#16

6.1K 303 0
                                    

"Masuklah, little girl.." Kak Leon melepaskan seat beltku dan mengacak rambutku.

"Aku masuk dulu, Kak... Thanks..." Sebelum turun aku masih bisa mendengar bisikan Kak Leon "Good night my little girl"

Aku berlari sampai ke pintu masuk rumahku. Jantungku masih berdegub kencang. Aku menyentuh bibirku perlahan. Aku masih dapat merasakan hangatnya bibir Kak Leon di bibirku. Dengan perlahan aku membuka pintu depan. Sudah jam 9.30 malam, aku masuk perlahan, takut membangunkan Papa dan Mama. Mobil Papa sudah ada di depan. Itu artinya, Papa sudah pulang. Aku berjalan melewati kamar Papa ketika sayup sayup kudengar pembicaraan Papa dan Mama

"Lalu apa yang harus kita lakukan, Pa? Kita tidak mendapatkan proyek wirajaya itu?" Terdengar suara khawatir Mama. Aku mendekatkan tubuhku kepintu yang tidak tertutup rapat.

"Keluarga Sanjaya yang mendapatkannya, Ma. Padahal biasanya Sanjaya tidak pernah ikut tender dengan nilai kecil. Papa juga tidak mengerti. Dan lagi hutang kita pada Sanjaya Group 3 bulan lagi jatuh tempo"

"Kita pasti masih bisa membayarnya, Pa"

"Semoga saja, Ma.. jangan katakan apapun pada Rachel. Aku tidak mau ia khawatir.."

Perlahan aku meninggalkan kamar Papa dan Mama lalu kembali ke kamarku. Hutang? Sanjaya? Amanda Sanjaya? Apakah usaha Papa sedang mengalami krisis karena Sanjaya Group? Aku mengeluarkan HPku dan menelpon Kak Jo melalui line call

"Ada apa gadis manis? Baik sekali kau memastikan apakah aku sudah sampai di rumah atau belum.." Suara disebrang sana terdengar senang.

"Kak Jo... Kau tau Sanjaya Group?" Tanyaku hati-hati.

"Ya.. itu perusahaan Papa Amanda, Chel.. Kenapa kau menanyakannya?" Ternyata benar. Perasaanku mulai tidak enak, tetapi aku tidak bisa menceritakan apapun pada Kak Jo. Aku tidak bisa merepotkan Kak Jo.

"Kak, boleh aku minta no telpon Kak Amanda?"

"Boleh saja.."

"Thanks, Kak Jo.."

---

Aku sedang berada di sebuah cafe sambil menunggu Kak Amanda. Hatiku bergetar, entah apa yang mau ku katakan, aku hanya ingin memastikan sesuatu. Tidak lama kemudian Kak Amanda datang. Ia meletakkan tasnya di meja dan tersenyum padaku.

"Ada apa Chel?" Tanyanya sambil menarik kursi dan diduk di depanku

"Kak..."

"Kau memanggilku lebih lama dari yang kuharapkan.."

"Apa maksudmu, Kak?" Tanyaku kaget.

"Kau ingin bertanya tentang perusahaan Papamu bukan?"

"Da... darimana kau tau Kak?"

"Maaf, Chel... tapi Papaku dan Papa Leon ingin menjodohkan aku dengan Leon, tapi kau mengganggu, jadi Papaku harus melakukan cara ini, Chel..." Aku mulai mencerna kata-kata Kak Amanda padaku. Ingatan-ingatan mengenai pembicaraan Papa dan Mama semalam mulai membuatku mengerti.

"Kenapa Kak? Kenapa harus seperti ini membawa perusahaan Papaku, Kak..."

"Jangan menganggapku jahat, Chel.. Papamu memang mempunyai hutang pada Sanjaya Group sebesar 3M. Dan jika ia tidak mendapat tender, ia tidak akan bisa membayar hutangnya pada Papaku, Chel.. Papamu bisa dipenjara.."

"Tolong jangan, Kak.. aku tidak akan berada di dekat Kak Leon lagi.." Aku mulai menangis. Aku tidak bisa membiarkan Papaku menanggung semua ini sendirian. Tidak ketika semua yang terjadi adalah karena ulahku. Aku akan melakukan apapun untuk mengembalikan keutuhan keluargaku, meskipun aku harus mengorbankan perasaanku.

"Tidak berada di dekatnya belum cukup, Chel.. Ada lagi yang harus kau lakukan.."

"Apa itu Kak?? Aku akan melakukan apapun.."

"Buat Leon membencimu, Chel.. Buat ia membencimu sampai ia tidak sudi melihat wajahmu lagi. Dan aku akan membebaskan seluruh hutang Papamu pada Sanjaya Group. Setelah itu menghilanglah, jangan pernah muncul lagi di hadapan Leon" Aku menatap Kak Amanda masih sambil menangis. Aku menggangguk. Aku akan melakukan apapun.

"Waktumu satu minggu Chel.."

---

"Kau sudah pulang Chel? Ayo makan malam bersama kami.." Mama meletakkan masakan kesukaanku di meja makan. Aku tersenyum dan duduk di meja makan.

"Semuanya kesukaanku.. Aku akan mencuci tangan.." Aku berlari menuju westafel dan mencuci tanganku. Setelah duduk, aku mengambil nasi dan mulai melahap masakan Mama yang tidak ada duanya.

"Pelan-pelan Chel.. apa tadi kau tidak makan di luar?" Tanya Papa

"Aku tidak bisa menolak masakan Mama, Pa.. Seharusnya Mama membuka restoran.."

"Mungkin Mama harus mempertimbangkannya. Kau akan Mama jadikan bosnya, bagaimana?"

"Ide bagus, Ma..." Aku melanjutkan makanku dengan cepat lalu mencuci tanganku. Aku kembali memeluk Papa dengan erat dan mencium pipinya

"Aku mencintaimu, Pa..."

"Papa juga mencintaimu sayang..." Aku menghampiri Mama dan juga mencium pipinya

"Aku mencintaimu, Ma.. Aku sangat mencintai kalian.."

"Ada apa Chel.. tidak biasanya kamu begini..."

"Hehehe.. Selamat tidur Ma, Pa..." Aku naik ke kamarku. Dan saat menutup pintu aku melepas senyum palsuku. Aku memeluk lututku dan membenamkan kepalaku di antara kedua lututku. Terbayang senyum Kak Leon saat terakhir kali kami bertemu. Apakah aku sanggup mengubah senyumnya menjadi tatapan kebencian?

"Aku merindukanmu, Kak Leon.."

My Not So Little GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang