#11

6.5K 321 0
                                    

Aku masih bisa merasakan hangatnya bibir Kak Leon di keningku saat ia melepaskan kecupannya. Aku menatap Kak Leon gugup.

"Tunggu aku, Kak..." Aku memberanikan diri mencium pipinya dengan cepat lalu menutup wajahku dengan kedua tanganku karena malu. Aku sama sekali tidak habis pikir bagaimana mungkin aku bisa mengucapkan kata-kata memalukan seperti itu. Aku bisa mendengar tawa renyah Kak Leon.

"Aromamu seperti permen dan susu... aku seperti habis dicium bayi.. hahaha.. dan kau pikir seorang laki-laki dan perempuan dalam satu kamar hanya berakhir dengan satu ciuman di pipi?" Kak Leon melepaskan tanganku dari wajahku. Ia semakin mendekat, oh Tuhan, apakah ia akan menciumku? Aku sama sekali belum siap. Aku memejamkan mataku... tetapi kemudian aku merasa sedikit benturan di keningku. Ia membenturkan keningnya dengan keningku cukup keras..

"Pulanglah.. atau aku akan memakanmu..."

---

Leon membiarkan Rachel pulang, entah apa yang akan ia lakukan kalau berada lebih lama dengan Rachel, begitu dekat, dengan aroma permen dan susu yang manis, dan sedikit pengaruh alkohol. Leon tidak habis pikir bagaimana mungkin ia bisa merasa senyaman itu di dekat Rachel, gadis kecil yang baru saja ditemuinya. Leon selalu merasa muak dengan wanita yang mendekatinya, walau terkadang ia menggunakan wanita-wanita itu untuk memuaskan hasrat prianya. Tetapi hanya sebatas itu, sebatas untuk memuaskan hasratnya saja, tanpa perasaan dan mereka akan dengan senang hati memberikan tubuh mereka untuk Leon.

Pintu kamar Leon diketuk, Leon membuka pintu kamar hotelnya dan menemukan seorang wanita dengan pakaian terbuka masuk ke kamarnya. Wanita itu masuk, menutup pintu dan mencium Leon dengan cara yang sangat menuntut.

"Aku melihatmu masuk kesini.. kau mungkin lupa, tapi kita..." Kata-kata wanita itu terputus oleh ciuman Leon yang tidak kalah panas. Leon menggigit bibir bawah wanita itu, dan ketika wanita itu membuka bibirnya, lidah Leon masuk dan ia memainkan lidahnya dengan lidah wanita itu. Setelah puas dengan bibirnya, Leon mencium leher dan menurunkan gaun merah marun wanita itu

"Sedang bergairah??? Ahhhh... Leonnn.... teruskan sayangg..." wanita itu berguman tidak jelas ketika Leon meramas payudara dan bokongnya. Leon menggendong wanita itu ke ranjang dan melepaskan gairah yang tadi sempat tertahan...

---

Handphone Leon berbunyi, membangunkannya dari tidurnya yang baru saja berlangsung beberapa menit. Ia melihat dompetnya yang terbuka di sebelahnya dan melihat isinya yang sudah kosong. Handphonenya berbunyi lagi, menampilkan nama Amanda di layar handphonenya

"Ada apa Amanda?" Tanya Leon sambil melihat jam tangannya. Jam 22.00

"Kamu di mana Leon? Papa kita mencari kamu daritadi, dan acara sudah selesai!" Terdengar dengan jelas amarah Amanda yang berusaha ia tahan

"Aku akan segera kesana, Amanda" Jawab Leon tenang.

"Kau dimana? Bersama siapa? Rachel sudah pulang, jadi kau tidak bersamanya?" Mendengar nama Rachel, Leon sedikit menyunggingkan senyum.

"Beri aku waktu 10 menit" Leon mematikan handphonenya, membersihkan diri dan memakai pakaiannya..

Leon menghampiri Amanda dan Om Prima Sanjaya, yang merupakan Papa Amanda juga pemilik Sanjaya Group.

"Selamat malam, Om" Leon menyalami Om Prima yang kelihatannya sudah bosan menunggu Leon.

"Kau membuatku menunggu terlalu lama, Leon"

"Sebenarnya Om tidak perlu menungguku..."

"Leon!! Darimana saja kau?Kau tau aku dan Prima sudah lama menunggumu? Dan kenapa kau meninggalkan Amanda sendirian?" Erwin Wirajaya menghampiri Leon dengan gusar, ia merasa tidak enak dengan Prima Sanjaya. Mereka sudah menjadi rekan bisnis puluhan tahun lamanya.

"Gpp, Om.. tadi Leon berkelahi dengan Jerry karena membelaku..." Amanda tersenyum kecut

"Kuharap kau lebih menjaga perasaan Amanda, Leon" Prima Sanjaya meninggalkan mereka dan Erwin Wirajaya mengikutinya.

"Leon... Aku minta kau menjaga sikap di depan Papaku..." Amanda menghela nafasnya

"Aku sudah cukup menjaga sikapku, Amanda. Dan papamu memang berlebihan. Aku bukan suamimu. Aku temanmu, dan kau harus memberi pengertian kepada Papamu, Amanda. Katakan padanya untuk berhenti bersikap seolah-olah aku adalah calon suamimu..." Leon mengacak rambutnya seakan frustasi..

"Maaf aku harus mengatakan ini, Amanda. Kau tau kau temanku... Maaf, aku harus pergi mencari Jordan.." Leon meninggalkan Amanda dan menjawab telpon dari Jordan...

My Not So Little GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang