Pagi yang indah, tapi aku melupakan membawa ikat rambutku kemeja makan.
Aku tak terbiasa memiliki rambut sepanjang ini, berkali-kali rambutku jatuh keatas telur dadar dipiringku. Aku heran bagaimana Tara bisa dengan lenggangnya berkuda dan berolahraga dengan membawa rambut sepanjang ini setiap saat.
Untuk hari pertama, aku berjalan menuruni undakan menuju basement tempat ruang penahan Tara yang mewah, aku sengaja tak bersuara. Aku tidak ingin dia tahu aku menuju kesana dan mendengar sumpah serapahnya terlalu dini sebelum aku melihat keadannya langsung. Dan benar saja dugaanku."--Anjing! brengsek! kenapa aku ada disini? Lelucon apa ini? keluarkan aku dari sini! apa-apaan?" Aku menghampiri deretan jeruji, dan tara berdiri didepannya dengan dahi menempel diantara sela jeruji.
Tangannya mengguncang-guncang batang besi yang keras itu. "Lexi! Lexi apakah itu kau disana? apa kau yang melakukan ini? Lexi katakan sesuatu." teriaknya.
"Tenang biar aku jelaskan," kataku.
"Jelaskan padaku Lexi!" erangnya.
"Baik, tenang, biar kujelaskan."
"Kenapa aku ada disini? jelaskan sekarang!"
"Baik, kujelakan. Begini--"
"Astaga, jelaskan padaku kenapa Lexi!"
"Akankah kau diam sebentar? aku tak bisa bicara."
"Tidak! Jelaskan padaku!"
Dan percakapan tak berarti ini bisa berlangsung hingga musim dingin depan lewat jika aku terus meladeni.
Aku menunduk meletakan baki sarapan pagi yang hangat berisi bubur, buah berry, telur, dan teh tarik segar. Aku mendorongnya dari bilik jeruji dibawah sehingga Tara bisa mengambil alih baki itu.
Aku tak tahu harus bereaksi seperti apa ketika Tara menyepak keluar baki berisi sarapan itu, mangkuk dan piring pecah menghantam dinding, dan makanan berceceran dilantai.
Aku menghela nafas.
Aku tahu aku tidak akan menggunakaan alat makan keramik lagi untuknya.
"Sementara kau disini dulu, aku tak bisa membiarkanmu bebas."
Tara berdiri didepanku dibalik deretan jeruji ini, menatapku dengan marah, kedua tangannya terkepal seperti ingin meninju.
Aku memperlihatkan halaman depan koran padanya, lalu menyelipkan kertas itu dibalik jeruji untuk dia baca sendiri.
Tara langsung menyambar koran itu dengan kasar lalu membacanya dengan tak sabar, dahinya mengernyit didepan koran yang dipegangnya.
"Kau tak membaca koran kan? itu terbit baru kemarin."
Tara tidak mencabik-cabik koran itu seperti yang bakal kukira. Dia hanya berkata, "Kau tidak mati. Lihat, kau jelas bukan hantu... apa-apaan."
Lalu dia melihat kepadaku dan sepertinya sadar semua ini ada apa-apanya dengan diriku."Well, aku sangat menyesal... aku harus melakukan ini untuk menyelamatkan kekayaan keluarga kita Tara. Ini satu-satunya cara. Aku akan menjadi dirimu agar bisa mengklaim perusahaan Roxette. Sementara aku akan menahanmu dulu disini untuk beberapa tahun--aku punya rencana untukmu, tapi kau harus menunggu dulu." lalu aku menambahkan lagi, "--maafkan aku."
"Apa maksudmu? apa kau sudah gila?" kemudian Tara baru saja menyadari ada yang berbeda dengan diriku... aneh juga, kenapa dia tidak sadar ketika baru melihatku sejak tadi.
Mungkin karena dia terlalu kesal. "Lexi, kenapa rambutmu bisa panjang sekali dalam satu malam." dia menatapku dengan Heran dan jijik.
Aku membuka mulut tertahan, tak yakin harus memulai bagaimana.
Lalu Tara mulai meraba-raba kepalanya."Oh Tuhan! demi surga dan akhirat! oh tidak!" dia tak berhenti meraba kepalanya dan mulai panik.
Aku telah memotong rambut tara yang super panjang itu untuk dijadikan Wig ketika dia pingsan, yaitu rambut palsu yang terbuat dari rambut asli seperti yang biasa dipakai aktor dalam teater. Dan wig yang sedang aku pakai ini, berasal dari rambut Tara.
"Apa yang telah kau lakukan Lexi! Teganya kau!" erangnya kasar. Dia mulai emosi dan matanya memerah karena air mata panas. "Kau tidak bisa jadi diriku! kau tidak cocok! lihat rambut itu, kau bahkan tidak tahu cara mengibaskannya dengan anggun agar membuat para pemuda terkesan. Aku menghabiskan delapan tahun untuk memanjangkan rambutku lagi!"
Sungguh, aku tak mengerti apa yang dia bicarakan, kedengarannya sangat absurd bagiku. "Secara legal, aku adalah dirimu. Jadi namaku Tara Roxette, dan kau... beberapa tahun kedepan kau bisa menjadi Malina Scheilg."
"Aku bukan Malina apapun! aku Tara Roxette, penunggang kuda terbaik dan paling mempesona di seluruh asosiasi atlet! aku berbakat dan kesayangan nomor satu orangtua kita." teriaknya.
Tara berlari bagian samping ruang dimana terdapat sebuah cermin besar dan meja rias dengan panik. kulihat dia nyaris memukul kaca itu.
"Astaga, aku terlihat seperti dirimu! rambutku sama persis dengan rambut anehmu! lihat poniku seperti kain pel bekas... persis seperti wajahmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Ersatz Perished (kematian palsu)
Mystery / ThrillerLexi memalsukan kematiannya dan menyekap saudarinya untuk mengambil identitasnya. Konspirasi dan intrik yang berkembang sejak tewasnya orangtua mereka yang meninggalkan warisan secara tidak adil.