Davi memperhatikan naskah yang sudah selesai di-editnya. Naskah sekuel It's Me yang ditulis oleh Elayne. Naskah ini berbeda dari naskah sebelumnya. Jika di naskah sebelumnya Elayne berkisah tentang masa remaja yang ceria, tapi di sekuel naskah ini Elayne terlihat begitu matang. Karena naskah ini berbeda, makanya Doni memberikan naskah ini padanya. Sesuai pekerjaan mereka, Doni bertugas di bagian editor buku anak dan remaja. Sedangkan dia, adalah editor buku dewasa.
Tulisan Elayne juga sudah mempunyai karakter sendiri. Davi penasaran kenapa tulisan Elayne bisa berubah sedrastis itu. Dia sempat mencari di google buku-buku lain yang ditulis Elayne. Ternyata hanya It's Me yang ditemukannya. Rasa penasaran itu membuat Davi ingin bertemu penulis itu langsung.
Makanya dia mengajukan diri untuk menjadi panitia di acara gathering penulis beberapa waktu lalu. Dia bersyukur akhirnya bisa ngobrol dengan Elayne yang ternyata bernama asli Jihan. Selama beberapa jam mengobrol, Davi mengenal Jihan sebagai gadis yang ceria. Sama seperti tulisannya di buku yang pertama. Gadis itu sangat terbuka dengan berbagai hal. Wawasannya juga cukup luas. Bahkan kalau dia tertawa, tawanya yang renyah bisa menular ke orang yang sedang bicara dengannya. Begitulah pandangan awal Davi pada Jihan. Dia makin penasaran dengan gadis itu.
"Belum selesai Dav?" Seseorang menepuk bahunya. Davi menoleh ke arah suara yang menyapanya.
"Dikit lagi kok. Udah mau pulang ya Gin?" Davi balik bertanya pada rekan perempuannya itu.
"Iya. Tapi aku mau shalat dulu. Aku ke musala dulu ya." Gina berlalu meninggalkan Davi. Davi mengangguk. Sore ini suasana kantornya sudah cukup sepi. Sebagian rekan Davi biasanya melaksanakan shalat Asar di musala kantor mereka. Meski ada beberapa yang masih khusu' dengan pekerjaan mereka di depan komputer.
Davi meregangkan kedua tangannya ke atas. Rasa pegal di pundak dan punggungnya seditkit berkurang. Dia melakukan streching berikutnya , masih di posisi duduk, dengan cara meletakkan kaki kiri ke atas paha kanan, lalu menunduk perlaham dengan tangan menjuntai. Dia membungkuk hingga dadanya menyentuh kaki. Menghitung sampai sepuluh hitungan, lalu beralih ke kaki kanan. Hal ini berguna melemaskan otot panggul yang sudah digunakan duduk sejak siang tadi.
Setelah itu Davi melanjutkan kembali memeriksa naskah Elayne untuk yang terakhir kalinya sebelum dikirim ke bagian editor layout. Pikiran Davi kembali melayang ke pertemuannya dengan Jihan alias Elayne beberapa waktu lalu. Entah semesta sedang mendukungnya, dia kembali bertemu Jihan di kosan milik kakak ibunya.
Bersyukur Jihan bersedia mengobrol dengannya malam itu. Mereka ngobrol banyak hal. Mulai dari perbincangan ringan seperti hobi, makanan kesukaan, kegiatan hari ini, hingga obrolan mengenai naskah yang ingin ditulis Jihan. Davi jadi lebih mengenal Jihan melalui cerita-ceritanya.
Satu hal yang membuat Davi makin ingin dekat dengan Jihan ketika Jihan menjawab sebuah pertanyaannya. Apa itu cinta pertama? Davi kembali terkenang dengan jawaban gadis itu.
"Hmmm... cinta pertama, ya....?" gadis itu terlihat berpikir sejenak. Lalu dia menarik napas dan membuang napas pelan-pelan. "Menurut Jihan, cinta pertama anak perempuan pasti adalah ayahnya. Demikian juga sebaliknya, cinta pertama anak laki-laki pasti ibunya."
Sebenarnya bukan jawaban itu yang diinginkan Davi. Tapi dia tahu, Jihan pasti sedang mencari jawaban yang pas untuk pertanyaannya. entah kenapa setelah membaca naskah Jihan, Davi ingin sekali mendengar pendapat Jihan tentang cinta pertama itu. Karena di naskahnya yang kedua ini, sama seperti di naskah pertama, Jihan tidak menceritakan tentang kisah cinta sang tokoh kepada seorang laki-laki. Tapi hanya menceritakan kisah kasih sayang tokoh tersebut kepada Tuhannya, orang lain, hewan dan tanaman.
Dalam tulisannya Jihan lebih banyak mengupas tentang cinta kepada sang Khalik dan makhlukNya. Rasa cinta dan sayang yang sangat universal. Tapi cara berceritanya sangat asyik, sehingga naskah itu menjadi menarik. Ketika ditanya kenapa memberi judul dengan It's Me, jawaban Jihan waktu itu, karena begitulah dirinya. Sama persis dengan judul tulisannya.
"Ok. Pandangan Jihan tentang cinta pertama ke orang lain, gimana?"
"Cinta pertama ke orang lain... Ini pertanyaan sulit ya?" gadis itu tersenyum dan berpikir lagi. Cukup lama Davi menunggu jawaban Jihan.
"Kok mikirnya lama sih? Memangnya Jihan belum pernah merasakan cinta pertama?"
"Bukan begitu, Bang Davi. Jihan ingin menjelaskan secara logika dulu. Kalau yang Bang Davi maksud cinta pertama itu seperti saat jatuh cinta waktu kita masih SD, SMP atau yang dikenal dengan cinta monyet, Jihan rasa itu bukan cinta pertama. Tapi itu hanya rasa suka yang bisa hilang setelah beberapa waktu. Cinta pertama menurut Jihan, ketika seseorang merasakan dirinya menyayangi orang lain, dalam hal ini lawan jenisnya, lebih besar atau sama dengan dia menyayangi dirinya sendiri. Seperti dia menyayangi ibu atau bapaknya."
"Jadi bisa saja ketika SD, SMP seseorang jatuh cinta pada lawan jenisnya, namum Jihan rasa itu hanya sebatas suka. Karena belum tentu dia sangat menyayanginya sebagaimana dia menyayangi dirinya sendiri atau menyayangi keluarganya kan? Tapi bisa juga sebaliknya, ketika dia jatuh cinta pada masa itu, dia benar-benar menyayangi lawan jenisnya itu sebagaimana menyayangi dirinya sendiri. Jadi pasti berbeda pada setiap orang kapan mereka mengalami cinta pertama mereka."
"Hhmmm... begitu, ya?" Davi mengangguk setuju.
"Dan bisa saja cinta pertama itu terjadi ketika SMP, SMA atau saat mereka sudah dewasa, seperti saat kuliah bahkan saat sudah bekerja."
Penjelasan gadis itu tentang arti cinta pertama membuat Davi makin tertarik dengan Jihan. Sejak mendengar penjelasan Jihan, Davi jadi selalu memikirkan gadis itu. Dia sudah banyak membaca buku dan menonton film yang bertema cinta pertama. Tapi sejauh yang dia tahu, cinta pertama yang digambarkan sama seperti yang dipikirkannya. Saat seseorang pertama kali jatuh cinta kepada lawan jenisnya. Biasanya itu terjadi di SMP, bahkan untuk anak-anak sekarang bisa saja terjadi saat mereka masih SD.
Pemikiran Jihan jadi mengubah cara pandang Davi tentang cinta pertama. Dia merunut semua kejadian yang dialaminya sejak dia mulai sekolah hingga saat ini. Rasanya dia merasakan cinta pertama yang sesuai dengan penjelasan Jihan itu ketika dia kuliah dulu. Saat dia benar-benar menyayangi gadis pujaannya seperti menyayangi dirinya sendiri. Namun gadis itu meninggalkannya karena terpikat pria lain. Hingga akhirnya Davi mengesampingkan urusan percintaannya hingga sekarang.
Sewaktu SMP dia pernah suka pada beberapa gadis. Dia yakin sekarang, itu bukanlah cinta pertamanya. Karena dia hanya sebatas menyukai gadis-gadis itu. Hanya ingin bersenang-senang dengan mereka. Pacaran dua tiga bulan, lalu putus. Jihan benar, tak ada ikatan emosional atau rasa sayang seperti menyayangi diri sendiri pada saat itu. Bahkan saat ini dia sudah lupa siapa saja nama gadis yang singgah di hatinya itu. Tapi tidak demikian dengan gadis yang membuatnya jatuh cinta ketika kuliah dulu, dia masih mengingat gadis itu hingga saat ini. Bahkan dia sering berharap bisa bertemu lagi dengannya.
Tapi dia sadar, harapannya itu tak mungkin terwujud, karena gadis itu sudah tiada sekarang. Gadis itu pergi meninggalkannya untuk selamanya setelah dua bulan mereka berpisah. Dia mengalami kecelakaan saat pulang kuliah bersama kekasih barunya. Kisah cinta yang sangat tragis menurut Davi. Dia bahkan pernah berandai, jika saja gadis itu tidak pindah ke lain hati, pasti dia tidak akan mengalami hal buruk itu.
Tapi Davi segera menyadari, hanya Allah Yang Maha menentukan takdir hambaNya. Jadi Davi dan siapa pun itu, tak berhak menyesali takdir Allah SWT. Mungkin manusia hanya mengingat takdir buruk saja ketika dia merasa menyesal. Tapi bagaimana dengan takdir baik? Pasti tak ada satu pun manusia yang menyesalinya bukan? Oleh karena itu, sebagaimana kita tidak menyesali takdir baik, janganlah dia menyesali takdir buruk yang menima kita.
"Krrrttt... krrrrttt... " Suara getar HP-nya membuyarkan lamunan Davi. Davi mengambil HP yang terletak di atas meja. Dia memperhatikan layar HP. Nama Doni muncul di layar. Dia segera menjawab panggilan Doni.
Doni bertanya tentang naskah Elayne. Karena Adam, ayah Jihan menanyakannya. Davi menjawab seperlunya. Setelah menjelaskan sedikit tentang kapan naskah itu akan terbit, Davi segera menutup panggilan Doni.
"Ada-ada aja. Baru kali ini ada bapak yang ingin tahu progres naskah anaknya. Bukankah anaknya sudah dewasa? Kenapa dia selalu mengawasi anaknya? Bapak yang aneh!"
Davi melanjutkan pekerjaannya, dia mengirim naskah It's Me ke editor layout. Semoga pekan depan naskah itu bisa naik cetak sesuai dengan rencana.
Setelah menyelesaikan tugasnya, Davi merapikan barang-barang yang ada di meja kerjanya. Dia lalu melihat jam di tangannya. Hampir pukul 5 sore. Sebentar lagi jam kantor bakal berakhir. Dia ingin menikmati secangkir kopi hangat untuk melepas penatnya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
ELAYNE
JugendliteraturElayne, seseorang yang sangat ingin dicari Jihan. Karena Elayne sudah mencuri naskahnya dan menerbitkan naskah itu tanpa minta izin padanya. Jihan berencana menemukan penulis yang bernama Elayne itu di mana pun dia berada. Dimulai dengan menelepon e...