Meracuni Tara

359 20 0
                                    

Seminggu kemudian, Berita kematianku ditulis dikoran dihalaman depan dengan gambar hitam-putih sebuah Trem yang terbalik dan terbakar, dengan petugas pemadam kebakaran menyirami mesin itu dengan selang.

KELUARGA ROXETTE : TEWAS DALAM KECELAKAAN TERM, TERMASUK SEORANG ANAK KEMBAR DARI DUA BERSAUDARI!

Setelah seminggu akhirnya data dari petugas inspeksi dilegalkan, jurnalis membantu mempercepat beritanya ke khalayak, pengacara menghapus semua tuntutan keberatan dan catatan pengadilan yang mengatasnamakan diriku.

Dokter gadungan memberiku resep obat tidur anti insomnia. (Aku berbohong tentang insomnia untuk ini).
Dengan demikian, manipulasi yang aku inginkan resmi dikonfirmasi secara hukum.

"Chloroform." Aku membaca label pada tutup botol itu.

Suatu ketika aku sedang membaca sambil menunggu Tara pulang dari latihan kebugaran sore. Kemudian dia datang, aku mendengar derap langkahnya dan suara nafas berhembus karena letih. Itu dia! segera campuran rasa gugup dan bersemangat mengaduk perutku.

Aku melangkah pelan membawa biskuit dan krimer menuju kamarnya. Sambil berjinjit aku mendorong pintu kamarnya yang berat, bunyi kunci-kunci gembok yang dipasang pada pintu itu berkelontang walau aku sudah membukanya pelan-pelan. Tapi Tara tak mendengar, dia asik mandi dibalik diding kaca yang memisahkan kamar dan kamar mandi pribadinya. Aku berjinjit membawa baki berisi biskuit dan segelas lemon segar. Perlahan kuletakan diatas meja kecil dekat ranjangnya yang besar.

Sementara itu Tara asik berkelut dengan pancuran shower yang berisik, ditambah bunyi senandungnya yang ceria.

"Per quer la' varte quenos is'me chava delca..." Aku tak bisa mendengar dengan jelas liriknya karena sepertinya dia bernyanyi dalam bahasa prancis yang asal-asalan. "Oh hoo--hoo uh hmm... hmm... le'amour..."

Aku berjinjit lagi meninggalkan kamarnya. Misi sukses.
"CYEMMMMEEEEEE' DAHH!!!" demi tembang bethoven, jempolku tersandung ujung kaki ranjang ketika mendadak nada irama senandung Tara naik drastis.
Aku menggigit bibir menahan jeritan. Sialan! Aku segera meninggalkan kamar anak itu dan senandung amburadul tak berkenan darinya. Kubanting pintunya, tapi Tara tak kan sadar karena saat itu senandungnya sedang dipuncak Chorus dan nada nya menggila.

Aku menunggu dengan gelisah disofa perpustakaan, berkali-kali melirik jam. Hingga akhirnya aku menaiki undakan tangga menuju lantai dua dimana kamar Tara berada. Aku memasuki kamarnya dan mendapatinya tidur pulas dengan mulut menganga-mengatup dan suara ngorok kekanak-kanakan. Rambutnya juga masih basah terbungkus handuk.

Biskuit diatas baki yang kubawakan tadi tak disentuh, tapi minumannya sudah setengah habis. Cairan kimia Cloroform yang kuberikan padanya sepertinya bereaksi, kucoba mencubit-cubit pipinya kalau-kalau dia bangun--tapi dia tidur pulas. Sambil deg-degan aku pun bekerja.

Menyiapkan ruangan khusus di basement, membersihkannya, dan mengatur tempat penyekapan, semuanya terasa lebih ringan daripada menggendong Tara yang nafasnya bergemuruh ditelingaku. Dia seperti bayi besar yang punya kelaianan genetik. Aku menghela nafas lega setelah membaringkannya diatas kasur polos, setelah dia bangun dia akan sedikit terguncang, tapi aku sudah punya rencana untuk itu.
Sekarang, aku akan memastikan lagi rencanaku lancar dan tidak ada blunder.

The Ersatz Perished (kematian palsu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang