Batang apung

72 3 0
                                    

Diperjalanan siang itu, aku didalam becak yang ditarik oleh tukang becak, sementara Mbah mengikuti naik sepeda.
Kami melewati jalan lurus kecokelatan tanpa aspal tapi kering, dikiri dan kanan saat ini hanya ada rawa-rawa, leherku agak gatal karena interaksi dengan serangga disekitar sini.

Sampai akhirnya kami menyisir sungai... beberapa pohon kelapa siluetnya menjulang dipenghujung rimbun pohon-pohon pisang yang lebat.

Disini aku merasa perlu buang air kecil, hal yang tidak kuharapkan disekitar sini karena tidak praktisnya sistem mck dipedesaan.

"Paman, aku perlu kekamar mandi," kataku pada tukang becak.

"Oh, tunggu benar lagi missy, nanti didepan sana ada empangan lagi." kali ini tukang becak mengayuh sedikit lebih tergesa-gesa.

Well, pelayanan yang bagus juga, meski dibayar dia memperlakukanku seperti bos. Tipikal orang melayu kalau bekerja memang berdedikasi.

Jadi akhirnya kami menepi dipinggir jalan berumput tinggi, aku harus agak hati-hati menuruni tanjakan sebelum mencapai hulu sungai. Jalan memang dibuat lebih tinggi dari pinggiran sungai.

"Apa ini?"

"DIsini."

"Disini?" tanyaku lagi.

"Iya," jawabnya.

Kupandangi ruang segi empat yang mengapung diatas air menggunakan batang bambu dan pohon yang diikatkan. Hanya ada empat penutup berupa dinding papan kira-kira sebatas bahuku. Tak ada penutup atasnya sama sekali.

"Kau yakin tak ada yang mengintip dari atas?"

Tukang becak itu menggeleng padaku dengan ekspresi biasa, "Tidak missy."

Ini memalukan! tapi aku merasa pinggangku sudah sakit menahan pipis dan aku tidak akan tahan lagi duduk di dalam becak yang bergoncang-goncang sepanjang jalan tanpa mengompol.
Tapi sepertinya mereka menganggap ini biasa dan tidak akan menertawakanku jadi... aku mencoba naik kesana--kedalam empang itu.

Naiknya saja sudah susah, kakiku menggapai-gapai tepian batang pohon yang mengapung itu--bergoyang-goyang maju mundur dan kadang naik-turun mengikuti arus air.

Dan akhirnya aku melompat kesana.

Tukang becak menyerukan sesuatu sambil menunjuk ketengah sungai, "Ditengah sana!" dia menunjukan tali yang dipegangnya, isyarat kalau dia akan melepaskan tali itu. Jadi, empang ini akan mengapung terbawa arus sampai ketengah dan disitulah tempat ideal untuk mck.
Holly Shit!

Dengan perasaan mengambang dan kikuk, akhirnya aku berada didalam empang yang dibawa arus ditengah-tengah sungai deras.
Ada lubang ditengah empang itu dan ember kecil yang diikat dengan tali. Empang ini terus bergoyang, rasanya mengkhawatirkan.

Didalam sana aku membayangkan bagaimana kalau talinya putus? dan empangnya hanyut terbawa arus.

Setelah selesai aku keluar dari bilik, Tukang becak meneriakan sesuatu lagi, "Tarik!"

"Apa?"

"Tarik!"

Dia menggapai tali yang mengikat empang ke tiang dipinggir sungai, dan perlahan-lahan toilet mengapung ini kembali kepinggiran sungai.

Ini hanya sepenggal cerita diperjalanan sebelum aku menemui teman Mbah Bumi Bajeng yang katanya memiliki berkas bukti bahwa provokator pemberontakan di borneo dulu itu adalah anggota koperasi.

The Ersatz Perished (kematian palsu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang