#29

5.7K 331 7
                                    

"Aku tersiksa karena mencintaimu, tapi tidak bisa mencintaimu, Kak..." Aku bisa merasakan tubuh Kak Leon menegang karena pernyataanku. Perlahan, ia membalas pelukanku. Ia memelukku erat dan kami terdiam cukup lama. Ada perasaan nyaman yang membuatku berhenti menangis.. Aku membenamkan wajahku di bahunya..

"Kau membersihkan ingusmu di bajuku?" Tanyanya saat aku membenamkan wajahku di bahunya. Ia melepaskan pelukannya dan menyatukan keningnya dengan keningku. Ia tersenyum...

Ia menyeka airmata yang tersisa dari pipiku dan  membersihkan ingus yang keluar dari hidungku dengan tangannya.

"Kau menangis seperti anak kecil.." Ia tersenyum geli.. Aku merona karena malu. Di saat-saat pernyataanku dia malah bersikap seperti ini. Tidak mau kalah, aku membalas ucapannya

"Kau juga patah hati seperti anak kecil, Kak..." Kak Leon tidak menggubris ucapanku, ia menggenggam tanganku dan menatapku dalam-dalam

"Biarkan aku mencintaimu, Mill..." Aku melihat raut wajahnya yang penuh dengan keseriusan..

"..."

"Kau tidak menjawab, jadi akan ku anggap jawabanmu adalah iya.." Detik berikutnya, ia menempelkan bibirnya pada bibirku. Tangannya beralih pada pundakku, dan ia memperdalam ciumannya. Aku menutup mata, merasakan bibirnya di bibirku. Aku menggenggam erat kaus yang ia kenakan, dan aku membalas ciumannya. Ya, aku membalas ciumannya.. Rasanya pikiranku berkabut, aku tidak bisa memikirkan apa-apa, hanya dapat merasakan kedekatan kami saat ini..

Tubuhku bergetar saat tangan Kak Leon menyentuh tengkukku. Lidahnya sudah bermain di bibirku, dan saat aku membuka mulut, ia memasukkan lidahnya ke mulutku. Ia memainkan lidahnya di rongga mulutku. Dengan reflek aku menjauhkan diri dari Kak Leon untuk bernafas, sepertinya aku lupa caranya bernafas. Dan saat aku masih mencoba untuk mengatur nafasku, ia mencium leherku dengan lembut.

"Kak..." Suaraku tertahan, nafasku terengah-engah dan aku menggenggam pundaknya saat ia memainkan lidahnya di leherku. Ia mendorongku perlahan ke tempat tidur dan tubuhnya ada di atasku, begitu dekat..

Ia membuka dua kancing kemejaku dan mengecup bahuku. Ia mengelus perutku yang masih tertutup kemeja dan aku mulai panik. Aku menahan tangannya, ia menatapku dan kembali menciumku, kali ini lebih menuntut. Ia menggigit bibirku dan memperdalam ciumannya. Ia menciumku dengan cara yang tidak pernah ia lakukan sebelumnya. Ia tidak pernah menciumku sedalam dan seintens ini..

Saat ia mulai melepaskan sisa kancing yang masih terpasang pada kemejaku, aku kembali menahan tangannya. Ia melepaskan ciumannya dan menatapku dengan ekspresi yang tidak bisa ku baca..

"Kau berbohong? Kau tidak pernah melakukannya dengan om-om sialanmu itu?" Ia menatapku menyelidik. Aku membuang muka dan menjawabnya sambil tergagap..

"Ak.. Aku tidak bohong.."

"Kalau begitu aku akan melanjutkannya.." Ia mulai mencium leherku dan mengelus perutku dari balik kemejaku, lalu ia menyentuh dadaku yang masih terbungkus oleh bra. Aku kembali menahan tangannya dan mendorong tubuhnya, kali ini lebih kencang..

"Aku bohong, Kak..." Aku menatapnya dengan serius dan sesaat kemudian, Kak Leon tertawa.

"Kau berani membohongiku?" Tanyanya sambil mengancingkan kemejaku kembali, masih sambil tersenyum.

"Kau sengaja, Kak???!!!" Tanyaku menahan marah..

"Tidak, aku memang menginginkanmu, Mill.. But i'm happy.. I guess you're still my little girl.."

"I'm not a little girl..."

"Yes, I think you're my not so little girl.."

"Lain kali aku tidak akan mau mengurusmu kalau kau mabuk lagi, Kak.." Aku berdiri dan mengambil gelas berisi susu yang tadi ku letakkan di samping ranjang dan memberikannya pada Kak Leon. Ia mengambil gelasnya dan minum sambil terus tersenyum, membuatku kesal.

"Kau sudah bisa mengurus dirimu sendiri kan? Kalau begitu aku pergi.." Ujarku saat aku mengambil gelas kosong dari tangannya

"Kau marah?"

"Tidak, Kak.. aku hanya harus kembali ke kantor..." Aku melirik jam dinding, dan sudah pukul 17.00.. Aku masih harus mengambil jadwal untuk besok yang tadi ku tinggal di kantor.

"Kalau begitu aku akan mengantarmu. Berikan aku waktu 10menit untuk mandi.. Tubuhku penuh dengan ingusmu.." Pria itu mengambil handuk dan pakaiannya dari lemari dan berjalan cepat ke kamar mandi sambil tertawa..

---

"Bagaimana dengan kekacauan yang sudah kau buat di Club, Kak?" Tanyaku saat kami memasuki lift ke lantai 7

"Kau tidak perlu mengkhawatirkannya, Mill.. Jordan sedang menuju kesini.." Kami sampai di lantai 7 dan menemukan Aldo dan Alia di ruang latihan. Aku masuk dan mengambil jadwalku..

"Darimana saja, Kau ..." Alia menghampiriku dan terlihat terkejut saat melihat Kak Leon

"Darimana saja, Chel? Dan bagaimana bisa kau mengenal Jordan?" Tanya Aldo

"Leonade Wirajaya?" Tanya Alia sambil menatap Kak Leon tidak percaya

"Apa aku mengenalmu?" Tanya Kak Leon acuh.

"Tentu saja semua orang mengenalmu dan Jordan. Baldwin dan Wirajaya, kombinasi yang sulit di abaikan" Alia tersenyum

"Maaf.. tapi urusanku sudah selesai dan besok aku akan membangunkan kalian Jam 5 pagi..." Aku berbicara pada Aldo karena sepertinya Alia tidak mendengarkanku sama sekali.

"Bagaimana kau bisa mengenal mereka, Rachel?" Tanya Alia padaku. Aku melirik Kak Leon sejenak

"Aku adik kelas mereka dulu.." Jawabku secukupnya

"Kau adik kelas mereka? Kau bersekolah di sekolah mahal? Beasiswa?" Tanya Alia yang langsung di potong oleh Aldo

"Alia !! Kau tidak sopan ! Maaf, Chell..." Aldo meminta maaf dan kulihat Kak Leon sudah menaikkan alisnya.

"Tidak apa-apa, Do.. Kalian masih latihan?" Saat itu terdengar suara pintu terbuka dan Kak Jo terlihat sedang menghampiri kami..

"Le, Kau sudah kembali waras?" Tanya Kak Jo begitu ada di dekat kami.

"Aku baik-baik saja, Jo.."

"Oh iya, mulai minggu depan akan ada acara baru dengan tema Celeb Adventure. Sepertinya Siblings akan menjadi bintang tamu di episode pertama.. Bagaimana?" Tanya Kak Jo pada Aldo

"Tentu saja kami bersedia.." Jawab Aldo antusias

"Kita akan syuting dimana, Jo?" Tanya Alia tidak kalah antusias

"Catat, adik manis.. Hari Jumat depan di Bali. Mintalah bagian produksi untuk membelikan tiketnya, dan sebagai manager mereka kau juga akan ikut.." Aku mencatat di buku catatanku..

"Dan sepertinya ide yang bagus jika kita ikut, Le?? Sepertinya aku kurang piknik..."  

My Not So Little GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang