Davi mengeluarkan scatchbook dari ranselnya. Hal yang biasa dilakukannya jika dia bosan. Dia menggambar apa pun yang dilihatnya saat itu. Pemandangannya saat ini adalah gadis berjilbab dongker dengan sedikit kembang putih dan biru di beberapa bagian jilbabnya. Gadis itu memejamkan matanya sambil menyandar ke jendela kereta. Garis hidung dan dagunya terlihat sangat jelas dari tempat Davi duduk saat ini. Jihan, gadis yang mengisi pikiran Davi akhir-akhir ini. Davi mulai menggoreskan pensilnya di atas kertas sambil sesekali menatap gadis di ujung pandangangannya. Sebenarnya menggambar di atas kereta seperti ini cukup susah. Karena Davi harus menjaga goresannya agar tidak salah ketika kereta melaju.
Davi masih asyik dengan goresannya. Gadis di ujung pandangannya masih terlihat lelap. Mungkin gadis itu sedang bermimpi tentang harinya yang menyenangkan. Atau mimpi indah lainnya. Karena Davi melihat kedamaian dalam tidur gadis itu. Bahkan bulu matanya yang lentik terlihat begitu sempurna di wajah oval si gadis. Goresan Davi terhenti ketika tiba-tiba gadis itu meluruskan duduknya.
Jihan terlihat meregangkan kedua tangannya ke depan. Dia juga menggerakkan kepalanya ke kiri dan ke kanan. Davi segera menutup scatchbook-nya. Jangan sampai Jihan tahu kalau dia sedang menggambar wajah gadis itu. Bersyukur goresan wajah Jihan yang dibuat Davi sudah hampir selesai. Hanya tinggal memberikan sentuhan akhir di jilbabnya. Dia bisa melakukan itu walau tak melihat langsung ke gadis itu. Toh jilbab yang harus digambarnya tak mengapa tak sesuai dengan yang sedang dikenakan Jihan sekarang, demikian Davi berpikir.
Laki-laki berusia 26 tahun itu memutuskan untuk pura-pura tidur. Dia tidak ingin Jihan menjadi marah jika tahu, dia sengaja pindah ke bangku depan demi untuk memperhatikan gadis itu.
***
Jihan melihat jam di pergelangan tangannya. Sudah pukul 9.20 malam. Sebentar lagi, insyaallah kereta Parahyangan ini akan sampai di stasiun Gambir. Gadis itu meluruskan duduknya. Lalu dia mengeluarkan HP dari kantong jaketnya. Headset masih terpasang di telinganya saat dia terbangun tadi. Surah Al Mulk yang didengarnya benar-benar membuatnya langsung tertidur. Entah karena memang dia lelah, ataukah upaya syetan agar dia tidak usah mendengar ayat Al Quran.
Jihan berbaik sangka pada Allah, semoga dia tertidur tadi adalah sebagai nikmat yang diberikan Allah agar dia bisa beristirahat sejenak setelah lelah seharian tadi. Jihan mengambil botol air mineral dari ranselnya. Setelah membuka tutup botol, dia meminum isi botol beberapa tegukan. Dia mengulangi minumnya hingga rasa kering di tenggorokannya menghilang.
Sejenak Jihan memperhatikan sekelilingnya. Dia ingin tahu apa yang sedang dikerjakan Davi di bangku belakang. Jihan menoleh ke kanan, dia menemukan Davi sedang tertidur di bangku seberang. "Kenapa dia pindah ke sana?" Rasa penasaran menggelayut di pikiran Jihan. Bukankah tadi ada penumpang di sana? Apa penumpang itu sudah turun, jadi Davi sengaja pindah ke bangku itu? Kalau benar begitu, untuk apa?
Tiba-tiba Jihan melihat Davi membuka matanya, lelaki itu menoleh padanya. Jihan segera mengalihkan perhatiannya ke tempat lain. Dia tidak mau tertangkap Davi kalau dia sedang memperhatikan lelaki itu.
"Jihan, sudah bangun?" sapa Davi. Lelaki itu kembali memberikan senyum manisnya pada Jihan.
"Oh, iya, Bang Davi. Bang Davi kenapa jadi bisa duduk di sana?" Jihan tak kuasa menahan rasa penasarannya.
Davi tersenyum lagi. "Nanti aja saya jelasin ya. Nggak enak sama penumpang lain."
Jawaban Davi membuat Jihan bete. What! Laki-laki ini berani sekali main rahasia-rahasiaan dengannya. Siapa juga yang butuh penjelasan itu! Jihan memutuskan tidak ingin menanyakan apa pun pada Davi. Lebih baik dia melihat pesan di HP-nya. Siapa tahu ada pesan penting yang dikirim ke WA-nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELAYNE
Teen FictionElayne, seseorang yang sangat ingin dicari Jihan. Karena Elayne sudah mencuri naskahnya dan menerbitkan naskah itu tanpa minta izin padanya. Jihan berencana menemukan penulis yang bernama Elayne itu di mana pun dia berada. Dimulai dengan menelepon e...