Family day yang direncanakan Salwa, akan digelar bulan depan. Salwa memilih Jihan sebagai ketua panitia dan dia sendiri sebagai bendahara. Hanan sebagai koordinator acara. Semua karyawan CV Maha Karya Grafika menyambut gembira rencana itu. Jihan dan panitia lainnya sudah memilih lokasi family day mereka.
Caranya sehari setelah dibentuk panitia family day tersebut, Jihan menyebarkan amplop voting lokasi family day ke semua karyawan. Hari itu juga amplop itu dibuka dan dihitung. Jihan memberikan 3 alternatif pilihan lokasi. Kebun raya Bogor, Taman Mini Indonesia Indah dan Ragunan. Sengaja dia memilih lokasi itu untuk menghemat budget tiket masuk tempat wisata.
Lebih baik melebihkan hadiah untuk semua karyawan dari pada bermahal-mahal dengan tiket masuk tempat wisata, demikian yang ada di pikiran Jihan. Jihan juga berpikir, jika dia mengajak karyawan untuk ke Dufan, rasanya kasihan dengan yang anaknya masih balita. Pasti mereka tidak akan bisa menikmati semua wahana permainan yang ada di sana.
Apalagi, umumnya karyawan di perusahaan mereka adalah para orangtua muda yang baru mempunyai satu atau dua anak. Jadi lebih baik memberikan fasilitas hiburan yang cocok untuk keluarga muda itu dengan berlibur di tiga tempat pilihannya.
Setelah mengambil hasil voting, umumnya karyawan memilih ke Kebun Raya Bogor. Jihan dan panitia lainnya memutuskan untuk memilih kebun raya bogor sebagai lokasi family day kantor mereka.
Minggu pagi ini, Jihan sudah rapi dengan stelan rok dan cardigan kaosnya. Rencananya hari ini adalah mengunjungi Kebun Raya Bogor untuk pemesanan tiket sekaligus menanyakan hal lain menyangkut acara family day kantor mereka di sana.
Jihan terpaksa pergi sendiri karena Salwa tidak bisa ikut. Salwa menelepon setelah subuh tadi dan mengatakan bahwa dia minta maaf nggak bisa ikut karena tiba-tiba meriang. Walau kecewa, Jihan menerima alasan Salwa.
"Buya, Jihan berangkat dulu, ya," pamit Jihan dari balik pintu kamar Adam.
Pagi itu, Jihan berpikir Adam pasti sedang berada di kamarnya. Seperti hari minggu lainnya. Setelah pulang dari masjid, Adam akan mengurung dirinya di kamar. Jihan tidak pernah melihat Adam pergi bersama teman-temannya. Kalau pun Adam bosan di rumah, dia pasti akan ke kantor dan entah mengerjakan apa di kantor. Sekali sebulan, Adam berbelanja kebutuhan dapur di supermarket tak jauh dari rumah mereka. Selalu seperti itu setahun terakhir sejak Uminya tiada.
Dulu, ketika Umi masih ada, mereka sering menghabiskan waktu bertiga untuk jalan-jalan. Kadang ke toko buku, ke tempat wisata atau pun sekadar ke mal untuk membeli kebutuhan rumah tangga.
Tapi sekarang, Adam membeli semua keperluan rumah tangga seperti beras, sabun cuci dan lainnya sendiri. Dia meminta Bi Imah mencatat semua barang yang harus dibeli. Dia juga meminta Bi Imah untuk menambahkan barang-barang keperluan Jihan jika ada. Tapi Jihan tentu saja tidak bisa meminta Adam untuk membeli barang-barang yang dibutuhkannya.
Jihan mengetuk pintu kamar Adam dan mengulangi kembali ucapannya. Namun tak ada jawaban dari kamar Adam. Jihan menemui Bi Imah di ruang setrika. Bi Imah sedang menyetrika pakaian Adam. Jihan sendiri menolak bantuan Bi Imah untuk mencuci dan menyetrika pakaiannya. Dia selalu mengerjakan sendiri. Dia merasa kasihan jika Bi Imah mengerjakan semua yang bisa dikerjakannya.
"Bi Imah, Buya kemana?"
"Kayaknya belum balik dari bersepeda deh Mbak Jihan." Jawab Bi imah sambil terus menyetrika.
"Oh, ya udah, Jihan berangkat dulu ya, Bi. Tolong kasih tahu Buya, Jihan akan survey ke Kebun Raya Bogor."
"Baik Mbak Jihan. Nanti Bi Imah sampaikan."
KAMU SEDANG MEMBACA
ELAYNE
Teen FictionElayne, seseorang yang sangat ingin dicari Jihan. Karena Elayne sudah mencuri naskahnya dan menerbitkan naskah itu tanpa minta izin padanya. Jihan berencana menemukan penulis yang bernama Elayne itu di mana pun dia berada. Dimulai dengan menelepon e...