Aku tahu apa yang akan kulakukan... sudah kupelajari sistem koperasinya, kondisi di Hindia, dan temperatur sosialnya.
Kebanyakan orang percaya koperasi adalah jalan menuju pergerakan perjuangan secara teroganisasi. Sebagian menganggap itu hanya politik bisnis semata.
Kethlen adalah tokoh besar dibalik semua itu, namun dia membuat propaganda seolah pemerintah Hindia yang mengatur sistem baru yang lebih lenggang itu.Aku banyak menghabiskan waktu di Sel Tara sebelum aku berangkat lagi ke Batavia minggu depan.
Kali ini aku akan melakukan konsul untuk menerima impor lagi, mungkin ini yang terakhir... semoga rencanaku untuk menghancurkan koperasinya berakhir."--Dan aku mentraktir pemuda ini makan roti Croissant, dia lumayan tampan dan gentle." aku menceritakan ini pada Tara.
Tara masih merenggekan hal yang sama sejak aku menyinggung pemuda itu, "Namanya--Lexi, namanya, beritahu aku namanya."
"Nanti dulu," aku melanjutkan, "Dia seumuran denganku dan sedikit menyukai Polo. Dia agak terlalu hati-hati bicara denganku, dia pasti berpikir kau berubah total karena kecelakaan Term orangtua kita itu."
Tara duduk bersila diatas ranjang dengan rantai melilit dikakinya, kadang dia memain-mainkan rantai itu dengan tangannya, dan aku duduk dikursi kayu sambil menuangkan teh. Aku menjauhkan sedikit kaleng biskuit agar Tara tak menghabiskan semua krimer nya.
"Nih fotonya." Aku berikan sebuah gambar hitam putih untuk dilihat Tara.
"OH my God! Johnny, sudah lama sekali kami tidak main." kemudian Tara mengernyit setelah tadi senang menerima fotonya. "Kenapa kau memakai jaket seperti itu? uhh, bukan seleraku."
Aku menghela nafas, susah sekali menjadi benar bagi anak ini, "Aku kan tidak tahu Tara, lagipula setidaknya aku tidak melakukan hal yang aneh-aneh dengan pacarmu itu."
Muka Tara merona merah, campuran rasa malu dan marah karena aku bicara begitu, "Johnny bukan pacarku!" katanya berapi-api.
"Oh ya?" Aku mulai iseng menggodanya... "Bagaimana kalau kami jadian? dia kelihatannya menyukaiku, bagaiamana kalau Tara Roxette menembak duluan?"
"Apa? tidak, tidak... jangan konyol." sanggahnya.
"Masa? bukannya kau seharusnya senang?"
Kemudian aku tertawa meski tidak terlalu lucu, aku hanya ingin merayakan kemenanganku membalas semua kelakuan semena-menanya.
"Oh ya, ini ada beberapa foto lagi... lihat? ini toko es krim tempat nongkrong kesukaanmu, atapnya sedang direparasi."Sudah lama sejak aku mengurung Tara, aku selalu membawa kamera Polaroid jika berpergian keluar; Jenis kamera yang langsung mencetak gambar secara instan.
Aku akan mengambil gambar apa saja jika ada sesuatu yang menarik ataupun perubahan tertentu dilingkungan kami. Hanya agar Tara bisa melihatnya... Informasi akan menjaganya agar tidak stress di dalam sel tahanan basement kami.Aku memperlihatkan foto pacuan kuda saat berlangsung, foto jalanan diperempatan dekat kafe yang sekarang mulai ditumbuhi bunga-bunga musim semi, dan lain-lain...
"Apa kau bertemu teman-temanku sejak minggu ini?" tanya Tara padaku.
Aku menjawab, "Sedikit, hanya beberapa anak-anak muda dari asosiasi atlet. Aku hanya menyapa sewajarnya dan bicara tidak terlalu vulgar. Kelihatannya mereka bingung dengan Tara yang tidak terlalu agresif... salah satu temanmu bilang kalau kau suka tantangan membuka tutup botol dengan gigi," Aku kemudian tertawa, "Ahaha, tapi aku suka teman-temanmu, mereka langsung menyodorkan botol soda padaku untuk dbuka dengan mulut dan menyorakiku untuk melakukannya--apa kau benar-benar akan melakukan itu kalau kau yang disana Tara?"
Tara kelihatannya senang mendengar ceritaku, "Bodoh, kau terlalu kalem, aku akan melempar botol-botol itu kepada mereka semua."
"Oh ya Lexi... kalau kau bertemu dengan Iodine, tolong agak kasar sedikit dengannya."
"Hm, kenapa?" tanyaku penasaran.
"Aku berkelahi dengannya saat pertandingan Anggar berakhir, aku kalah karena terpeleset di ronde terakhir yang sangat kritis... dan dia mengolok-olokku saat di studio pertandingan. Jadi saat akhir pertandingan aku melepas pelindung, helem, dan berlari menyerangnya dan memukuli wajahnya. Kami berkelit dilantai dan saling mencekik. Sayang wasit melerai kami dan penonton menyoraki kami dengan hujatan."
Aku tersenyum simpul, "Aku punya berita baik tentang itu."
Aku menuangkan teh di cangkir Tara dan memungut biskuit dari kaleng.
Saudariku itu beringsut agak maju, "Kau sudah bertemu dengannya?"
Aku menyelesaikan mengunyah biskuit dan mengangguk sambil menyeruput teh. Lalu berkata, "Dia bahkan menantangku bertarung."
"Dan? apa kau menerima tantangannya? apa kau menang?"
Aku tersenyum, "Tentu saja aku menolak bertarung, aku bukan pemain Anggar, aku tak pernah berlatih bela diri apapun... aku bahkan tak pernah menggenggam pedang atau Rapier, Tapi aku melakukan lebih baik daripada itu."
"Astaga! Lepaskan rantai ini sekarang! aku harus memberinya pelajaran!"
"Tenang dulu,"
"Ini soal harga diriku Lexi! dan kau tak bisa melakukan apa-apa bukan? aku tak pernah kalah dari Iodine sebelumnya! aku terpeleset--aku hanya sial saja."
"Iodine sekarang adalah teman baikku."
"No Fucking Way!" tukas Tara.
"Aku memberitahunya kalau aku mengakui kemenangannya waktu itu, dan minta maaf tidak memberinya selamat." Aku diam sebentar, dan melihat mulut Tara ternganga karena terkejut mendengar itu. "Setelah itu Iodine terdiam seribu bahasa. Mulutnya tak lagi keluar cacian dan tantangan bertarung, dia mendadak diam setelah aku mengatakan itu. Lalu aku meninggalkannya dengan damai di jamuan gedung asosiasi olahraga itu... uniknya, setelah lama kemudian dia datang lagi padaku, dia bilang sangat terkesan dengan perubahan karakterku yang sangat banyak dan ingin berlatih bersama... diam-diam berbisik ingin minta diajari teknik rahasiaku... Tentu saja kutolak dan kubilang padanya kalau aku sudah berhenti aktif di kegiatan atlet karena ingin fokus mengurus perusahaan."
Tara menepuk jidat nya keras-keras, suara pedas pukulan telapak tangannya menggema dilangit-langit basement.
"Oh Lexi... kau seharusnya menjambak rambutnya, mengatai ibunya, dan memukuli pipinya sampai merah.""Kapan kau dewasa?" aku menaikan nada suara, "Dia sekarang menjadi temanmu, bukankah sekarang lebih baik daripada kau terus berkelahi dengannya? Lihat bagaimana sebaris kalimat yang kugunakan pada musuhmu merubah begitu banyak hal!"
Tara lalu menunduk dan memeluk lututnya, dia memainkan rantai di kakinya lagi. "Aku benci kau mengkritik hidupku, aku benci kau yang menjalaninya: sebaik apapun kau melakukannya, tetap saja itu bukan pilihanku jika aku yang menjalaninya."
Well, aku salah lagi, mungkin sebaiknya tadi aku beri dia obat bius saja.
"Maaf Saudari." hanya itu yang bisa kukatakan sejauh ini.Aku melepaskan wig dikepalaku... sekarang, ada dua anak kembar dengan potongan rambut yang sama persis didalam sel mewah itu. Rambut pendek cepak yang poninya jatuh disisir kesamping menyentuh ujung leher.
"Sekarang aku tidak terlihat seperti dirimu lagi kan? Ayo, kita main kartu, yang kalah harus ditampar pakai sendal jepit."
Nah, mungkin kedengarannya aneh, tapi aku tahu betul bagaimana cara menghiburnya.
Dia menyahut dengan malas, "Oke Lexi."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Ersatz Perished (kematian palsu)
Mystère / ThrillerLexi memalsukan kematiannya dan menyekap saudarinya untuk mengambil identitasnya. Konspirasi dan intrik yang berkembang sejak tewasnya orangtua mereka yang meninggalkan warisan secara tidak adil.