#37

4.8K 261 5
                                    

"Om Sanjaya.." Kak Leon menyapa Om Sanjaya tanpa beranjak dari kursinya.

"Om.." Aku berdiri dan menyapa Om Sanjaya. Kulihat Kak Amanda yang berdiri di sebelah Om Sanjaya mengenakan gaun merah selutut tanpa lengan.

"Kau membawa gadis kampungan ini?" Om Sanjaya melihatku dari atas sampai bawah. Kak Leon berdiri dan merangkul pundakku

"Itu sama sekali bukan urusan Om..."

"Kau menolak Amanda demi perempuan kampung ini? Kau pasti sudah gila !" Om Sanjaya menunjuk muka ku. Membuatku menunduk sambil meremas tanganku sendiri.

"Kau tau aku berbaik hati meminta Papa untuk menghapus hutang Papanya? Kau tau berapa jumlahnya?" Mendengar Kak Amanda membuat perutku melilit

"Berapa? Aku akan menggantinya beserta bunganya. Sebutkan saja..." Kurasakan Kak Leon semakin erat merangkulku.

"Tidak perlu, cukup dia menepati janjinya saja waktu itu ! Bukannya menepatinya, dia malah semakin menggodamu, Le.. Mungkin dia sudah bosan miskin" Ucapan Kak Amanda bernada mengejek, tapi aku sama sekali tidak bisa membela diri atau membantahnya. Aku memang sudah mengingkari janjiku waktu itu..

"Rachel tidak perlu lagi menepati apapun janjinya waktu itu. Aku yang menginginkannya dan sudah ku jelaskan padamu kalau kau sudah bukan apa-apa lagi, Amanda.. Dan kau masih saja mengharapkanku. Apa kau tidak bosan?"

"Kurang ajar kamu sekarang, Leon.. Ayo kita pergi Amanda, dia tidak pantas untukmu !!" Om Sanjaya menahan amarahnya dan membawa Amanda pergi dari Restoran..

"Kak.." Aku menatap Kak Leon setelah mereka pergi

"Jangan dengarkan mereka.. Aku masih menunggu jawabanmu.."

"Aku tidak bisa menikah denganmu, Kak..." Dengan susah payah aku mengucapkan kata-kata itu.

"Apa karena ucapan barusan, Mill?"

"Bukan, Kak.. Ini tidak ada hubungannya. Aku yang tidak bisa, Kak..."

"Kenapa, Mill?"

"Tolong antar aku pulang, Kak.." Aku berjalan meninggalkan Kak Leon. Aku menunggu di dekat mobil Kak Leon ketika ia keluar dari restoran. Aku bisa melihat raut kekecewaan dan kesedihan di wajahnya. Kami pulang dalam diam.

"Aku tidak bisa menikah denganmu.. Papaku membencimu, Kak..." Kak Leon hanya diam tanpa merespon ucapanku.

Ia mengantarku sampai ke depan pintu apartment tanpa mengucapkan apa-apa. Aku menggenggam tangannya dan menunggunya mengucapkan sesuatu

"Aku akan melakukan apapun untuk bisa bersamamu, Mill. Aku tidak akan menyerah, aku bahkan akan memohon pada Papamu sampai ia memberikan restunya pada kita. Tapi aku tidak bisa melakukan semuanya seorang diri, Mill. Tidak ketika kau tidak mau berjuang bersamaku" Kak Leon mengeluarkan kotak cincin itu, mengambil tanganku, dan meletakkan kotak itu di tanganku.

"Dulu kau juga memilih untuk pergi, tanpa usaha untuk memperjuangkanku. Dan sekarang kau melakukannya lagi..."

"..." Airmataku sudah mengalir deras. Kata-kata Kak Leon terasa menyakitkan untukku.

"Saat kau memutuskan untuk pergi saat itu, aku berusaha meninggalkan nama Wirajaya, dan sekarang, saat kau memutuskan untuk menolakku, aku seperti menemui jalan buntu.. Kau boleh simpan atau buang cincin ini..."

"..."

"Aku hampir tidak bisa mengenali dirimu yang sekarang, Mill. Kau ingat dulu kau pernah bilang kau tidak akan menyerah untuk mengejarku? Kemana Milla yang aku kenal dulu?"

"..."

"Happy Birthday, Mill..."

Kak Leon pergi.. Ia pergi tapi aku tidak melakukan apa-apa untuk menahannya. Rasanya tubuhku mati rasa dan tidak bisa bergerak. Sungguh maafkan aku, Kak. Entah kenapa aku jadi seperti ini.. Akupun membenci diriku yang lemah, penakut dan pengecut. Aku mengusap airmataku dan memeluk lututku. Apakah kali ini aku harus mengucapkan selamat tinggal pada kebahagiaanku? Apa aku bisa memperbaiki semuanya? Apa aku bisa menghapus raut kesedihan dan kekecewaan di wajahmu, Kak?

My Not So Little GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang