#27

5.9K 312 1
                                    

"Kau di terima bekerja, Rachel. Kau akan menjadi Manager dari 'Siblings'. Ikut aku, aku akan memperkenalkan kalian" Manager HRD Baldwin Production membawaku ke sebuah ruangan. Terlihat seorang wanita sedang berlatih menari dan seorang pria sedang berlatih menyanyi.

"Alia, Aldo, perkenalkan, ini manager kalian yang baru. Rachel.." Pak Rudy, Manager HRD itu memperkenalkan kami. Kulihat mereka menghentikan aktivitas mereka dan menoleh ke arahku. Aku melihat mereka satu persatu. Alia tinggi dan cantik. Kulitnya pun putih bersih, dengan rambut hitam sebahu yang terlihat halus dan lembut. Aldo juga tinggi dan putih. Berat badannya terlihat pas dengan tinggi badannya. Rambutnyapun hitam di sisir ke belakang. Aku menyalami mereka satu persatu.

"Aku Rachel.." Sapaku dengan sopan.

"Hai... Gw Aldo.. ini adik gw, Alia. Kita beda 2 taun.." Aldo mengulurkan tangannya dan menyalamiku. Aliapun menyalamiku tanpa tersenyum.

"Gw Alia.." Aku bisa menangkap nada kesombongan dari cara bicaranya. Berbeda dengan Kakaknya yang terlihat ramah dan murah senyum.

"Mereka baru saja memulai debut mereka, Rachel. Nama panggung mereka adalah Siblings. Aldo berumur 25 tahun ini dan Alia 23. Ini jadwal mereka untuk besok. Selanjutnya kau yang akan mengaturnya. Bila ada yang mau kau tanyakan, bisa tanyakan ke Ibu Dona. Aku juga sudah menulis kontak Ibu Dona di sini" Pak Rudy memberikanku beberapa lembar kertas yang kuterima sambil tersenyum.

"Baik, Pak.. Terima kasih sekali lagi.." Pak Rudy pun mengangguk dan meninggalkan kami di sini. Aku mulai mempelajari kertas-kertas yang ada di tanganku. Besok jam 7 Pagi mereka akan menjadi bintang tamu di acara musik HITZ. Mereka harus sudah sampai di lokasi jam 6 pagi untuk makeup dan bersiap-siap.

"Santai aja, Rachel.. Kalo ada yang bingung, lo bisa tanya gw, ok?" Aldo membuat tanda OK dengan jarinya sambil tersenyum, membuatku merasa canggung.

"Lo harus jadi manager yang sigap ya, dalam hal apapun. Besok jangan lupa bangunin kita jam 5 pagi" Alia melanjutkan latihannya tanpa menunggu jawabanku.

"Berapa nomor lo? Save nomor kita ya.. Semoga kita bisa bekerja sama dengan baik, Rachel.." Setelah memberikan nomorku dan Aldo memberikan nomornya, Pria itu melanjutkan latihannya. Sedangkan aku akan melanjutkan membaca jadwal mereka saat HPku berdering. Lebih tepatnya HP kantor. HP ini di berikan padaku oleh Pak Rudy. Segala hal yang berhubungan dengan jadwal, tawaran pekerjaan atau apapun mengenai Siblings akan menelpon ke nomor ini.

"Halo?" Jawabku sesaat setelah menjawab panggilan itu..

"Hai, adik manis..." Suara dan panggilan yang sangat ku kenal

"Ada apa, Kak Jo? Bagaimana kau tau aku menggunakan nomor ini?" Tanyaku bingung

"Kau lupa aku siapa, Chel? Bagaimana hari pertama bekerja? Kau pasti puas sekali sudah mematahkan hati seseorang kemarin?" Suara Kak Jo terdengar seperti biasanya

"Bukan urusanmu, Kak..." Desisku..

"Tentu saja ini bukan urusanku, Chel.. kalau saja kemarin aku tidak menyeret Pria yang sudah kau patahkan hatinya itu pulang setelah dengan segala daya upaya aku berhasil membuatnya berhenti minum dan tentu saja itu bukan akhir dari penderitaanku.. Mobilku hampir saja menabrak truk saat ia tiba-tiba mulai mengoceh tidak jelas dan menggangguku menyetir.. Untung saja kami hanya menabrak pohon yang tidak terlalu besar, tapi juga tidak terlalu kecil.." Tiba-tiba saja jantungku berdetak lebih cepat. Untung saja Kak Jo tidak dapat melihat wajahku saat ini

"Kalian baik-baik saja?" Aku berusaha berbicara dengan nada sedatar mungkin..

"Tentu saja kami baik-baik saja, Chel.. Kau lupa kalau mobilku adalah mobil berteknologi tinggi dengan sistem keamanan yang mengagumkan?" Aku mendesah lega sambil menjauhkan HP dariku, tidak mau kalau Kak Jo sampai mendengarnya..

"Ceritaku belum selesai, Chel.." Kak Jo mulai lagi..

"Apa lagi Kak??!!" Tanyaku sedikit kesal

"Setelah sampai di Apartment, dengan susah payah aku menggendong Pria patah hati itu ala karung beras sampai bahuku masih sakit sampai sekarang"

"Kalau begitu, seharusnya kau menelpon dokter, Kak!! Bukannya malah menelpon ku.."

"Dan sekarang aku ingin bertanya... Apa yang kau lakukan kemarin, Chel?"

"Tidak ada, Kak.. Kau hanya perlu mengatakan padanya untuk melupakanku. Masih banyak wanita lain yang dengan senang hati menerimanya, bukan??" Aku mematikan HPku. Tidak ingin mendengar Kak Jo lebih lama lagi.

Aku takut jika aku bicara banyak dengan Kak Jo, aku akan membongkar perasaanku. Kak Jo sangat pandai mengintimidasi seseorang. Menjadi lawan Kak Jo adalah perbuatan yang sangat bodoh. Sebaliknya, menjadi sekutunya bisa menjadi sangat menguntungkan, dan aku bersyukur Kak Leon mendapatkan teman seperti Kak Jo.. Kak Jo pasti akan baik-baik saja kan? Nantinya dia hanya akan mengingatku sebagai gadis yang hanya sebentar singgah di hidupnya kan? Pertanyaan yang hanya bisa di jawab oleh waktu..

Sudah pukul 13.00, ketika Aldo mengajakku makan bersama Alia di ruang makan Perusahaan Baldwin. Semua karyawan di sini mendapat Catering untuk makan siang. Ruang makan yang luar biasa, mungkin lebih tepatnya seperti Ballroom. Semua karyawan di sini bisa makan apa saja yang di hidangkan. Aku seperti berada di Ballroom sebuah pernikahan. Hari ini ada pondokan Buah, Eskrim, dan juga Salad. Menu Buffetnya adalah Ayam Semur, Kuah Baso, Capcai dan juga Telur dadar. Ruang makan ada di lantai 5 dan 9. Gedung Baldwin ini ada sampai 14 lantai. Ruang direksi ada di lantai 8.

Aku sedang mencari tempat duduk saat Aldo melambaikan tangannya padaku. Terlihat juga Alia di sebelahnya. Akupun mengambil tempat di depan Aldo.

"Boleh minta tandatangan Siblings?" Ujar seorang yang sepertinya karyawan yang tidak kukenal. Dengan ramah Aldo dan Alia memberikan tanda tangan mereka. Ternyata di depan fans sikap Alia jadi jauh lebih menyenangkan. Berbeda dengan yang sebelumnya.

"Selamat makan" Ujarku sambil mulai makan. Belum selesai aku makan, terdengar suara bisik-bisik dari orang-orang di sekelilingku. 'Apakah Aldo dan Alia seterkenal ini?' Aku melihat Aldo dan Alia juga menghentikan aktivitas makan mereka.

"Hai, Chel..." Aku menoleh ke belakang dan menemukan sumber yang menyebabkan banyak orang berbisik-bisik di sekelilingku.

"Kak Jo!!" Kak Jo mengambil tempat di sebelahku. Ia mencomot buah yang tadi sempat ku ambil tanpa malu..

"Kak Jordan???" Sambil tersipu malu Alia menatap Kak Jo.. "Masih inget sama aku, Kak? Waktu itu Kakak ikut jadi juri audisi kita.." Tanya Alia malu-malu

"Sori.. Penyakitku memang susah mengingat nama.." Jawab Kak Jordan sambil terlihat berusaha mengingat..

"Kak Jordan Baldwin, bole minta foto bareng?" 3 orang wanita sudah ada di sebelah Kak Jo sambil tersipu-sipu

"Aku bukan artis, gadis-gadis..." Jawab Kak Jo terlihat sedikit terganggu, tapi wajahnya masih tersenyum.. "Lagipula, kalau aku berfoto dengan kalian, bisa-bisa semua gadis yang sejak tadi memperhatikan kita bisa meminta hal yang sama. Bila kuhitung, sepertinya ada lebih dari 100 gadis di ruangan ini.. Kalian tidak akan tega kalau aku kelelahan berfoto dengan mereka, bukan?" Jawab Kak Jo dengan senyum malaikatnya, membuat para wanita itu semakin tersipu dan mengangguk..

"Kharisma mu luar biasa, Kak Jordan" Puji Alia, sedangkan Aldo hanya tersenyum kecut.

"Jadi, Chel.. Tujuanku tadi menelpon mu sama sekali belum tercapai. Makanya aku kesini..." Kak Jo kembali dengan wajah serius yang tidak biasa ku lihat..

"Tidak ada lagi yang perlu di bicarakan, Kak.. Aku sudah mengatakan sejelas-jelasnya..." Saat Kak Jo akan mendebatku, HPnya berbunyi dan ia segera mengangkat telponnya..

"Oh, Shhiitt !!" Kak Jo mematikan HPnya kemudian menatapku.. "Kau harus ikut denganku, Chel..." Aku menatapnya penuh tanda tanya..

"Kecuali kali ini kau ingin bahuku patah..." Ucap Kak Jo lagi...

My Not So Little GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang