#28

5.5K 331 3
                                    

"Kemana kita akan pergi, Kak?" Tanyaku saat Kak Jo menarik tanganku dan berlari menuju mobilnya. Tanpa bicara ia membukakan pintu mobil dan memintaku untuk cepat-cepat masuk ke dalam.

"Apa maksud perkataanmu itu, Chel? Tentu saja kita akan pergi ke Club.." Kak Jo mulai menyalakan mobilnya.

"Kak Leon minum lagi?" Tanyaku saat kurasakan mobil mulai berjalan cukup kencang. Untuk sesaat kami terdiam, larut dalam pikiran kami masing-masing. Perasaan khawatir mulai kurasakan. Apa Kak Leon akan baik-baik saja? Karena aku tidak akan memaafkan diriku kalau sampai terjadi apa-apa pada Kak Leon.

"Bisakah kau tidak bersikap seperti ini, Chel? Leon bahkan rela meninggalkan nama Wirajaya untukmu.. Tidak bisakah kau lihat ketulusannya? Maaf, Chel.. Seharusnya aku tidak ikut campur.."

Aku terdiam tanpa membalas kata-kata Kak Jo. 'Andai kau tau, Kak...' Aku menggigit bibir bawahku, berusaha menyembunyikan perasaanku. Selama sisa perjalanan, kami tidak lagi saling bicara..

Saat kami sampai, aku dan Kak Jo langsung turun dari mobil. Tidak lama kemudian seorang pria bertubuh besar menghampiri kami

"Bos, ia ada di VIP 3, tadi sempat terjadi keributan, tapi sekarang situasi sudah terkendali" Pria bertubuh besar itu memberi laporan sembari kami berjalan cepat ke ruang VIP 3. Sampai di sana, aku melihat banyak sekali pecahan kaca di lantai. Dan aku meneriakkan nama Kak Leon saat melihatnya duduk di lantai dengan buku-buku tangan yang terluka.

"Hati-hati pecahan kacanya, Chel.." Kak Jo menahanku yang hendak berlari. Aku memperlambat lariku dan akhirnya berhasil menghampiri Kak Leon tanpa melukai kakiku..

"Kak...?" Aku mengguncangkan tubuhnya. Ia tidak bergeming dan aku bisa mencium bau alkohol yang kuat dari tubuhnya

"Apa yang kau lakukan, Le?? Kau harus membayar ganti rugi 2x lipat Le!!" Kak Jo ikut mengguncangkan tubuh Kak Leon

"Pelan-pelan, Kak Jo ! Kau bisa melukainya !" Aku menyingkirkan tangan Kak Jo dan mulai memeriksa tangan Kak Leon

"Akhirnya kau peduli juga, Chel.. Percuma membangunkannya, dia mabuk berat.. Ayo kita bawa ke Apartment.." Kak Jo dan aku membawa Kak Leon dengan susah payah ke mobil, dan kami segera membawanya ke Apartment. Dengan susah payah kami sampai di Apartment dan menidurkan Kak Leon di ranjang.

"Oh shiitt !! Ingatkan aku untuk membuat janji pijat dan refleksi nanti, Chel.." Kak Jo meregangkan tangan dan bahunya lalu berjalan keluar kamar

"Mau kemana Kak?" Tanyaku saat Kak Jo sudah akan meninggalkan kamar

"Aku harus kembali ke Club, Chel... Kau urus Leon. Tanggung jawablah, Chel.. Leon begini karena ulahmu juga"

"Ingatkan aku untuk memukul wajahmu nanti, Kak!!!" Teriakku saat Kak Jo sudah menutup pintu kamar. Aku mendesah melihat keadaan Kak Leon. Tubuhnya penuh dengan alkohol, dahi dan buku-buku tangannya terluka.. Pertama, aku harus mengganti bajunya. Kubuka lemari pakaian yang ada di kamar itu. Ku ambil sembarang kaos yang pertama kali kulihat.

Aku kembali dan mulai melepaskan kancing kemeja Kak Leon. Kak Leon tidak bergeming, sepertinya ia sudah tertidur pulas. Setelah sukses membuka kemejanya, aku mengambil handuk dan air panas. Saat akan membasuh tubuh Kak Leon, tiba-tiba ia menggenggam tanganku.

"Jangan pergi, Mill..." Ia berguman kecil, tapi aku masih bisa mendengarnya..

"Aku tidak pergi, Kak..." Gumanku sambil melepaskan tangannya dan melanjutkan membasuh tubuhnya. Aku merasakan rasa panas di pipiku saat aku menyentuh tubuhnya. Tubuh yang selalu ku kagumi sejak aku masih SMP, dan sampai sekarang tubuh ini masih membuatku kagum..

Setelah mengganti kemeja dengan kaus putih bersih dan mengobati luka-lukanya, aku mengambil susu dari kulkas dan memberikannya pada Kak Leon.

"Minum, Kak..." aku membangunkannya dengan susah payah dan mencoba meminumkan susu ke mulutnya, tapi ia terbatuk-batuk.. Aku menepuk punggungnya dan meletakkan gelas berisi susu ke meja kecil yang ada di samping ranjang. Matanya terbuka dan ia menatapku dalam diam..

"Kau bisa mendapatkan wanita manapun, Kak.. Kau tidak perlu seperti ini..." Kataku sambil membalas tatapan matanya. Tatapan mata yang membuatku ingin menangis..

"Aku hanya menginginkanmu..." Ia membelai pipiku dengan lembut..

"Aku tidak pantas untukmu, Kak.. Kau berhak mendapatkan yang lebih baik..."

"Tapi aku mencintaimu, Mill..."

"Jangan terluka lagi, Kak.. Aku tidak suka melihatmu terluka..." Aku mengambil tangannya dan mencium perlahan luka di tangannya..

"Sekarang kau mengutip kata-kataku, heh?" Aku tertawa mendengar protes Kak Leon..

"Kenapa kau menangis, Mill?" Tanya Kak Leon

"Aku sedang tertawa, Kak.." Kataku dengan susah payah.. Entah kapan airmata ini mengalir.. Aku tidak sanggup membuatnya membenciku lagi, aku tidak sanggup melihatnya terluka lagi..

"Tapi kau menangis, Mil..." Ia menyeka airmataku.. Ia mendekat dan mencium mataku. Saat ia menjauh, aku menyentuh luka di dahinya "Sakit?" Tanyaku berbisik..

"Lebih menyakitkan melihatmu menangis.. Jadi, jangan menangis, Mill..."

"Aku tersiksa, Kak..." Aku mengalungkan lenganku pada lehernya dan memeluknya erat. Aku menangis di bahunya.

"Aku tersiksa karena mencintaimu, tapi tidak bisa mencintaimu, Kak..."

My Not So Little GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang