39. Right?Right.

3.1K 415 258
                                    

Megan's POV

Hujan yang deras mengguyur kota Montréal malam ini. Setelah kejadian di restoran tadi, gue langsung meminta Dylan buat nganterin gue pulang. Nggak ada yang berbicara sama sekali di antara kita. Yang ada di pikiran gue dari tadi hanya Milo. Kalo Calum ngikutin gue, dia ninggalin Milo sendiri? Kalo dia bangun gimana? Gue khawatir. Gue takut dia nangis dan nyariin gue.

"Megan? Udah sampe," Gue melirik Dylan lalu ke depan dan ternyata kita udah berada di depan gedung apartemen.

"Lo tunggu dulu jangan keluar, biar gue bukain payung buat lo." Ucapnya dan gue mengangguk mengerti.

Setelah itu gue membuka pintu perlahan dan menutupnya. Dylan mengantar gue sampe ke depan kamar gue.

"Thanks." Ucap gue.

"Iya sama-sama. Soal tadi-"

"Jangan anggap gue nerima lamaran lo. I don't want to hurt you or him but I have to do that. Gue bener-bener nggak bermaksud buat menyakiti perasaan lo. Dylan, kalo pun ada yang lebih baik dari pada dia, seperti lo. Gue tetep nggak akan siap kalo orang itu melamar gue dan nggak akan pernah siap sampai kapan pun. Lo pantes dapetin yang lebih baik dari pada gue. Gue nggak pilih lo atau pun dia. I want to be alone. Please, leave me..." Jelas gue sembari memohon pengertian padanya.

Dylan hanya menatap kosong ke arah gue, seperdetik berikutnya dia tertawa memaksa dan tersenyum, "Ya," Ucapnya, "It's okay, you right, I deserve better." Lanjutnya.

What?

Gue nggak membalas ucapannya lagi. Dylan pun nggak berkata apa-apa lagi, dia malah berbalik dan berjalan menjauh. Sementara gue langsung masuk ke dalam apartemen tanpa memperdulikannya. Gue nggak perduli dia mau marah atau nggak, tapi ini terlalu cepat. Gue belum siap memulai semua itu. Hal yang pertama kali gue liat saat masuk ke dalam adalah dua orang lelaki berbadan tegap sedang berdiri di depan kamar Milo.

"S-siapa kalian?!" Tanya gue dengan takut.

"Tenang nona Megan, kami di beri tugas oleh tuan Calum untuk menjaga Milo." Ucapnya berusaha menenangkan gue.

Gue hanya menatapnya sinis lalu masuk ke dalam kamar Milo. Gue bersyukur karna dia masih tidur tenang dengan selimut yang masih menempel di badannya. Gue sedikit membesarkan AC supaya suhunya tidak terlalu dingin karna cuaca pun lagi buruk.

I'm so sorry but Mum and Dad are not meant to be together.

•••

Udah 4 hari sejak kejadian itu dan dia belum kesini. Gue nggak tau dia udah pulang atau masih ada di Kanada. Tapi itu sedikit membuat gue kecewa, bahkan dia nggak pamit sama anaknya sendiri. Ketika sedang melamun, suara bel apartemen terdengar. Gue pun melepas apron lalu berjalan ke arah pintu untuk membukakan pintunya.

Terlihat dia di sana, orang yang baru aja gue pikirkan. Dia tersenyum dan gue pun membalas dengan senyuman canggung. Gue mempersilahkannya untuk masuk.

"Gue mau ngajak Milo jalan-jalan. Dia udah bangun?" Tanyanya seraya duduk di sofa ruang tamu.

"Milo masih tidur, bentar biar gue bangunin dulu." Jawab gue.

Dia mengangguk dan gue segera membangunkan Milo. Agak rewel saat gue membangunkannya karna ini adalah hari libur untuknya, jadi dia biasanya bangun jam 9 pagi. Sementara ini masih jam 8. Gue menggendongnya menuju kamar mandi lalu memandikannya. Setelah selesai memakaikan pakaian, gue menuntunnya keluar kamar. Menghampiri Calum yang sedang menonton tv.

Love Me So. • cthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang