Megan's POV
"Lo liat apaan sih?" Tanya Lily yang menyadari pandangan gue beralih jadi melihat ke luar restoran.
Gue menggeleng, "Nggak, g-gue nggak liat apa-apa." Jawab gue tapi masih melihat keluar toko.
Gue bersumpah gue baru aja liat Calum... Iya suami gue si Calum. Tapi gue nggak yakin kalo itu dia. Tapi gue juga inget baju kerja yang Calum pake itu persis kayak orang yang barusan keluar dari toko perlengkapan bayi sama seorang cewe itu. Dia persis Calum. Mungkin aja itu bukan dia dan semoga bukan dia. Gue yakin gue salah liat.
"Lo serius?" Tanya Lily ragu.
Gue menatapnya lalu menganggukan kepala dengan ragu, "Iya serius," Dusta gue.
"Umm, jadi lo sama Ashton gimana?" Tanya gue mengalihkan topik pembicaraan.
Kemarin pagi gue baru aja dateng dari Paris, setelah beberapa hari berada disana akhirnya gue dan Calum pulang ke London. Anak pertama Mali dan Alec berjenis kelamin perempuan, gue jadi nggak sabar mengetahui jenis kelamin anak gue karna bulan depan gue baru bisa tau apa jenis kelaminnya.
Sekarang gue lagi jalan sama Lily. Beberapa jam yang lalu Lily ngajak gue buat hang out sekalian ngomongin masalah reunian dan rencana Ashton yang bakalan ngelamar Lily, dan gue belum bilang ke Calum. Gue nggak bilang karna dia pasti ngelarang gue buat keluar rumah kecuali dia yang nganter, tapi kan dia kerja. Makanya, karna kemungkinan gue cuma jalan sebentar sama Lily, jadi gue nggak bilang sama dia.
"Gue ngusulin dia buat ngelamar gue dua tahun lagi karna gue harus selesain kuliah dulu. Tapi dia bilang kelamaan, jadi gue belum tau kita bakalan nikah kapan, tapi mungkin tahun ini." Ucapnya lalu menyeruput minuman yang ada di depannya.
"Ashton udah bicara sama orang tua lo?"
Lily hanya menganggukkan kepalanya. Gue pun mengangguk mengerti, gue sedikit nggak fokus karna kejadian barusan. Gue pun mengambil ponsel yang ada di tas lalu mencoba mengirim Calum pesan dan nanya dia ada di kantor atau lagi keluar.
"Oh iya, gue ketemu Michael beberapa minggu yang lalu setelah dua tahun lebih nggak ketemu. Dia bener-bener beda sekarang." Ucap gue lalu terkekeh.
"Serius, kok bisa?!" Tanyanya.
"Gue liat dia, dia liat gue dan kita ngobrol." Jelas gue singkat.
"Hmm. Lo nggak nyesel kan udah nolak dia?" Goda Lily.
"Hah? Apaan sih, ya nggak lah! Buktinya sekarang gue dapet yang lebih baik, lagian ya Michael itu terkenal nakal dan lo tau itu. Jadi gue takut kalo gue terima dia, gue bakalan disakitin." Jelas gue.
Ya, waktu high school dulu, Michael emang terkenal murid yang paling susah di atur. Orang tuanya beberapa kali terlihat datang ke sekolah dan udah di pastiin kalo Michael dalam masalah. Dan Ashton adalah soulmate dia, mereka selalu kemana-mana berdua.
"Ya lo bener, gue bersyukur waktu itu lo nolak dia." Balas Lily.
Oke, gue pernah bilang kalo gue nyesel udah nolak Michael, tapi itu dulu... saat gue masih sama Ashton. Kalian tau kan hubungan gue sama Ashton nggak berjalan lancar. Dan sekarang, semuanya udah berubah, gue bahkan udah nikah ngeduluin mereka. Ya... dengan hadiah yang tidak terduga di dalam perut gue.
"Eh bentar ya, gue ke kamar mandi dulu." Ujar Lily lagi.
"Oke." Balas gue dan Lily pun bangkit menuju kamar mandi.
Me : lo bisa jemput gue?
Send.
Calum nggak bales pesan gue yang pertama. Karna kebetulan gue nggak bawa mobil dan gue nggak mungkin nebeng ke Lily karna arah rumah kita beda, jadi gue memutuskan buat minta Calum jemput gue. Sekalian nanyain hal tadi, gue sedikit yakin kalo itu Calum. Tapi gue yakin gue salah liat. Fuck. Gue nggak peduli kalo dia marah karna gue nggak ngikutin perintahnya buat diem di rumah.
•••
"Lo kenapa nggak bilang sih kalo lo mau keluar? Gue bisa anter lo kan?" Tanya Calum dengan wajah kesalnya.
Dia marah dan gue juga marah. Jadi gue nggak peduli kalo dia mau marah. Calum nggak berhenti ngomel kayak tante-tante sedari tadi pas ngejemput gue.
"Gue kan cuma keluar sebentar." Jawab gue males.
"Babe, udah gue bilang kan... Gue takut lo kenapa-napa."
"Buktinya gue nggak kenapa-napa."
"Tapi-"
"Udahlah Calum, gue baik-baik aja lo liat sendiri kan?!" Ujar gue memotong ucapannya nggak kalah kesal.
Calum cuma menghela nafasnya dan mengalah.
"Gue mau ke kamar, gue cape mau istirahat."
Gue langsung berjalan ke kamar dan menaruh tas di atas kasur. Ternyata Calum ngikutin gue dan dia pum duduk di sebelah gue.
"Babe, lo gapapa kan?"
Gue menatapnya sambil tersenyum, tentu aja senyum palsu. Oke, gue sekarang yakin yang tadi gue liat itu Calum. Hati gue bilang Itu Calum, itu Calum, itu Calum. Calum selingkuh?
"Gue gapapa, cuma lemes aja." Jawab gue lalu berbaring.
"Yaudah lo istirahat, mau gue bawain minum?" Tanyanya lagi.
Gue menggelengkan kepala, "Gausah."
"Oh iya, minggu depan gue ada acara reunian sekolah. Gue boleh ikut kan?" Tanya gue ke Calum.
Dia tersenyum lalu mengangguk, "Reuni? Boleh lah sayang."
Gue balas tersenyum. Sebenernya gue tidur karna menghindari Calum. Gue lagi males liat dia, gue juga kepikiran terus kejadian tadi. Kalo ternyata Calum bener selingkuh gimana? Atau gue tanyain dia aja langsung? Tapi nanti dia marah kalo gue nuduh yang nggak-nggak. Lagian gue nggak punya bukti apa-apa tentang apa yang gue liat tadi. Kalo misalnya Calum bilang kalo itu bukan dia kan gue sendiri yang malu.
But if it's him, why would he do that?
•••
this is worst than my math value
i skipped so many parts sorry
i just want to say that i made meki ff
pls baca 'summertime sadness'
i kinda desperate bcs there's no one who read it haha :(
gue serius, lanjut ga sih? atau discontinue aja? jadi udah gt segini aja :( i can unpublish if yall want it
Don't forget to vomments!

KAMU SEDANG MEMBACA
Love Me So. • cth
Fanfiction[Sequel to 'Two Night Stand'] ❝We can find our way home.❞ WARNING!!! [This story might contains 17+ scenes, pls be wise reader hehehe] © 2017 By jet-pink-heart