#31

5.4K 309 1
                                    

Aku bangun pagi-pagi sekali dan menelpon Alia, Aldo, Kak Leon dan Kak Jo supaya mereka tidak terlambat ke bandara. Setelah memastikan mereka semua sudah bangun, aku pergi mandi dan bersiap-siap. Setelah semuanya siap, aku keluar apartment dan menunggu Kak Leon dan Kak Jo. Tidak lama kemudian, mereka sudah siap dan menghampiriku. Kak Jo terlihat sedang menelpon seseorang

"Sudah dibawah? Oke.." Kak Jo memberikan kami isyarat agar mengikutinya ke lift. Kak Leon mengambil koperku dan membawakannya. Sampai di bawah, sudah ada mobil Pajero Sport milik kantor yang menjemput kami.

Kami meletakkan barang-barang kami di bagasi dan Kak Jo mengambil tempat di samping supir sedangkan aku dengan Kak Leon di belakang. Kami langsung menuju Bandara. Alia, Aldo dan para kru juga pasti sudah di jemput.

Sampai di Bandara, kami turun dari mobil dan ku lihat Shella sedang melambaikan tangannya pada kami. Aku membalas lambaian tangannya

"Halo, Kak Jo.." Sapa Shella

"Kau ikut, Shel?" Tanya Kak Jo terlihat sedikit kaget. Shella hanya mengangguk senang. Tidak lama kemudian Alia dan Aldo juga menghampiri kami..

"Pagi semuanyaaa... Bagaimana tidurmu, Jo?" Tanya Alia. Dari awal Alia memang tidak pernah memanggil Kak Jo dengan sebutan Kak atau Pak.. Ia dengan santai dan alami memanggil nama Kak Jo. Kadang aku iri dengan keberaniannya

"Bagaimana tidurmu, Chel?" Tanya Aldo sambil tersenyum manis padaku

"Nyenyak.. Thanks.." Jawabku merasakan tanganku di genggam oleh Kak Leon dan ia menatap Aldo dengan tatapan tidak suka.

"Thanks sudah bertanya, Alia.. Tidurku kurang nyenyak semalam. Aku terlalu lelah sehabis olahraga malam.." Jawab Kak Jo santai membuatku melotot padanya. Sepertinya aku tau 'olahraga malam' yang ia maksud..

"Pantas saja tubuhmu sempurna, Jo.." Puji Alia, yang membuatku sakit perut mendadak

"Ya, tubuh Kak Jo memang sempurna, jadi banyak cewek ganjen yang ngedeketin.. Iya kan, Kak Jo?" Shella tiba-tiba mengibarkan bendera permusuhan dan kulihat dahi Kak Jo berkerut.

"Jika semua sudah berkumpul, ayo kita check in.." Kru yang bertugas mengarahkan kami ke dalam dan dalam sekejap kami sudah ada di ruang tunggu.

"Leon Wirajaya?" Seorang Bapak paruh baya menghampiri Leon dan mereka berjabat tangan..

"Pak Hardikusuma? Apa kabar, Om.." Kak Leon menyapa Bapak di depan kami ini dan Om ini melihatku dari atas sampai bawah

"Tidak bersama Amanda?" Tanya Bapak ini

"Tidak"

"Kalian pasangan yang cocok sekali. Jangan lupa undangannya ya.." Bapak ini menepuk-nepuk bahu Kak Leon sambil tertawa ramah. Aku melepaskan tangan Kak Leon yang memang sejak tadi menggandeng tanganku. Tapi ia menggandeng tanganku lagi, kali ini lebih kuat

"Aku tidak akan menikah dengan Amanda, Om. Kami hanya berteman. Terima kasih atas perhatiannya.." Kak Leon menarikku meninggalkan Bapak itu. Setelah sudah agak menjauh, aku menghentikan langkahku yang sejak tadi mengikuti Kak Leon

"Lepas, Kak.." Pintaku perlahan..

"Tidak, aku tidak akan melepaskanmu lagi.." Ia menatapku lurus dan dalam..

"Aku mau ke toilet, Kak.. Kau mau ikut?" Candaku

"Boleh?" Tanyanya serius

"Kau gila, Kak.. Lepaskan aku, aku mau ke toilet, Kak.." Ia pun melepaskan tanganku dan aku tersenyum lalu pergi ke toilet. Aku tidak akan bohong dengan mengatakan aku tidak peduli sama sekali pada ucapak Bapak tadi, tapi aku tidak mau memikirkannya sekarang..

Aku kembali dan duduk di samping Shella yang terlihat sedang bad mood

"Ada apa, Shel?" Tanyaku lembut

"Kau lihat si cewek ganjen itu, Chel.. Rasanya ingin kujambak rambutnya..." Gerutu Shella saat kulihat Alia sedang duduk di sebelah Kak Jo dan terlihat menempel pada Kak Jo.. Aku mengelus pundak Shella untuk menenangkannya.

"Ayo kita kesana, Shell.." Aku menarik Shella dan memberikan dukungan padanya..

"Tunggu.. Apa kau tau, Chel? Kalau aku ..."

"Menyukai Kak Jo? Aku sudah merasakannya saat kita SMP dulu, Shel.." Jawabku sambil tertawa

"Iya, Chel.. Tapi aku tidak bisa sepertimu yang memperjuangkan cintamu dengan gigih..."

"Itu aku yang dulu, Shel.. Betapa aku juga merindukan aku yang dulu... Sekarang aku tidak lebih dari seorang yang pengecut.."

"Jangan begitu, Chel.. Setidaknya cintamu berbalas kan? Kau hanya perlu sedikit membuka hatimu.." Aku tersenyum mendengar semangat yang di berikan Shella untukku...

Kami menghampiri Kak Jo dan ia terlihat tersenyum lega saat melihat kami..

"Darimana kau, adik manis? Tolong temani aku membeli minum" Pinta Kak Jo sambil menarikku menjauhi Alia dan Shella

"Bisa kau hentikan ini semua, adik manis?" Kata Kak Jo saat kami sudah menjauh

"Menghentikan apa, Kak?" Tanyaku bingung

"Alia... Aku kewalahan menghadapinya. Aku hanya bisa cerita padamu, karena sepertinya hanya kau yang tidak tertarik padaku.. Hahaha... Mungkin ada masalah pada matamu.." Ejek Kak Jo

"Justru ia masih sangat sangat waras, Jo.." Sahut Kak Leon yang sudah ada di belakang kami..

"Kau tau Shella tertarik padamu, Kak?" Tanyaku cepat

"Aku punya insting yang kuat, Chel.. Tapi maaf, temanmu tidak masuk dalam kriteriaku.."

"Apa maksudmu kriteria, Kak? Shella gadis baik-baik dan dari keluarga terpandang, apa lagi yang kau cari, Kak? Kau lebih suka pada wanita-wanita satu malammu itu?" Tanyaku sedikit emosi. Aku mengenal Shella sejak SMP. Ia baik hati dan teman yang baik. Walaupun ia dari keluarga yang cukup terpandang, tapi ia tidak pernah sombong karenanya. Ia juga sangat setia kawan.

"Maaf, Chel.. Aku memang brengsek, tapi kau tidak berhak mengguruiku. Kalau kau tidak ingin temanmu terluka, katakan untuk melupakanku.. Aku ini pria brengsek, Chel..."

My Not So Little GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang