#17

6K 315 2
                                    

Dan di sinilah aku, di Club Java milik Kak Jo. Aku menelepon Kak Jo dan bertanya ada di mana Kak Leon. Dan ternyata mereka ada di Club Java. Kak Leon, Kak Jo dan Kak Amanda. Entah dimana Kak Al, ia tidak berada disini.

"Ada apa, my little girl? Kau terlihat pucat. Kau sakit?" Kak Leon menyentuh dahiku lembut. Aku menarik nafas.

"Kak Le, Kakak itu pemilik Wirajaya kan?" Tanyaku berani. Aku sudah memasang topengku. Aku tau Kak Leon paling benci wanita yang hanya mengincar hartanya. Dan aku harus memerankan peran ini..

"Hm? Kenapa kau menanyakan itu, little girl?"

"Bagaimana jika aku meminta tender untuk perusahaan Papaku? Kau pasti bisa mengusahakannya kan?" Tanyaku tanpa malu. Kak Leon menaikkan alisnya dan Kak Jo menatapku dengan tatapan aneh.

"Aku tidak mengurus tender, little girl. Aku hanya anak SMA. Lebih baik kita tidak membahas ini" Wajah Kak Leon terlihat bosan dan tidak suka ketika aku membahas tentang tender untuk Papa.

"Tapi pasti kau bisa membicarakannya dengan Papamu kan? Ayolah, Kak..." Aku mengguncangkan bahunya perlahan, seperti anak kecil yang meminta permen.

"Milla, jangan menguji kesabaranku" Kak Leon menatapku dingin. Tanganku mulai gemetaran, tapi ku genggam erat jari-jariku. Ia sudah memanggil namaku..

"Padahal ku kira aku bisa membantu Papa mendapatkan proyek kalau dekat denganmu, Kak Leon" Aku tertawa miris dan aku bisa merasakan kakiku sedang bergetar.

"Adik manis, jangan bercanda seperti itu. Aku mulai tidak suka gaya bercandamu.." Kak Jo menegurku lebih tegas.

"Bagaimana denganmu, Kak Jo? Kau bisa membantuku? Aku akan melakukan apapun.. bahkan menjadi wanita one night standmu..." Rasanya aku tidak percaya aku mengatakan kalimat itu. Bisa ku lihat tatapan mata Kak Leon yang memandangku dengan jijik. Kak Amandapun meninggalkan kami, mungkin sudah puas dengan peran yang sedang ku mainkan ini.

"Kau sadar Rachel? Apa kau sudah gila?" Kak Jo menatapku tidak percaya. Ia mengguncangkan kedua bahuku.

"Apa ini dirimu yang sebenarnya? Kalau memang iya, aku merasa jijik denganmu.. Bahkan melebihi wanita-wanita murahan itu" Mendengar ucapan Kak Leon, hatiku terasa sakit. Seharusnya aku merasa senang, senang karena aku berhasil membuatnya membenciku. Aku berusaha menahan airmataku. Aku tidak boleh berhenti disini. Aku mendekat, menatapnya dan berbicara di depan mukanya.

"Kau tidak lebih baik dariku, Kak.. Kau tidur dengan wanita-wanita yang kau sebut murahan itu kan? Kau sama murahannya denganku, Kak. Hanya saja kau punya banyak uang. Siapa yang tidak mengenal Wirajaya? Dan kau pikir aku punya niat tulus mendekatimu?"

"Cukup! Kau tidak di terima disini! Pergilah dan jangan menampakkan wajahmu di depanku lagi atau aku akan menghancurkanmu" Wajah Kak Leon sangat mengerikan dan penuh amarah. Matanya berkilat menahan amarah. Aku menatap lekat wajah yang penuh dengan amarah itu. Mungkin ini terakhir kali aku melihat wajahmu, Kak.. Dan aku akan menyimpan wajah penuh kebencianmu ini dalam ingatanku..

"Tenanglah, Le..."

"Diamlah, Jo!!! Dan kalau uang yang kau inginkan, ambil ini dan pergilah !" Kak Leon mengeluarkan seluruh uang dari dompetnya, dan melemparnya ke wajahku. Uang itu terjatuh ke lantai, dan aku menunduk untuk mengambil semua uang yang ada di lantai dengan tangan yang bergetar. Setelahnya, aku memasukkan seluruh uang itu ke dalam tasku.

Aku menegakkan tubuhku, berjalan melewati Kak Leon "Selamat tinggal, Kak Leon..." Aku berlari meninggalkan ruangan VIP itu.. setelah aku yakin tidak ada yang mengikutiku, aku menangis sekuat yang aku bisa. Selamat tinggal Kak Leon.. Selamat tinggal cinta pertamaku. Maafkan aku yang sudah menyakitimu, Kak.. Aku mencintaimu, Kak...

My Not So Little GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang