"Jangan jauh-jauh dariku, sering terjadi konflik diperbatasan Serawak antara KNIL (Koninklijk Netherlands-Indische Leger [Royal Netherlands East Indies Army]) dan Inggris, nanti kau bisa dikira mata-mata."
Itulah saran Sukro padaku. Tapi aku tidak peduli, aku tetap ikut ajakan sekelompok anak muda main kartu. Kukira Sukro terlalu paranoid, aku memang merasa asing disini, tapi aku tidak bodoh.Memakai kapal layar menuju Borneo, aku gunakan untuk belajar. Aku bertemu beberapa anak muda terpelajar yang pulang kampung dari sekolah di Surabaya. Ada belasan rombongan pelajar yang satu kapal denganku.
"Jadi, jika frekuensi radio dan transmitter bisa dikonversikan kedalam kode baru, apa kira-kira mungkin?" kata salah satu anak muda yang satu meja denganku, kami main kartu sambil mengobrol diluar kapal sore ini.
Sial, aku tak mahir dengan ini, tapi aku tidak mau kalah dan terlihat bodoh, "Tidak, itu akan makan waktu bertahun-tahun bagi mesin algoritma untuk memecah konversinya." Sahutku.
Dan anak-anak ini ribut lagi berdebat soal alat komunikasi...
"Kenapa kalian tidak coba temukan sesuatu seperti--misalnya, mesin yang memudahkan menanam padi. Atau alat yang bisa membuat padi tumbuh sebesar semangka."
"Semangka?" kata salah satu anak perempuan berkerudung tipis dengan ujung rambut hitam menyembul.
"Apa dia bilang semangka?" gumaman-gumaman pecah.
Seorang anak menyentuh tanganku sopan, "Mam... padi tidak berasal dari semangka."
"Dia bingung," kata seorang anak lainnya.
Hmmm, menarik, apa anak-anak muda ini cukup peka dengan suhu politik. "Bagaimana kalau aku bertanya, apa itu Semangat Koperasi?"
Jawaban yang kudapat beragam.
"Koperasi itu sangat natural, pada akhirnya para mikro akan membentuk aliansi.""--Aku sering baca koran, Koperasi itu cuma bisnis berkedok aliansi pribumi."
"--itu sudah jelas sarana bagi kita untuk berjuang meningkatkan kedaulatan... Koperasi itu bagus."
"--Alah, kau cuma fanatik... sudah lama kau sekolah, masih saja berpikiran seperti itu. Koperasi itu cuman bisnis."
"--Kalian ini sok tahu, coba pikirkan ini... keuntungan koperasi sebagian besar tak masuk Kas negara, siapa coba yang mengambilnya? para petinggi jabatan di koperasi bukan?"
"--Kenapa coba? masuk Kas negara kan juga dikelola dari Belanda sana, itu namanya strategi bisnis. Kan pendapatan daerah kita juga sudah kena pajak?"
"--Ah, Pala Kau Suntoloyo!"
Dan bla, bla, bla, bla, bla, dasar anak-anak muda.
Tapi itu cukup memberiku informasi tentang Koperasi. Intinya adalah, Kethlen berhasil memanfaatkan gubernur Belanda yang korup dan tidak jujur untuk sama-sama mendapat keuntungan dari koperasi ini...
Berdasarkan buku panduan yang kubaca ketika membuat surat izin tinggal sementara disini, aku tahu gaji gubernur Belanda sudah ditetapkan. Kupikir Untuk bisa menjadi kaya mereka harus memotong atau memanipulasi pendapatan daerah. Termasuk Koperasi bentukan Kethlen, itu tidak terlalu menguntungkan Belanda... Pasti Kethlen sekongkol mengatur ini dengan pejabat korup Java untuk membuat laporan-laporan palsu dan propaganda agar Koperasi di izinkan pemerintah di Hindia.
Terimakasih untuk anak-anak bangsawan dan orang kaya yang sangat polos memberikan pendapatnya. Ada gunanya juga bergaul dengan mereka.
Aku beranjak dari meja dan mencampakan setumpuk kartu kemeja,
"Siapa yang ingin melihat mobil Inggris?" kataku."Kau bawa mobil?" tanya salah satu anak.
Aku mengangguk, "Hmm-m."
Jadi mereka semua mengikutiku ke dalam dek penyimpanan barang, dan aku membuka kain penutup mobilku, aku bahkan menyalakan mesinnya agar mereka bisa melihat.
Lapisan kuningan yang mengkilat dan tepian besi mengkilat kinclong, tirai jendela sutra, dan sofa merah dudukannya yang elegan.
Mobil bertenaga uap ini barang kebanggaanku, aku jarang memiliki benda yang disayangi. Kunyalakan Klakson beberapa kali."Telolet Mam, Telolet!" lalu kunyalakan lagi klaksonnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Ersatz Perished (kematian palsu)
Mystery / ThrillerLexi memalsukan kematiannya dan menyekap saudarinya untuk mengambil identitasnya. Konspirasi dan intrik yang berkembang sejak tewasnya orangtua mereka yang meninggalkan warisan secara tidak adil.