13. Just Don't

2.4K 368 113
                                    

Calum's POV


"Babeeee," Rengek gue sedari tadi, nyoba buat bikin Megan luluh dan mau nurutin kemauan gue, "Kita liburan aja ya?" Ajak gue.

Megan tetep pada pendiriannya dan menggelengkan kepalanya, "Nggak mau, gue bakalan tetep ikut reunian dulu." Ucapnya sambil membolak-balik halaman majalah yang lagi dia baca.

"Babe," Gue mengguncang tanganya.

"Apa sih Calum?" Tanyanya dengan malas.

"Ayo liburan." Jawab gue.

"Nggak. Nanti aja." Tolaknya untuk kesekian kalinya.

"Kita ke Paris, Italia, Swiss, ke negara mana pun yang lo mau." Bujuk gue.

"Kita kan baru aja ke Paris." Ucapnya.

"Itu kan bukan liburan,"

Megan menutup majalahnya lalu dia terlihat berpikir sebentar, "Hmm sama aja. Yaudah, gimana kalo gue tetep ikut reunian minggu depan, terus setelah itu kita liburan? Ide bagus kan?" Usulnya lalu tersenyum.

Fuck. Itu alasan gue. Kalo Megan ikut, bisa-bisa dia ketemu Michael. Dia kan temen Ashton, Ashton kakak kelas Megan dan Ashton bilang angkatan dia ikut reunian juga. Otomatis si red hair pasti ada. Kalo dia ngomong macem-macem ke Megan bisa-bisa kacau semuanya.

"Gue kan ngajaknya sekarang." Ucap gue.

Dia mendengus kesal, "Ish, tapi kan gue maunya setelah reunian Calummmm." Ucapnya greget.

"Babe... Ayolah, kita kan udah nggak pernah ngabisin waktu berdua lagi." Rengek gue lagi.

"Sayang, minggu depan sebentar lagi kok. Jadi kita masih bisa mempersiapkan segalanya dulu sebelum liburan. Lagian kenapa mendadak banget sih?" Tanyanya heran.

Gue hanya menggelengkan kepala cepat, "G-gapapa, gue takut-" Ujar gue.

Megan terkekeh pelan, "Takut gue kenapa-napa hm?" Tebaknya, "Gue bisa jaga diri baik-baik kali. Lagian ada Lily sama Ashton nanti." Ucapnya melanjutkan kalimatnya.

"Tap-"

"Ada Michael juga." Potongnya lagi.

Shit. Bener kan dugaan gue. Si rambut merah itu pasti ada.

"Dia sms gue kalo dia nggak sabar mau ketemu gue nanti." Ucapnya lalu tersenyum.

The fuck. Gue langsung cemberut, "Oh jadi mau ketemu Michael?" Tanya gue dengan malas.

"Dih cemburu ya?" Godanya.

"Nggak." Bantah gue.

Megan menatap gue dan tersenyum meledek, "Yakin nggak cemburu?"

Gue memutarkan kedua bola mata, "Yaudah, lo boleh pergi tapi gue ikut." Ucap gue mengabaikan pertanyaannya.

"Ngapain ikut?" Tanyanya.

"Gue ikut atau lo nggak boleh pergi?" Gue mengabaikan pertanyaannya lagi.

"Lo khawatiran banget sih. Tapi yaudah deh, lo boleh ikut." Ucapnya lalu mengecup bibir gue.

Gue tersenyum lalu menarik pinggangnya dan mencium bibirnya. Megan mendekatkan badannya ke arah gue lalu duduk di pangkuan gue. Tangan gue turun menjadi di atas pahanya, menggigit bibir bawahnya lalu setelah itu melepas ciumannya.

"Kalo lo ikut reunian kita nggak jadi liburannya." Ucap gue.

"Loh kenapa?! Lo bilang kita mau liburan!" Ucap Megan nggak santai.

"Masih ada waktu 4 hari buat mempertimbangkannya, liburan atau reunian." Ujar gue sambil tersenyum.

Megan menggeram kesal, "Tau ah! Nyebelin."

Setelah itu dia bangkit dari pangkuan gue dan mengambil majalah yang tadi dia baca dengan kasar lalu pergi ke kamar.

"Babeeeee!"

Gue ketawa lalu bangkit dari kursi dan mengejarnya ke kamar.

•••

"Ini aja." Ujar Megan.

"Babe, masa buat cowo warna pink sih?" Tanya gue.

"Ish apaan sih, gue bilang kan anaknya pasti cewe. Udah diem deh! Gausah protes, pilihin aja yang bagus." Balas Megan dan gue cuma mendengus pelan.

Kita berdua lagi tiduran di kasur, posisi gue nyender di kasur dan Megan nyenderin punggungnya di dada gue. Tangan kiri gue melinggar di perutnya dan tangan kanan gue sesekali menekan layar iPad yang lagi Megan pegang. Kita berdua lagi pilih-pilih barang untuk calon anak gue dan Megan nanti. Sedari tadi kita debat masalah jenis kelamin anak kita, gue maunya cowo sementara Megan maunya cewe.

"Yang itu aja," Ujar gue menunjuk baju bayi bergambar superhero.

"Ga." Tolaknya mentah-mentah.

"Kalo anaknya cowo gimana?" Tanya gue.

"Nggak mungkin. Dia baik, nggak nendang-nendang gue. Jadi udah pasti dia cewe." Jawabnya.

"Ya belum kali," Ujar gue, sementara Megan terus menggeser layar iPadnya ke atas.

"Yaudah biar adil, beli semuanya. Yang cewe sama cowo." Ucap gue.

Megan mengadahkan kepalanya dan menatap gue. Dia tersenyum lalu mengecup bibir gue cepat. "Thank you daddy." Ucapnya sambil terus tersenyum, gue ikutan senyum lalu balas mengecup bibirnya.

"Gue harap kita bisa punya bayi."

Gue berhenti tersenyum saat kata-kata itu kembali muncul di benak gue. Apa keputusan gue buat bersikap adil malah bikin dia berpikir gitu? Gue nggak akan pernah dan nggak akan mungkin ngelakuin itu walaupun kenyataannya dia istri gue juga. Harusnya gue buat kesepakatan sejak awal supaya Alissa nggak akan sakit hati kalo ternyata gue cuma mau bantu dia.

"Sayang, kenapa?" Tanya Megan yang sepertinya menyadari perubahan wajah gue.

Gue tersadar dan menggelengkan kepala, "Gapapa, yaudah lanjut pilih lagi." Jawab gue.

"Mama udah ada di rumah?" Tanya Megan sambil kembali fokus ke layar iPadnya.

"Belum. Masih di paris, kenapa?"

Megan menaruh iPadnya dan berpindah posisi jadi terduduk.

"U-urusan perempuan, lo nggak boleh tau." Ucapnya.

Gue menatapnya curiga, "Nggak. Gue harus tau, kenapa sayang?" Paksa gue.

"Ish nggak mau. Udah ah gue mau tidur." Balasnya lalu memposisikan dirinya untuk tidur.

"Babeee, apaan?"

"Apanya yang apaan sih?" Tanya Megan heran.

"Barusan." Kata gue.

"Bukan apa-apa, matiin lampunya." Balasnya singkat.

Gue ikutan berbaring dan mematikan lampu terlebih dahulu lalu memeluk Megan. Baru beberapa menit memejamkan mata, tapi Megan bergerak-gerak gelisah dan bikin gue bangun.

"Babe, kenapa?" Tanya gue.

"Shhh Calum sakit..." Rintihnya.









•••
iya ini gue lagi
ok jadi, sebenernya part ini udah gue publish tadi pagi but gue unpub lagi. 9 dari kalian udh baca, masih pagi juga :( dan masih ada yang bisa baca hmmm makanya gue repub
ok jadi lagi, ngapain dipaporitkan sih ffnya :( jadi ndak tega discontinuenya :(
but be honest, is this ff weird? :(
Don't forget to vomments!

Love Me So. • cthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang