Part 43

374 22 12
                                    

Malam harinya, Kejora yang sedaritadi tidak ada kerjaan dia hanya bisa tidur-tiduran menatap langit-langit kamarnya. Ia juga teringat dengan kejadian tadi bersama Bima, dia tidak menyangka kalau hidup Bima seperti ini, sama sekali tidak menyangka. Lalu, ia duduk di tepian tempat tidurnya dan membuka laci meja belajarnya, melihat amplop berwarna putih yang isinya seputar kampusnya nanti di Birmingham, dan kemudian matanya menatap tempat cincin itu.

Kejora mengambil kotak persegi empat kecil berwarna merah tersebut dan membukanya.

"So beautiful!" Ucap Kejora takjub melihat cincin tersebut, lalu ia melihat cincinnya dengan seksama sambil senyum-senyum sendiri.

Dan, ada nama yang tertera di cincin tersebut.

Bima.

Kejora menelah ludahnya.

"Bima? Bima Sakti? Atau Bima yang lain?" tanya Kejora, "nggak mungkin Bima Sakti, pasti Bima yang lain...."

Kejora buru-buru menaruh kembali cincinnya di tempat semula, lalu menutup kotak tersebut, dan keluar kamar berniat untuk menanyakan siapa yang memberikan cincin tersebut, tetapi ketika melihat Ayahnya sedang sibuk dengan pekerjaannya, Kejora mengurungkan niat tersebut dan kembali ke kamar.

Lagi, dan lagi Kejora menatap kotak persegi empat berwarna merah tersebut. Lalu, menaruhnya ke dalam laci.

Kejora meraih handphone-nya, dan tiba-tiba nama itu muncul di layar. Bima sok Sakti.

Hallo!

Hallo, ada apa Bim?

Ganggu lo gak?

Enggak

Udah pengen tidur?

Enggak

Kok gak terus sih

Maunya apa Bim?

Gak tau maunya abang apa neng

Gak jelas banget.

Ya pengen nelepon lo aja, entar kalo lo udah jauh gue gak bisa telepon lo malam gini kan? Secara waktu kita juga beda

Eh iya juga sih Bim... Bim, yang sabar ya gue yakin ayah lo pasti sehat lagi kaya dulu.

Tapi kapan, Ra? Udah belasan tahun ternyata Ayah gue begitu dan nggak ada perubahan, untungnya Allah masih beri ayah gue umur panjang dan gue masih bisa lihat dia.

Iya itu yang harus lo syukuri, Bim.

Iya Kejora, makasih ya. Gue senang punya teman kaya lo...

Gue juga Bim...

Besok prom bener sama gue 'kan?

Yap, kan udah janji...

Kita teleponan sampe ketiduran ya?

Boleh boleh...

Bima dan Kejora benar-benar teleponan sampai keduanya ketiduran.

***

Sore menuju acara prom night Andromeda, Kejora, Aurora, Pelangi sedang berada di salon untuk menyiapkan diri untuk tampil maksimal di acara Prom Night Andromeda malam ini.

Kejora, Aurora dan Pelangi didandani seperti yang mereka inginkan untuk acara malam nanti.

"Siapa ya King & Queen-nya?" tanya Pelangi antusias.

"Iya siapa ya, aaaa semoga aja gue Queen." Ucap Aurora.

"Terus King-nya Alex ya? Hahaha," ledek Kejora dan semuanya tertawa termasuk yang merias mereka bertiga.

***

Sementara itu, Halley yang lain seperti Alex, Bosca, Bima, dan Alpa yang sebenarnya bukan bagian dari Halley, tapi karena sudah sering bergabung anggap saja seperti itu, sedang bersiap-siap juga untuk acara Prom Night Andromeda di rumah Bima.

Matt geleng-geleng kepala melihat tingkah adiknya dan juga teman-teman adiknya, Matt juga membantu mereka memilih kameja, jas, bahkan sepatu untuk dikenakan nanti malam.

"Lo nanti jemput Pelangi 'kan kak?" tanya Bima.

"Iya, tadi gue baru nelepon mereka dan katanya dia lagi di salon sama cewek lo dan satu lagi ... Aurora. Ya kalo nggak salah itu tadi namanya."

"Ohhh ... jadi lo cowoknya Pelangi?" kata Bosca melihati kakaknya Bima tersebut, membuat Matt mengangkat alis kanannya.

"Udah gue bantu 'kan? Gue juga mau siap-siap dulu!" kata Matt, lalu melangkah keluar dari kamar Bima.

Matt mengambil beberapa kameja dan jas yang menggantung di lemari pakaiannya, dan mematut-matuti.

"Aduh jas gue kebanyakan putih," rutuk Matt, dan pintu kamarnya pun terbuka.

"Uhuk... Dokter bisa ribet sama pakaian juga ya? Udah pake aja, cocok." Ledek Bima, lalu menutup pintu kamar Matt kembali.

"Dasar adik paling rese!" teriak Matt, lalu mendengar tawa Bima yang sangat jelas.

Matt kembali melihat dirinya di cermin, "Hmm... ya udah ini aja cocok sih ya...."

***

Sementara itu, Kejora, Pelangi dan Aurora sudah selesai dari salon.

"Kalian pulang gimana?" tanya Aurora, sementara itu supirnya sudah menunggunya.

"Kita ikut lo aja deh, atau lo ke rumah gua aja Ra..." usul Kejora.

"Terus gue juga?" tanya Pelangi.

"Iya biar bareng kan kita berangkat ke prom nanti..."

Lalu, Aurora dan Pelangi mengangguk setuju, sesegera mungkin mereka bertiga naik ke dalam mobil menuju rumah Kejora.

Kejora mencari nama tersebut di dalam kontaknya, lalu menekan ponsel hijau di layar sentuhnya.

"Hallo Bima..."

"....."

"Iya, nanti jemput ya. Oh ya, sekalian bilangin kakak lo, Matt. Pelangi ada disini, sama bilangin Alex juga."

"....."

"Sip, daaaa...."

Sementara itu, Aurora dan Pelangi senyum-senyum sendiri melihat sahabatnya Kejora.

"Kenapa?"

"Nggak apa-apa." Jawab keduanya bersamaan.

***

Sementara itu di Rumah Sakit Jiwa, semenjak kejadian malam itu Ayahnya Bima jadi ingat dengan semuanya dan sadar bahwa dirinya sedang ada di tempat yang sangat asing.

"Bima, anakku... Raina, kalian apa kabar nak? Papa kangen sama kalian, Ratna istriku...." Kata Ayahnya Bima dalam hati.

Lalu, ayahnya Bima dari dalam ruangan memperhatikan luar ruangan yang ramai dengan teman-temannya, sementara ia sendiri ada di dalam ruangan, mengapa ia tidak dibebaskan seperti yang lain?

Dan, lagi-lagi suara-suara itu, bayangan itu kembali hadir ke jiwa dan raga ayahnya Bima. Terus menganggu ayahnya.

- To Be Continued -

Haiiiii!

Sesuai janji, aku post hari ini maaf ngepostnya malem karena baru sempet huhuhu.

Dan... Beberapa part lagi menuju ending Make It Mine 2!

Ada yang bisa tebak endingnya gimana?

Sedih nih pada baca doang, komen dong coba yang baca cerita ini, menurut kalian gimana sejauh ini ceritanya? :')

See you soon!

Deeeaannn,
11 Maret 2017.

Make It Mine 2 [Completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang