(Bab 21) Gathering

1K 40 3
                                    

       

"Terima kasih atas kehadiran ibu bapak semua dalam acara gathering kita hari ini." Doni memberi sambutan pada pembukaan gathering penulis dan editor penerbit Madina, tempatnya bekerja.

"Hari ini, selain membahas naskah yang kami butuhkan untuk tahun depan, kami juga akan membagikan bonus dan hadiah untuk beberapa penulis. Penulis yang mendapatkan bonus tersebut adalah yang bukunya menjadi best seller dalam penjualan. Kami harap, bapak ibu sekalian makin semangat menulis dan mengirimkan naskah pada kami."

Gemuruh tepuk tangan menggema di ruangan tersebut. Sekitar 70 undangan yang hadir pada pagi itu. Mereka adalah penulis dan ilustrator yang bekerja sama dengan Penerbit Madina, salah satu penerbit mayor di Jakarta. Mereka punya cabang di Bandung, Surabaya dan kota besar lainnya.

"Baiklah, acara selanjutnya adalah mengumumkan buku-buku yang menjadi best seller dalam penjualan pada tahun ini. Kami akan membacakan judul buku dan nama penulisnya. Kami harap penulis buku yang kami sebutkan untuk naik ke atas panggung."

Doni lalu membaca judul buku yang best seller serta memanggil nama penulisnya. Satu persatu penulis itu menerima bonus mereka dengan senyum mengembang. Bonus yang diberikan beragam, ada laptop, HP, printer dan lainnya.

"Selamat ya, Mbak Elayne. Senang bekerja sama dengan Mbak," ucap Davi, salah satu editor penerbit Madina ketika menyerahkan bonus untuk Jihan.

"Terima kasih," Jihan menerima sebuah kotak beisi laptop yang disodorkan Davi. Lalu Jihan kembali ke tempat duduknya. Ada Nadia yang menunggunya di sana. Nadia memenuhi janjinya untuk menemani Jihan hadir di acara gathering itu.

"Wah! Keren kamu, Jihan. Bukumu ternyata best seller!" Nadia memeluk pundak Jihan ketika Jihan duduk kembali di dekatnya. Jihan hanya tersenyum mendengar pujian Nadia.

Acara gathering itu berlanjut dengan makan siang bersama. Saat itu digunakan para undangan untuk saling berkenalan. Sebagian mereka ada yang sudah saling kenal. Sebagian yang lain, baru pertama kali datang di acara tersebut, sama seperti Jihan.

Saat menikmati makan siangnya, seseorang menghampiri Jihan.

"Maaf Mbak Jihan, bisa saya ikut makan di sini?" sapanya.

Deg! Suara Davi terdengar sangat familiar. Jihan segera menoleh. Oh, aku kira tadi Buya yang datang! Batin Jihan. Wajahnya yang sempat pias, kembali dialiri darah. Lega rasanya ternyata bukan Adam yang tiba-tiba muncul.

"Oh, iya. Silakan!"

"Makasih, ohya, saya Davi, salah satu editor di sini. Tadi kita belum sempat kenalan." Davi mengulurkan tangannya. Jihan tersenyum dan membalas uluran tangan Davi dengan merapatkan kedua telapak tangannya ke dada.

"Ohya, bisa sambil ngobrol kan Mbak Jihan?"

"Iya, silakan."

"Oke, sambil makan aja Mbak Jihan. Saya hanya ingin ngobrol santai aja kok," jelas pria berpostur tegab tersebut. Jihan mengangguk sambil meneruskan suapannya. Menu yang dihidangkan siang ini membuat Jihan sangat lapar. Rendang dan sate Padang! Dua makanan yang sudah beberapa bulan tidak dicicipinya.

Dia tidak akan melewatkan kesempatan memakan makanan kesukaannya itu. Bersyukur Davi bersedia ngobrol sambil dia meyantap hidangan istimewa tersebut. Jihan agak bingung, karena Nadia tiba-tiba menghilang ketika antri saat mengambil makanan ala prasmanan tadi.

Sambil menunggu Nadia, Jihan melanjutkan makan siangnya dengan ditemani Davi. Davi bicara banyak hal tentang dunia menulis dan penerbitan. Mereka berdua saling bertukar cerita tentang berbagai hal. Jihan suka dengan pengetahuan Davi yang sangat luas. Apalagi laki-laki berkulit sawo matang itu terlihat sangat sopan.

ELAYNETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang