#21

6.7K 335 0
                                    

"Oke, kalian sudah boleh pulang. Terima kasih untuk hari ini. Sampai bertemu besok"

Jam kerjaku di sini adalah 17.00 - 01.00. Entah apakah aku bisa terus bertahan dengan jam kerja seperti ini. Sebaiknya aku mencari kerja yang lain.. Papa dan Mama belum tau kalau aku bekerja di sini. Aku mengatakan aku mengikuti kursus komputer dan aku mencari tempat kost yang dekat dengan hotel. Aku duduk di lantai dekat lift sambil menunggu lift datang. Aku sedang memijit pelipisku ketika kudengar suaranya..

"Apa yang kau lakukan di sini, little girl?"

"Ayo kami antar pulang, adik manis..."

"Tidak perlu, Kak... tinggalkan saja aku.. aku bisa pulang sendiri.." TING.. terdengar bunyi lift dan dengan malas aku bangkit berdiri dan masuk ke dalam lift. Sampai di dalam lift aku kembali duduk di lantai

"Kau terlihat lelah sekali, Chel.. Kau baik-baik saja?" Kak Jo berjongkok di depanku dan memperhatikan wajahku. Kak Leon ikut berjongkok dan menyentuh dahiku.

"Aku... baik-baik saja sampai kau...muncul di depanku, Kak... Sampai... kalian muncul..." tanpa sadar aku terisak, dan sekarang aku menangis seperti anak kecil. Bayangan masa SMPku kembali datang tanpa ku undang. Kebahagiaan yang sempat datang saat itu, dan dengan sekejap semuanya itu runtuh... hilang... dan karena aku orang yang sangat aku sayang harus menderita. Papa dan Mama menderita karena ulahku. Andai aku dapat memutar waktu, mungkin aku akan memilih untuk tidak bertemu denganmu, Kak Leon... tapi kenapa sampai sekarang aku masih mencintaimu?

Kak Leon menyeka airmataku dengan jari-jarinya. Ia mengelus lembut rambutku. Ia membantuku berdiri dan menggendongku dengan mudah. Aku panik tapi tidak sanggup berkata-kata karena tangisku yang belum reda

"Aku pulang duluan, Le.. Selamat malam adik manis.. have a good dream..." Kak Jo mengecup keningku dengan cepat dan pintu lift terbuka. Kak Leon membawaku entah kemana. Aku masih sulit bicara karena isak tangisku..

"Kemana..hik.. kau akan hik.. membawaku? Hiks.. aku mau pulang" Aku menyeka airmataku, tetapi air mata yang lainnya terus mengalir. Kak Leon membuka sebuah pintu kamar hotel dan menurunkanku di dalam. Ia menatapku dengan lembut..

"Kenapa kau menangis?" Aku menghindari tatapan dan pertanyaannya. Ia menyentuh wajahku dengan kedua tangannya dan memaksaku menatap matanya

"Jawab aku little girl..."

"Menghilanglah dari hidupku, Kak..."

"Seperti kau menghilang dulu? Tidak !"

"Kalau begitu aku yang akan menghilang lagi, Kak..." Kali ini Kak Leon melihatku penuh emosi. Ia mencengkram lenganku sampai aku merasa sakit

"Tidak lagi... Aku akan mencarimu sampai ke ujung dunia" Tiba-tiba Kak Leon mencium bibirku dengan kasar. Ia melumat bibirku sambil menahan wajahku dengan kedua tangannya. Aku berusaha mendorongnya, tetapi ia tidak bergeming. Ciumannya melembut, ia memainkan lidahnya di bibirku. Lalu ia memelukku dengan erat

"Kembalilah ke Jakarta bersamaku, little girl..."

Aku mendorong tubuh Leon perlahan.. "Tidak !"

"Kau tidak perlu bekerja di sini lagi, little girl"

"Tidak, Kak.. Aku tidak mau berhutang padamu ! Dan berhentilah menciumku Kak!!" Aku mendorong tubuhnya dengan keras dan berjalan cepat ke arah pintu. Saat aku akan membuka pintu, tanganku di tahan olehnya.

"Aku akan mengantarmu pulang... dan aku tidak terima penolakan..." Kak Leon membuka pintu dan menarik tanganku keluar dari kamar. Kami menunggu lift dalam diam.

"Pak Leon?" Terdengar suara Ibu Hera, dengan reflek aku bergeser menjauh dari Kak Leon. Aku menunggu di lift sebelahnya.

"Mau pulang? Tadi saya lihat Pak Jordan juga sudah pulang" Kulihat Kak Leon hanya menggangguk dan Ibu Hera mendekatkan tubuhnya pada Kak Leon. Aku langsung menunduk ke bawah. Aku hanya bisa melihat kakiku sendiri.

"Pak Leon sudah makan? Bagaimana kalau kita makan dulu?" Pintu lift di depanku terbuka. Aku menghela nafas lega dan berjalan cepat memasuki lift. Tapi Kak Leon mendahuluiku masuk ke lift. Ia menarik tanganku sambil tersenyum.

"Maaf, Bu.. saya sudah janji akan mengantarnya.." Pintu lift tertutup. Terlihat wajah Ibu Hera yang kebingungan. Ibu Hera masih terlihat cantik di umurnya yang ke 30. Ia memakai kemeja ketat dan rok sepan di atas lutut. Ibu Hera adalah supervisor di sini dan Ibu Hera termasuk atasan langsung dari semua waiters di sini.

"Sebenarnya kau tidak perlu mengantarku, Kau bisa pergi dengan Ibu Hera..."

"Kau tidak akan cemburu?" Tanya Kak Leon sambil tersenyum

"Tidak" Jawabku cepat. Kami sudah sampai di lantai 1 dan lift terbuka. Ia menarik tanganku dan sudah ada bellboy yang memberikan kunci mobil Kak Leon. Sampai di depan lobby, mobil Kak Leon sudah terparkir manis. Ia membukakan pintu mobil dan merangkul pundakku supaya aku masuk ke mobilnya. Akupun masuk dan duduk dengan hati yang bergetar. Ingatanku berputar saat terakhir kali ia mengantarku pulang. Aku masih mengingat jelas semuanya, ciumannya, senyumannya...

Kak Leon menyalakan mobilnya dan  mobil mulai melaju perlahan

"Dimana rumahmu?"

"Aku ngekost di dekat sini.. belok kiri lalu lurus aja.."

"Kau tidak tinggal dengan orangtuamu?"

"Tidak, terlalu jauh dari sini.."

"Besok siang datanglah ke Club. Jo ingin bicara denganmu.."

"Kak Jo? Bicara apa?"

"Kau bahkan tidak akan memanggilku lagi?"

"Kalau kau tidak memanggilku little girl lagi, aku akan memanggilmu..."

"Oke, Milla.. Aku akan memanggil namamu. Milla..."

"Belok kiri, Kak..."

"As you wish..."

Setelah sampai di depan kost, kami terdiam sejenak..

"Thanks udah anterin aku, Kak.."

"Good night.. betapa gw kangen ngucapin good night ke kamu, Mil..."

'Aku juga, Kak.. Aku merindukanmu...' Aku membuka pintu mobil dan masuk ke dalam tanpa melihat ke belakang..

My Not So Little GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang