Membebaskan Tara

102 4 0
                                    

Kubuka pintu itu dan bergegas masuk menuruni undakan kedalam basemen.

Aku melumbar rantai katrol tergesa-gesa. Tara terbangun karena suara ribut yang kutimbulkan...

"Pagi Lexi?" katanya malas sambil menguap.

Aku membuka kunci pintu pintu dan menendangnya, lalu bergegas mendekati Tara dan melepaskan borgol rantai dipergelangan kaki Tara. Dia memandangku dengan bingung. "Wow, ada apa ini? kenapa kau melepaskanku? apa sekarang aku bebas?"

Tak kugubris ucapannya. Aku sibuk membuka rantainya, melempar itu sembarangan lalu memijiti kakinya sebentar.

"Lexi apa kau gila?" tanya Tara.

"Kakimu sehat kan? Bisakah kau lari?" kataku, "Lari secepat yang kau bisa,"
Aku bergegas lagi membuka jendela yang mengarah kehamparan hijau halaman luas di arah belakang mansion ini dengan kunci yang sama untuk membuka belenggu kaki Tara.

Tara hanya berdiri melihat keanehanku, "Dengar, tak ada waktu menjelaskan... Lari sejauh mungkin dari sini, lari sejauh-jauhnya... Ada orang-orang yang ingin membunuhku, dia akan membunuhmu juga jika dia menemukanmu!"

Dia tidak membantah ketika aku menggiringnya kedekat jendela itu. Karena ruangan ini lebih rendah daripada permukaan tanah, jadi jendelanya agak tinggi diatas. Kubantu saudariku memanjat keatas sana dengan mendorong kakinya. Dia sempat menoleh, "Siapa Lexi?"

"Orang-orang jahat." Kubuang wig yang kupakai keluar jendela.

Tara sudah mengantongi berkas untuk identitas barunya sebagai Malina Scheilg, jadi dia tahu harus pergi kemana nanti.

Tiba-tiba dia mengulurkan tangan setelah berhasil memanjat kesana.

"Aku tak ikut," kataku.

"Kenapa?"

"Aku harus memancing mereka, atau kita berdua yang akan celaka. Larilah cepat!"

Ragu-ragu, kulihat Tara menarik tangannya, dan dia sepertinya berat untuk pergi.
"Maafkan aku Tara. Sepertinya Aku tak bisa mengembalikan bagian warisanmu sesuai janji." Itulah kalimat terakhir dariku.

Setelah menoleh kekiri dan kekanan, Tara mulai berlari dan suara debam langkahnya direrumputan semakin jauh: Meski dikurung, dia masih berolahraga diruangan dan larinya masih sekencang seorang atlet.
Untuk pertama kalinya setelah lama ditahan dia menapak lagi alam bebas.

Sekarang waktunya aku membayar apa yang telah kuperbuat.

Tanganku terkepal, kurasakan aliran darah dingin dipelipis. Tidak ada rasa takut lagi, perasaan itu tak ada artinya--sudah terlalu kacau semuanya.

Aku mengambil busur panah yang digantung didinding yang biasa dipakai Tara untuk latihan memanah didalam ruangan ini. Kuambil satu anak panah dari keranjang dan kusandarkan didinding, lalu kuinjak ujungnya kuat-kuat sampai patah. Kini bagian karet ujung mata panahnya patah menyisakan ujung runcing panah yang berbahaya.

Bergegas kukunci pintu basemen dari dalam, lalu mengambil posisi berdiri dan menahan tarikan anak panah kearah pintu itu.

Aku akan menunggu... dan siapapun yang membuka pintu itu pertama kali akan mati!
Aku akan membunuhnya!

The Ersatz Perished (kematian palsu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang