(Bab 28) Panik

1K 34 1
                                    

Azan subuh berkumandang, Jihan segera bangun dan melaksanakan shalat subuh. Bi Imah sudah terdengar sibuk di dapur. Bersyukur Jihan punya kunci rumah cadangan, jadi semalam dia tidak perlu membangunkan Bi Imah. Jihan membiarkan pintu kamarnya terbuka ketika dia tidur semalam. Maksudnya agar jika Bi Imah bangun, dia melihat Jihan di kamarnya. Agar Bi Imah tidak kaget karena tiba-tiba Jihan sudah berada di rumah.

"Lagi masak apa, Bi Imah?" sapa Jihan.

"Eh, Mbak Jihan. Jam berapa sampai di rumah?" Bi Imah malah balik bertanya.

"Hampir setengah dua belas Bi. Semalam Jihan mampir ke rumah sakit, tapi Buya menyuruh Jihan pulang. Pagi ini Jihan akan ke rumah sakit. Jihan mau menyiapkan pakaian Buya yang akan dibawa dulu ya, Bi."

"Ini masih subuh Mbak Jihan. Nanti saja ke rumah sakitnya. Mbak Jihan sarapan dulu, ya."

"Baik, Bi. Jihan cuman mau mengambil pakaian Buya aja kok." Jihan tersenyum dan berlalu meninggalkan Bi Imah menuju kamar Adam.

Kamar Adam masih sama seperti sebelum dia keluar dari rumah ini. Rasanya sudah lama sekali dia tidak berada di rumah tempatnya tumbuh. Walau niatnya ingin menjauh dari Adam, tapi ada saja cara Allah untuk menyuruhnya kembali ke rumah ini. Apakah mungkin Allah meridhai dia menerima Adam sebagai suaminya?

Jihan segera membuang jauh-jauh pemikiran yang sudah berusaha dilupakannya. Dia mengambil dua stel pakaian rumah yang biasa dikenakan Adam. Dua stel pakaian dalam, celana pendek dan sarung untuk dikenakannya di rumah sakit. Karena Adam terbiasa mengenakan sarung di rumah. Tak lupa Jihan mengambil handuk bersih di lemari bagian paling atas.

Jihan memasukkan semua pakaian itu ke dalam ransel milik Adam. Lalu dia mengambil laptop berikut chargernya di atas meja kerja Adam di kamar. Jihan ke kamar mandi di kamar Adam. Dia mengambil sikat gigi, sabun dan sampo yang biasa digunakan Adam. Jihan memasukkan semua perlengkapan mandi itu ke dalam tas kecil. Selanjutnya dia memasukkan tas kecil itu ke dalam ransel.

"Oke, semua sudah beres. Aku mandi dulu dan sarapan, baru ke rumah sakit." Jihan meninggalkan kamar Adam. Ketika akan menutup pintu, tak sengaja mata Jihan menangkap sebuah buku catatan yang biasa digunakan Adam untuk mencatat berbagai kegiatannya. Beberapa kali Jihan melihat buku itu, tapi tak berani membaca isinya. Tapi kali ini dia tergoda untuk mengetahui isi notes tersebut.

Seperti apa catatan kegiatan yang dibuat Adam? Apakah dia membuatnya seperti wanita membuat diari? Atau hanya menulis poin-poin penting saja dari agendanya setiap hari? Jihan berjalan kembali ke meja kerja Adam. Dia mengambil buku itu dan membuka lembaran pertama. Perlahan dia membaca isi lembaran demi lembaran. Tak ada yang spesial dalam catatan Adam.

"Memangnya apa yang ingin kamu dapatkan dari notes ini? Pengakuan cinta dari Adam? Mana mungkin dia menuliskan hal itu dalam notesnya? Itu hanyalah notes untuk kegiatannya sehari-hari!" batin Jihan bertanya seolah mengejek. Jihan terkejut. Dia segera melempar buku itu ke atas meja.

"Ya Allah... ada apa denganku?" Jihan buru-buru keluar dari kamar Adam. Dia berlari masuk ke kamarnya. Jihan langsung masuk ke kamar mandi dan menyalakan kran shower. Tanpa membuka pakaiannya, dia menyiram kepalanya karena sudah berani berpikir yang tidak masuk akal.

Cukup lama Jihan menyirami kepalanya dengan tujuan agar dia kembali berpikiran jernih. Sepanjang waktu itu juga dia beristighfar di dalam hati. Setelah dia merasa lebih tenang, Jihan baru memulai mandinya dengan benar. Membersihkan badannya dengan sabun dan mencuci rambutnya dengan sampo.

***

Pukul 6.30 Wib Jihan dan Bi Imah berangkat ke rumah sakit. Bi Imah ngotot mau ikut menjaga Adam. lagian tidak ada juga yang bisa dikerjakannya di rumah. Jihan membawa ransel Adam dan menambahkan buku-bukunya ke dalam ransel itu. Mungkin nanti dia bisa mengerjakan tugas kuliahnya di rumah sakit sambil menjaga Adam.

ELAYNETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang