Jika Malaikat suka Teh & Kue Jahe

121 7 0
                                    

Selama beberapa hari lamanya yang tidak kuhitung aku tinggal dirumah keluarga Scheilg dalam Harmoni (Sarkasmeku untuk menggambarkan rasa bosan dan kekosongan setelah apa yang menimpa diriku), kerjaanku hanya duduk ulir-uliran didipan depan teras rumah mereka terbungkus selimut seperti kepompong.

Mataku tetap melek, aku melihat Paman Scheilg dikejauhan bekerja diladang, atau sekedar menonton Nyonya Scheilg membawa wadah ember disebelahku dan mulai mengupas umbi-umbian tanpa banyak bicara.
Biasanya itu karena aku tak berkomentar setiap kali dia bicara, aku hanya bilang "Mmmm" jadi dia enggan memulai.

Dia mengupas sambil tersenyum, kadang berkomentar ringan tentang sesuatu yang ceria lalu tertawa kecil sendiri menanggapi dirinya sendiri karena tahu aku tidak akan merespon.

Aku berasumsi mereka adalah orang tua yang baik, mungkin sekali-sekali aku harus melakukan sesuatu yang hangat seperti... seperti... seperti apa? Ya Tuhan, aku tak punya ide semacam itu.

Makan, minum, tidur, dan duduk-duduk didepan teras atau menyendiri dikamar saja telah memberiku sedikit rasa lega beberapa hari ini.
Aslinya aku rajin, aku bukan anak orang kaya pemalas.

Tapi jujur, sedikit rahasia kecil, aku masih merasa sedih dan bersalah atas kematian Tara. Hidupku tak lagi memiliki arti, tapi belum lagi aku sampai pada level depresi itu, hanya masalah waktu sampai syok ini hilang dan pikiranku akan meratapi itu.

...
...

Sekarang apa? Aku tidak punya tujuan hidup lagi. Aku kehilangan kekayaan sakral milik keluarga Roxette yang kulindungi, Tara satu-satunya keluargaku sudah mati. Aku kehilangan segalanya.

Andaikan malaikat kematian mengetuk jendela kamarku yang kusam ini sekarang, aku akan menyambutnya dengan teh dan kue jahe...

The Ersatz Perished (kematian palsu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang