24. Siena Grey Hood

2.4K 374 395
                                    

Song: On His Knees - Danny Elfman

Calum's POV

Kita semua berdiri mengelilingi kuburan dimana anak gue dan Alissa akan dikuburkan. Sebenernya hanya ada gue, Alissa, Peter dan seorang pastur. Gue sedari tadi setia meluk Alissa dan berusaha membuatnya tenang. Gue dan Alissa sempat memberinya nama, dia memilih nama Siena, dia bilang itu nama ibunya dan gue setuju-setuju aja. Jadilah anak perempuan gue dan Alissa bernama Siena Grey Hood. Siena hanya mampu bertahan selama 1 jam, gue liat dengan mata kepala gue sendiri saat pada akhirnya dokter menyatakan kalo Siena nggak selamat. Udah gue duga sejak awal kalo Siena nggak mungkin bisa selamat dengan keadaan lahir seperti itu.

"Shhhh udah jangan nangis terus..." Ucap gue sambil mengusap bahunya dan tubuhnya kembali bergetar.

Alissa masih aja terisak. Gue tau gue jahat, tapi gue sama sekali nggak merasa sedih, gue sayang anak gue, gue berharap dia bisa selamat, tapi kalo dia selamat dia hanya akan mengacaukan hubungan gue dan Megan. Sebenernya Alissa lah yang pasti bikin gue merasa semakin jauh sama Megan. Gue takut dia malah mempergunakan Siena supaya gue bisa sama dia terus. Gue sadar itu, gue nggak bodoh.

Mungkin setelah keadaan Alissa benar-benar pulih, gue bakal ngomong semuanya sama Megan dan biarin Michael ambil Alissa. See? Bajingan itu bahkan nggak datang saat Alissa melahirkan anak mereka. Hanya butuh waktu 1 atau 2 bulan buat gue bisa menyelesaikan semuanya dan gue harap Megan belum tau semua ini.

Setelah selesai acara pemakaman, gue dan Alissa kembali ke rumah sakit untuk membawa bayinya pulang. Alissa nolak untuk nginep di rumah sakit selama beberapa hari. Dia lebih memilih tinggal rumah, gue pun menuruti kemauannya dan tentu aja atas izin dokter. Dokter bilang Alissa gapapa, dia baik-baik aja. Mungkin hanya kondisi mentalnya aja yang sedikit terguncang akibat kepergian Siena.

"Biar gue yang bawa Phoebe." Ucap gue karna gue takut tiba-tiba dia melepaskan gendongannya lagi kayak kemarin malem.

Alissa menurut, satu tangan gue membawa box bayi berisikan Phoebe dan satunya lagi menggenggam tangan dia. Semua baju-baju yang sempet gue bawa dari rumah buat Alissa di bawa Peter menuju mobil. Gue, Alissa dan Phoebe duduk di kursi penumpang sementara Peter menyetir mobil.

Tadi pagi Megan sempet nanya mau kemana gue pergi melihat pakaian gue serba hitam dan gue bilang kalo salah satu temen gue ada yang meninggal. Seperti biasa, Megan terlihat kesal karna hari ini hari minggu, harusnya jadi quality time gue sama dia, tapi berhubung Alissa melahirkan hari sabtu dan hari minggunya gue harus tetep jengukin dia di tambah pemakaman anak gue tadi pagi, gue pun terpaksa berbohong lagi dan lagi.

Gue sangat bersyukur karna sampe saat ini Lily nggak bilang apa pun ke Megan. Gue harus cepet selesaiin semuanya sebelum Michael dan Lily mengacaukan semua ini.

Saat udah sampe rumah, gue menyuruh Mia untuk membawa Phoebe masuk sementara gue membantu Alissa keluar mobil.

"Awas pelan-pelan nanti kepala lo kejedot," Gue sedikit memegang kepalanya supaya menunduk dan nggak terkena pintu mobil.

Tangan gue memeluk pinggangnya dari samping dan kita berdua pun masuk ke dalam rumah lalu duduk di sofa ruang tamu.

"Phoebe mana?" Tanyanya dengan suara purau.

"Di kamar, bentar gue ambil dulu." Jawab gue. Gue mengambil Phoebe yang berada di dalam box tidur kamar bayi lalu membawanya ke Alissa.

"Lo nggak mau telfon orang tua lo?" Tanya gue dengan hati-hati.

Alissa menggendong Phoebe dan mengelusnya sayang, gue pun ikut duduk di sebelahnya.

"Mereka nggak akan peduli sama gue." Jawabnya.

Gue menghela nafas pelan, "Lo kan belum nyoba." Ucap gue.

"Gue nggak mau." Tolaknya.

"Yaudah biar gue yang bicara sama orang tua lo." Ucap gue lagi.

Alissa menatap gue nggak percaya, "Gausah, lo nggak perlu lakuin itu. Udah gue bilang kan, mereka nggak akan peduli sama gue." Balasnya.

Gue mengalah dan memilih menyenderkan badan gue di sofa. Masih jam 12 siang, kalo gue balik ke kantor percuma, ini jam istirahat. Gue pun ikutan mengelus-elus Phoebe sambil sesekali tersenyum melihatnya. Gue nggak sabar nunggu anak gue lahir nanti.

"Siena..."

Gue menoleh ke arah Alissa yang tiba-tiba manggil nama Siena, dia terlihat mengeluarkan air matanya lagi.

"Al, udah jangan sedih terus dong. Emang lo mau Siena hidup tapi kesiksa gitu? Kita-"

Shit. Gue menghentikan omongan gue karna kata yang barusan mau gue omongin seharusnya nggak keluar dari mulut gue, "Kita kan bisa bikin lagi."

"Umm kita- kita nggak boleh sedih." Dusta gue.

"Tapi gue mau dia tetep hidup Calum!"

"Liat gue," Gue mengambil dagunya supaya melihat ke arah gue, "Ada Phoebe sekarang, dia juga butuh lo. Siena pasti sedih kalo liat lo gini terus. Sekarang, jangan nangis lagi." Tangan gue terulur menghapus air mata yang membasahi pipinya. Gue memajukan wajah dan mengecup bibirnya pelan lalu melepaskannya.

"Janji sama gue... Jangan pernah pergi..." Bisiknya.

I'm so sorry but I should.

Gue mengangguk pelan. Alissa tersenyum tipis lalu memajukan wajahnya, gue melirik ke bawah dan ikut memegang Phoebe sampe akhirnya bibir kita kembali menyatu.

What kind of this feeling? There's a bit butterfly in my stomach, and why now my heart is at the yellow light?

Satu tangan gue menarik belakang lehernya dan memperdalam ciumannya. Ciumannya begitu lembut, saking lembutnya gue lupa kalo ada Phoebe di tengah-tengah. Gue pun melepas ciumannya duluan dengan nafas kita sama-sama terengah. Kenapa saat-saat seperti ini bayangan wajah Megan malah muncul?

"Calum..."

Gue membuka mata saat mendengar suara Megan. Shit. Bahkan suaranya kedengeran sampe ke dunia nyata. Gue melepaskan tangan gue yang berada di belakang leher Alissa dan menyadari pandangannya yang menatap ke arah belakang. Gue pun ikut menoleh dan- HOLY FUCK.















•••
aduh ancur bgt ini yaallah
biar cepet selesai hehe
Malissa baby name is Phoebe Rae Clifford
not good at picking names but Phoebe sounds cute [re; ˈfēbē]
Don't forget to vomments!

Love Me So. • cthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang