Perspektif celah dari lubang pintu

109 4 0
                                    

Beberapa menit aku menunggu, dengan tangan mencengkeram ekor panah...

Ototku menegang dan jantungku berdegup kencang, kedua kakiku pun gemetar hebat.

"Periksa disana!" terdengar seruan seseorang dibalik pintu.

Terdengar suara pecah belah yang kasar, sepertinya mereka menghancurkan guci-guci dan hiasan keramik dirumah ini.

"Lantai atas kosong..." Sayup-sayup aku mendengar suara mereka. Kurang lebih ada puluhan perompak didalam rumah ini.

Kemudian langkah-langkah semakin mendekat. Aku bisa mendengar suara derap langkah berang berhenti tepat didepan pintu itu. Kupaksa ototku yang sakit menarik lebih kencang anak panah itu. Ini dia... Semoga Kethlen yang membukanya.

Daun pintu itu berputar, tapi tertahan engsel kunci dari dalam.

Pintu itu ditendang... dua kali... tiga kali.

Lalu engselnya lepas, jatuh menggelinding sampai kedekat kakiku.
Tinggal satu dobrakan lagi pintu itu akan terbuka... tapi itu tak pernah terjadi.

"Kita mendapatkannya!" sebuah suara teriakan dari dalam mengagetkanku.

Aku melemaskan tarikan panahku, lalu menjatuhkan busurnya kelantai. Perlahan dengan ngeri aku mendekat menaiki undakan kepintu dan mengintip kedalam lubang di daun pintu.

Aku melihat segerombol lelaki mengenakan mantel-mantel hitam berseleweran.

Kemudian aku melihat Tara berjalan terseok-seok karena rambutnya dicengkeram oleh seorang pria besar, dia digiring menuju meja jamuan yang panjang.

Wajahnya sudah babak belur dan berdarah-darah, gaun tipis putihnya sobek-sobek karena ditarik-tarik secara kasar... Aku sering melihatnya terluka, pernah dia jatuh dari kuda dan bibirnya berdarah, pernah ketika latihan Anggar pedangnya mengenai mukanya sendiri hingga membekas garis biru. Tapi kali ini berbeda.

Tapi kemudian setelah para lelaki berpakaian mantel hitam itu lewat, aku melihat seorang wanita bertubuh pendek dengan langkah-langkah kecil lewat.

Itu Kethlen Wulandari!!!

Penampilannya agak sedikit beda dari yang biasa aku lihat.
Dia memakai rok pensil, mantel putih dan rambutnya masih disanggul seperti biasa. Wajahnya seputih keramik, dan bibirnya merah menyala, dia memakai make up cukup tebal kali ini. Ada sesuatu yang dingin diwajahnya, sesuatu yang tak kukenal darinya, inilah watak Kethlen yang sesungguhnya.

Kupaksa mataku melirik kekanan habis-habisan. Tara dipaksa duduk disalah satu kursi dijejeran meja jamuan mewah yang panjang itu. Kemudian perlahan Kethlen melangkah mendekatinya.

Dari lubang didaun pintu kecil itu semua diproyeksikan langsung kelensa mataku.

The Ersatz Perished (kematian palsu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang