#14

6.5K 320 0
                                    

"Kau luar biasa adik manis.. Kau sendirian melawan tiga anak SMA?" Kak Jo sepertinya sangat senang sekali. Aku meringis mendengarnya memujiku penuh semangat.

"Sebentar, Kak..." Aku melepas genggaman tangan Kak Jo yang menuntunku dan menuju keran air yang ada di lapangan outdoor tepat di depan kantor kepala sekolah. Kak Jo dan Kak Leon mengikutiku, dan aku membuka keran air itu perlahan. Aku membasahi tanganku dan menyeka bibirku. Ku ulangi lagi dan aku mengeka pipiku, lagi dan menyeka mataku. Aku menadah air dengan kedua tanganku dan membasahi wajahku. Airmataku mengalir, dan dengan sekuat tenaga aku menyembunyikannya dengan terus membasahi wajahku. Tapi aku yakin mereka bisa mendengarkan isakan kecil dari bibirku. Isakan yang tidak bisa aku tahan. Aku kesal!! Aku kesal karena sudah membiarkan mereka memukulku dan menghina Mama. Penghinaan yang benar-benar tidak bisa kuterima. Seseorang menahan tanganku. Sekuat tenaga aku ingin menepisnya, tapi tangan itu tidak bergeming. Aku melihat pemilik tangan itu, dan ia menarikku dalam pelukan hangatnya.

"Jangan menangis, little girl..." Aku mengangguk sambil terus terisak.

"Aku...menyesal...tidak menggigitnya lebih keras" Kataku sambil terisak. Ku dengar tawa perlahan Kak Leon yang sangat ku sukai.

"Sulit ku percaya kau masih bisa mengatakan hal itu, adik manis. Jangan sedih..." Kak Jo menepuk punggungku, seperti mendiamkan seorang anak kecil...

---

"Pertama kau harus mengganti bajumu, adik manis. Le, kau punya..." Sebelum Kak Jo selesai bicara, Kak Leon sudah memberikan baju olahraganya padaku.

"Kau bergerak sangat cepat, Le. Gantilah dulu bajumu.. kami akan menunggu diluar..." aku mengangguk dan mengganti bajuku setelah mereka menunggu di luar. Baju olahraga dengan aroma Kak Leon yang sangat ku sukai. Aku menghirup perlahan aroma menyenangkan itu. Ku lihat memar biru di perutku. Oh aku akan kesulitan menyembunyikan lukaku pada Papa dan Mama nanti.

"Bagian mana saja yang sakit?" Kak Jo masuk dengan obat-obatan di tangannya. Kak Leon merapikan rambutku dengan tangannya

"Berikan padaku, Jo.. aku akan mengobatinya" Kak Jo memberikan kotak obat yang di pegangnya pada Kak Leon.

Kak Leon mengobati luka di bibir dan pipiku. Setiap aku meringis, ia akan berhenti sebentar dan meniup lukaku, membuatku sulit bernafas. Sikapnya sangat lembut dan hati-hati. Apakah aku masih punya kesempatan Kak? Kak Jo melambaikan tangannya padaku dan meninggalkan kami berdua. Aku mulai menahan napasku karena kedekatan kami.

"Aku tidak suka kau terluka.." Kak Leon selesai mengobati wajahku. Kini ia beralih ke kakiku.

"Aduh..." Erangku saat ia menyentuh tulang keringku. Ku ingat cewek gendut yang menendang kakiku tadi.

"Aku sama sekali tidak suka ini, little girl..."

"Apa aku mengganggumu seperti yang dikatakan mereka, Kak?" Tanyaku hati-hati

"Kau mendengarkan mereka? Aku bahkan tidak mengenal mereka" Jawab Kak Leon santai. Apa semua orang melihatku sebagai pengganggu? Pengganggu hubungan Kak Leon dan Kak Amanda? Aku menghela napas.

"Aku sudah bilang, kau boleh ada di sampingku. Aku tidak akan mengucapkan hal itu pada orang yang ku anggap menggangguku dan aku menginginkanmu di sampingku"

"Aku pun ingin berada di sampingmu, Kak..."

---

"Aku harap kau tidak ada hubungannya dengan semua ini, Amanda..." Jordan menemui Amanda di kelasnya.

"Apa maksudmu, Jo?" Tanya Amanda mengerutkan dahinya.

"Sudahlah, lupakan saja Amanda. Aku percaya padamu.."

My Not So Little GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang