(Bab 7) Besty

1.3K 55 20
                                    




       

            Minggu pagi ini Jihan berhasil menamatkan membaca novel Simfoni Cahaya. Novel tentang bidan desa yang dituduh melakukan malpraktik. Jihan suka alurnya yang berbau misteri. Bidan Erina berhasil membuktikan bahwa dia tidak membunuh pasiennya.        

            "Kalau bidan ini bisa memenjarakan orang yang sudah menuduhnya, maka aku juga pasti bisa menangkap si pencuri naskah itu," tekad Jihan. Dia tidak bisa berharap banyak untuk mendapatkan informasi dari Adam. Dia harus mencari tahu sendiri ke penerbit novel itu.

            Ketika berpikir tentang naskahnya, Jihan tiba-tiba ingat Syifa, sahabat karibnya. Syifa sekarang bekerja sebagai editor di sebuah penerbit mayor di Jakarta. Jihan yakin, Syifa punya koneksi ke beberapa editor di beberapa penerbit.

            "Ah, kenapa nggak kepikiran dari kemarin-kemarin!" gerutu Jihan. Dia bergegas mencari nomor HP Syifa di HP-nya. Beberapa detik kemudian, nada sambung sudah terdengar menyala.

            "Hai! Kemana aja lo!" teriak suara di seberang sana dengan suara renyah. Syifa sahabat Jihan memang gadis yang selalu ceria.

            "Gue di rumah. Lo di mana? Main ke sini dong? Ato kita ketemuan, di mana gitu. Kangen gue."

            "Iya... gue kangen juga sama Elo. Ayo! Kita ketemuan di Gramedia Harapan Indah aja, yuk! Sekalian gue pengen survei beberapa buku," jawab Syifa.

            "Oke! Setengah jam lagi, gue nyampe sana, ya!"

            Jihan bergegas mengganti pakaiannya. Jam dinding kamarnya menunjukkan angka sebelas. Dia memoleskan compact powder tipis-tipis di wajahnya. Lalu menyapukan sedikit lipglos warna pink ke bibirnya. Dia mematut kembali jibabnya di cermin. Phasmina lebar berwarna hijau muda itu terlihat cerah di kulit Jihan yang sedikit gelap.

            "Bi Imah, Jihan mau ke Gramedia ya," pamit Jihan ketika menutup pintu kamarnya. Bi Imah yang sedang terkantuk-kantuk di depan TV, mengangguk sambil menguap lebar.

                                                                        ***

            "Hoi!" Jihan menepuk lembut pundak Syifa ketika melihat dia celingukan mencarinya. Jihan sudah melihat Syifa berdiri di depan pos satpan Gramedia yang baru dilaunching itu. Jihan naik ojek online dari rumahnya tadi.

            "Aaa... kaget gue!" racau Syifa. Jihan tertawa lebar melihat tingkah sahabatnya. Syifa memalingkan wajahnya ke Jihan. Dua sahabat itu saling berpelukan. Rasanya sudah lama sekali mereka tidak bertemu.

            "Ayo kita masuk!" ajak Jihan. Mereka pun berjalan ke dalam gedung Gramedia. Gedung ini sangat luas. Parkir mobil dan motor di basement. Di lantai satu ada Gramedia Kids dan toko mainan serta makanan. Mereka berdua di sapa doorman dan sepasang patung dinosaurus di sisi sebelah kiri pintu masuk.

            Jihan dan Syifa berjalan sambil bercerita tentang kegiatan mereka di kantor masing-masing. Mereka melanjutkan langkah mereka ke lantai dua menggunakan eskalator. Gedung Gramedia ini terlihat sangat luas. Belum begitu banyak pengunjung siang ini. Mungkin karena toko ini baru diresmikan. Atau mungkin juga karena masih belum begitu siang.

            Di lantai dua mereka disuguhi pemandangan memukau. Puluhan lukisan terpajang indah di depan mereka. Di sudut ruangan ada pameran UMKM. Sepertinya lukisan itu bukan dari pelukis terkenal. Tapi cukup membuat mata dua gadis muda itu terkagum-kagum melihat berbagai gaya lukisan yang sedang dipamerkan.

            Beberapa orang terlihat sedang menikmati lukisan. Bahkan ada yang berfoto dengan latar lukisan-lukisan tersebut.

            "Kita duduk di sini dulu yuk! Ada yang pengen gue ceritain ke elo," ajak Jihan. Dia lalu menarik lengan Syifa untuk duduk di sebuah gerai makanan dan minuman ringan. Mereka duduk sambil memesan cemilan di sana.

ELAYNETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang