet.
Tara benar-benar jorok, dari ujung karpetnya yang lembab, kelihatannya dia memakai karpet ini sebagai keset kaki.Terpikir olehku untuk mengambil saja karpet ini, tapi aku tidak tega.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Ersatz Perished (kematian palsu)
Misteri / ThrillerLexi memalsukan kematiannya dan menyekap saudarinya untuk mengambil identitasnya. Konspirasi dan intrik yang berkembang sejak tewasnya orangtua mereka yang meninggalkan warisan secara tidak adil.