(Bab 14) Feel

1K 40 1
                                    



Selesai makan siang, mereka kembali ke ruang UGD untuk mengetahui keadaan Attar. Adam membelikan makan siang untuk Attar. Pasti pemuda seusia Jihan itu juga lapar.

"HB-nya memang sedikit rendah, Pak. Tapi nggak perlu dirawat. Cukup minum obat dan istirahat serta konsumsi makanan
dengan gizi seimbang saja," jelas dokter ketika Adam menyanyakan keadaan Attar. Adam dan Salwa lega mendengarnya. Mereka lalu mengurus administrasi agar Attar bisa keluar dari rumah sakit.

"Biar Salwa saja yang mengurusnya, Bang Adam. Abang temenin Attar saja. Mungkin Attar lapar. Temani dia makan," pinta Salwa. Adam menurut.

"Syukurlah kamu nggak perlu dirawat. Sekarang ayo makan dulu," ujar Adam pada Attar.

"Maafkan saya ya, Pak," jawab Attar lirih. Dia berusaha untuk duduk. Infus di tangannya masih sisa setengah botol dan dia memang agak kesulitan untuk makan sendiri. Adam membantu menyuapkan nasi ke mulut Attar.

"Kamu nggak salah. Hanya saja lain kali kamu harus lebih berhati-hati lagi ya. Saya nggak mau melihat kalian terluka seperti ini lagi. Saya duluan yang pingsan kalau ada salah satu dari kalian yang terluka," ujar Adam lirih. Tangannya terus menyendokkan nasi ke mulut Attar.

Attar menggangguk sambil mengunyah makanannya. Air mata haru mengembang di pelupuk matanya. Dia terharu melihat perhatian Adam padanya dan pada karyawan lain.

"Insyaallah saya akan lebih berhati-hati, Pak," jawabnya yakin. Adam tersenyum dan kembali menyendokkan nasi ke mulut Attar.

Beberapa menit kemudian, Salwa sudah selesai mengurus administrasi rumah sakit.

"Gimana Attar? Sudah lebih bertenaga sekarang?" Tanya Salwa sambil tersenyum lebar pada Attar.

"Sudah, Bu. Terima kasih dan maafkan saya," jawab Attar berusaha untuk tersenyum.

"Oh, iya. Saya sampai lupa berterima kasih padamu. Makasih ya, Salwa. Syukur pada Allah, tadi ada kamu. Saya benar-benar panik tadi. Sejak kejadian Khansa pingsan dulu, saya jadi gampang panik. Tapi ke depannya saya akan berusaha untuk menghilangkan panik saya itu."

"Ah, ini kewajiban saya juga Bang Adam. Bersyukur tadi saya sedang memegang kunci mobil. Jadi bisa segera membawa Attar ke sini. Sudahlah, semua sudah tenang sekarang. Tinggal Attar yang harus beristirahat dulu. Ayo kita pulang," ajak Salwa.

Mereka pun meninggalkan rumah sakit. Kali ini Adam meminta Salwa agar dia yang menyetir. Salwa duduk di sebelah Adam.

"Kita antar Attar ke rumahnya dulu ya. Baru setelah itu kembali ke kantor," putus Adam. Salwa mengangguk setuju. Rumah Attar tidak begitu jauh dari kantor mereka. Jadi mereka sampai di rumah Attar dalam waktu singkat.

"Attar, kamu istirahat dulu beberapa hari ini. Hati-hati lukanya jangan sampai kotor ya. Tiga hari lagi kita kontrol ke rumah sakit. Ini obatnya. Jangan lupa diminum sesuai dengan instruksi yang ada di label obat," ucap Salwa sambil menyerahkan kantong berisi obat kepada Attar.

"Baik, Bu. Terima kasih sekali lagi," Attar berjalan menuju rumahnya. Tak lupa dia mengucapkan terima kasih juga pada Adam. Adam menganggukkan kepalanya sambil melambaikan tangan.

"Istirahat, ya. Tiga hari lagi, saya ke sini untuk mengantar kamu kontrol!" teriak Adam.

"Iya, Pak. Makasih." Attar masuk ke dalam rumahnya.

***

Adam merebahkan badannya di sofa ruang keluarga. Rasanya hari ini sangat melelahkan. Bersyukur semua keriuhan itu sudah selesai. Semoga tak terjadi lagi hal mengerikan seperti tadi, doa Adam dalam hati. Adam memejamkan matanya. Rasanya dia tak bertenaga untuk berjalan ke kamar. Dalam beberapa detik, dia tertidur pulas.

ELAYNETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang